Menjadi Ikon Fesyen Indonesia, Setelah Bangkit Dari Kenakalan Remajanya
Menjadi seorang ikon desainer terkemuka di Indonesia mungkin tak pernah terpikirkan oleh Poppy Dharsono. Sedari kecil, ia sudah bergaul dengan dunia jahit menjahit dari sang ibu. Kendati sempat bercita-cita menjadi dokter sejak kanak-kanak, namanya justru menjadi besar karena dunia fesyen yang digelutinya sejak 32 tahun lalu. Lalu bagaimana langkah mantan model ini merancang desain hidupnya hingga saat ini?
Siapa tak kenal dengan sosok Poppy Dharsono, seorang desainer yang telah malang melintang selama 32 tahun di dunia fesyen tanah air ini. Namanya sudah menjadi sebuah jaminan bagi kualitas desain busana terbaik. Wajah Poppy juga masih nampak anggun di usianya yang akan menginjak 58 tahun.
Wanita yang terlahir dengan nama lengkap Poppy Hendarni Dharsono ini merupakan anak dari pasangan (Alm.) Leander Dharsono dan Siti Sumiyartini. Sang ayah berprofesi sebagai salah satu anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang kerap berpindah tugas. Sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga biasa yang kerap menerima jasa menjahit dari para tetangganya. “Saya juga memang suka fesyen sejak kanak-kanak,” aku Poppy membuka pembicaraan. Terlebih lagi, ia kerap melihat ibunya yang menjahit pakaian untuk anak-anaknya. “Sehingga buat saya sudah terbiasa melihat ibu membuat pakaian dan dijual ke Pasar Baru,” tutur Poppy.
Poppy sendiri dibesarkan dalam keluarga multibudaya. Pasalnya, sang ayah berasal dari Solo, Jawa Tengah. Dan ibunya merupakan mojang Garut, Jawa Barat. Keduanya menyatu dan memiliki delapan anak, termasuk Poppy sebagai anak tertua. Memiliki ayah berlatarbelakang seorang anggota TNI berdampak dalam kehidupan keluarganya. Poppy mengaku bahwa figur ayah merupakan figur yang keras dan penuh dengan aturan. Berbeda halnya dengan sosok ibunya yang justru mengedepankan kelembutan.
Disiplin ala Militer. Kedisiplinan menjadi suatu hal yang kerap ditonjolkan dalam berbagai kegiatan di rumah. Bahkan, bila salah satu anggota keluarga melanggar aturan yang telah ditetapkan, maka hukuman sudah pasti akan menyambutnya. “Kami semua dididik secara militer,” ujar Poppy singkat. “Kami semua pasti disetrap,” tambahnya mengenang masa kanak-kanak. Sebaliknya, bila Poppy mampu menunjukkan prestasi yang baik di sekolah, maka ayahnya akan mengganjarnya dengan berbagai hadiah. Sesekali, setelah ayahnya kembali dari berlayar ke luar negeri, pasti ia akan membawakan banyak barang seperti, tas, sepatu, dan pakaian buatan luar negeri yang sulit didapatkan di Jakarta.
Sebagai anak tertua, wanita kelahiran 8 Juli 1951 ini diberikan tanggungjawab untuk membimbing ketujuh adik-adiknya. Tak heran, sifat Poppy sudah mulai tertanam sedari kecil. “Ayah saya selalu mendidik saya untuk menjadi pemimpin,” ujar Poppy. Segala macamnya harus sudah tertata dan terencana dengan baik. “Saya selalu ingin menjadi yang pertama dan berbeda dengan orang lain,” kata Poppy. “Keinginan untuk mempelajari sesuatu yang baru di dalam diri saya itu sangat besar,” imbuhnya.
Setelah dilahirkan di Garut, Jawa Barat, pada usia enam tahun, Poppy bersama keluarga pindah ke Jakarta seiring dengan kepindahan tugas sang ayah. Poppy mengenyam pendidikan dari SD hingga SMA di ibukota. Setelah lulus SR (Sekolah Rakyat, sekarang SD, red) III, Kebon Manggis, Poppy melanjutkan ke SMPN 25, yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Dengan dikelilingi kondisi negara yang tengah dilanda berbagai kejadian seperti G30S dan pergantian tampuk kepresidenan, Poppy melanjutkan bangku sekolahnya ke SMAN 7, Jakarta Pusat. “Sedari kecil, saya bercita-cita menjadi dokter anak,” kenang Poppy tersenyum lebar.
Hamil di Luar Nikah. Di masa SMA inilah, Poppy mulai menikmati masa indahnya sebagai seorang remaja, berbagai kegiatan, tak terkecuali datang ke pesta kerap dilakoninya sebagai remaja hippies ibukota. Sehingga, pergaulannya semakin luas, terutama dengan anak-anak elit Jakarta. Tak hanya itu, sosok Poppy yang cantik juga seringkali difoto untuk dimuat di beberapa media. Sejak saat itu, nama Poppy yang berganti nama menjadi Poppy Susanti Dharsono ini kemudian menjadi dikenal masyarakat sebagai seorang foto model remaja. Pada masa SMA ini pula, Poppy berkenalan dengan seorang pria bernama Firman Ichsan yang usianya lebih muda dua tahun, kenakalan remaja membuat keduanya melakukan hubungan intim yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Akibatnya, Poppy pun hamil di saat usianya masih 18 tahun. “Saat itu merupakan saat-saat tersulit dalam hidup saya,” ungkap wanita yang masih memiliki keturunan ningrat Surakarta ini. Di dalam keluarga, Poppy sudah dicap telah menorehkan aib. Sang ayah yang dikenal dengan kedisiplinan tinggi, langsung murka setelah mengetahui kehamilan Poppy. Kejadian itu pula, membuat penyakit liver yang diidap ayahnya semakin parah dan akhirnya meninggal pada tahun 1969. Meski sedang mengandung, Poppy masih melanjutkan pendidikan SMA-nya. Beruntung, ia berhasil menyelesaikan bangku SMA dan kemudian menikah dengan Firman Ichsan.
Hari-harinya sempat berada di bawah titik nadir. Bayangan aib yang telah ia lakukan seakan-akan telah menjadi noda hitam dalam perjalanan hidupnya. Nama baik keluarga besarnya pun telah tercoreng akibat perbuatannya tersebut. Rasa trauma sempat hadir dalam pikirannya. Namun, dukungan ibu dan keluarga mertuanya membuat ia bangkit kembali. Setelah melahirkan anak yang diberi nama Mohammad Fauzi Ichsan, Poppy lebih banyak tinggal bersama dengan keluarga suami.
Seiring berjalannya waktu, Poppy mulai membangkitkan rasa kepercayaan dirinya. Setelah lulus SMA, Poppy memutuskan untuk melanjutkan ke Akademi Sinematografi Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ, sekarang IKJ, red). Semasa kuliah ini pula, Poppy mulai membenahi kehidupannya dengan mencari penghasilan sendiri. Salah satunya adalah dengan kembali menekuni dunia model yang sempat ia geluti ketika remaja. Karirnya mulai merangkak naik seiring dengan semakin seringnya ia berpose di majalah-majalah dan acara fesyen yang diadakan oleh beberapa perancang terkenal tanah air.
Terjun di Dunia Fesyen. Setelah menempuh pendidikan di Sinematografi LPKJ, Poppy memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Namun, kala itu ia masih bimbang negara mana yang akan dituju. Atas saran dari salah seorang dosennya, Poppy lantas berangkat ke Paris dengan niat awal mendalami pendidikan sinematografinya tersebut. Akan tetapi, di kota mode itu, ia bertemu dengan Ratna Cartier-Bresson yang justru menyarankan agar Poppy mengambil dunia fesyen. “Sebetulnya Poppy, fashion is your world,” ujar Poppy meniru omongan teman dekat mertuanya itu.
Alhasil, Poppy pun menempuh pendidikan Ecole Superior De La Tehnick De La Mode di kota Paris. Berkat pergaulannya yang luas dan bakatnya di dunia fesyen, kemampuan Poppy semakin terasah dengan baik. Hubungannya dengan Firman Ichsan, sang suami masih terjalin dengan baik. Poppy kerap bertemu dengan Firman yang saat itu sedang mengenyam pendidikan Antropologi di negeri Belanda. Setelah menamatkan pendidikan fesyen-nya di Paris, pada tahun 1977, Poppy kembali ke tanah air dan mulai merintis karirnya sebagai desainer di dalam negeri.
Poppy mendirikan perusahaan bernama PT. Rana Sankara dan memulai kegiatannya merancang dan menjahit pakaiannya sendiri dengan bermodalkan lima mesin jahit. “Waktu itu, pemerintah sangat mendukung adanya perusahaan garmen yang berdiri,” kenang Poppy. “Karena kita menyediakan lapangan kerja yang banyak,” tambahnya dengan bangga. Rancangan pakaian yang diproduksinya lantas mulai diterima masyarakat. Desainnya yang sederhana dan selalu bercirikan budaya Indonesia telah melanglang buana ke luar negeri. Perusahaan yang didirikannya tersebut berkembang pesat dan mampu menghasilkan puluhan juta rupiah setiap bulan. Perkembangan itu pula seiring dengan semakin seringnya Poppy mengadakan acara fesyen show di berbagai kesempatan baik dalam maupun luar negeri.
Bercerai Untuk Maju. Poppy telah menemukan dunianya. Nama Poppy Dharsono lantas menjadi besar dan mulai diperhitungkan sebagai perancang busana kelas atas. Bakatnya mendesain pakaian seolah-olah telah mengalir dalam darahnya yang ditularkan dari sang ibu. Namanya juga disebut-sebut sebagai ikon fesyen Indonesia di luar negeri. Kendati demikian, kesuksesan dalam karir dan bisnisnya tak menular ke dalam kehidupan pribadinya. Pernikahan yang dijalani bersama Firman Ichsan sejak tahun 1969 hanya mampu bertahan selama 10 tahun.
Meski, sebagian orang menyebut perceraian sebagai sebuah kegagalan, Poppy justru berkata lain. “Saya tak pernah menganggap perceraian saya merupakan kegagalan,” ujarnya tegas. “Saya memutuskan untuk bercerai agar keduanya lebih maju,” kilah Poppy. Pernikahannya tersebut telah menghadirkan dua buah hati yang selalu mengisi hari-harinya sesekali, yakni Mohammad Fauzi Ichsan, yang kini menjadi Senior Vice President di salah satu bank internasional, dan Gadis Kusuma Whardani.
Selepas bercerai, justru karir dan bisnis konveksi yang dirintisnya semakin merangkak naik. Begitu pula yang dialami Firman Ichsan yang menjadi seorang fotografer mumpuni. Kini, setelah 34 tahun Poppy bergelut dengan dunia fesyen, Poppy masih merasa belum puas dengan apa yang dicapainya. Terlebih lagi, perbuatannya bagi masyarakat dan budaya Indonesia. Salah satu cara yang dilakukannya adalah dengan menonjolkan budaya Indonesia di berbagai rancangan pakaiannya, termasuk batik dan songket yang merupakan budaya asli Indonesia. Selain itu, Poppy juga membangun penangkaran buaya agar kulit dari hewan tersebut dapat digunakan untuk pembuatan tas.
Tak puas dengan rancangan pakaian yang dibuatnya, Poppy juga merambah ke dunia lain, yaitu kosmetik dan parfum seperti halnya para perancang kelas dunia lainnya. “Jadi saya memang tertarik untuk memproduksi niche product yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat banyak,” ungkap wanita yang sempat bermain film berjudul Matinya Seorang Bidadari dan Yang Muda Yang Bercinta ini.
Berbagai acara fesyen show baik dalam maupun luar negeri sudah dilakoni Poppy. Namanya pun sudah disejajarkan dengan para perancang busana kelas dunia, seperti Kenzo, Ralph Lauren, Calvin Klein, Giorgio Armani, dan beberapa perancang besar lainnya. “Saya belum merasa sukses, tapi saya merasa sudah berada di track yang benar melalui proses kehidupan saya,” ujar salah satu pengurus KADIN ini. Baginya, hidup yang tengah dijalaninya merupakan proses belajar untuk menjadi seorang desainer sekaligus sebagai pengusaha di dunia fesyen.
Sebagai seorang ibu pun, Poppy merasa sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik, karena anaknya telah membangun keluarganya sendiri. “Sekarang, saya ingin menentukan dan menjalani hidup saya sendiri ke depan, khususnya untuk masyarakat luas,” harap Poppy mengakhiri perbincangan. Fajar
Side Bar 1…
Mencari Makna Kehidupan Saat Berada di Himalaya
Poppy Dharsono semasa muda dikenal sebagai wanita tomboy yang kerap melakukan berbagai kegiatan laki-laki. Mulai dari kebut-kebutan di jalan raya dengan mobilnya, hingga menekuni pencak silat di perguruan Bangau Putih, Bogor, Jawa Barat. Sifatnya yang keras dan tak mau kalah dengan hegemoni para pria, juga mendorongnya untuk mendaki pegunungan tertinggi di dunia, Himalaya pada tahun 1973. Seorang diri, ia nekat pergi ke Nepal dan menuju ke gunung Himalaya. Cuaca dingin dengan kadar oksigen yang cukup minim, tak menghalanginya untuk menjejakkan kaki di atas gunung Himalaya.
“Umur saya waktu itu baru 21 tahun dan mendaki Himalaya sendiri,” aku Poppy dengan bangga. Ternyata, saat akan melakukan pendakian, Poppy berkenalan dengan beberapa kaum bangsawan Italia yang juga akan mendaki. Kumpulan serigala yang menggonggong kencang hampir saja membuat Poppy menghentikan pendakiannya. Beruntung baginya, karena ia sempat ditolong oleh salah satu keluarga asli Nepal. Selain ke Himalaya, Poppy juga mengembara ke India, Myanmar, dan Thailand. Baginya, perjalanan tersebut membawa pencerahan yang membuatnya berpikir. Selain itu, ia juga berusaha mengerti apa yang harus dilakukan anak bangsa seperti dirinya untuk memajukan bangsa dan negara. Dari situlah, ia mulai memegang prinsip hidupnya hingga saat ini. “Prinsip hidup saya adalah selalu menjaga keseimbangan fisik dan spiritual,” ujar Poppy. Fajar
Side Bar 2…
14 Tahun ‘Bersama’ Moerdiono
Sudah tak asing lagi terdengar kabar mengenai kedekatan Poppy Dharsono dengan mantan Menteri Sekretaris Negara era Orde Baru, Moerdiono. Banyak pula yang mengatakan bahwa Poppy telah menikah siri dengan Moerdiono. Kendati demikian, Poppy justru mengelak adanya hubungan suami-istri dengan pria yang disebut-sebut sebagai mantan suami penyanyi dangdut, Machicha Mochtar itu. Baginya, hubungan khusus yang dijalin bersama dengan Moerdiono hanya sebatas persahabatan yang memang sudah berlangsung selama hampir 14 tahun.
Hubungan Poppy dengan Moerdiono bermula ketika keduanya bertemu pada sebuah pertandingan tenis di Senayan sekitar 14 tahun lalu. “Dia (Moerdiono, red) itu sahabat saya,” ujar Poppy singkat. “Itu kan persepsi orang yang melihat perempuan dan laki-laki terlalu dekat, dianggap sebagai suami-istri,” kilahnya meski mengaku bahwa satu-satunya foto lelaki di rumahnya di Pondok Indah adalah foto Moerdiono.
Selepas bercerai dengan Firman Ichsan, Poppy memang sempat dikabarkan dekat dengan beberapa orang. Namun, semuanya hanya berakhir seperti angin lalu. Poppy pun mengaku merasa betah dengan kesendiriannya tersebut. “Saya memang dari kecil tidak pernah berpikir untuk menjadi istri,” ketus Poppy. Di matanya, penilaian terhadap pernikahan siri tergantung dari para pelakunya. Tinggal bagaimana niat dari para pelakunya yang melakukan nikah siri. Menurutnya, hal itu adalah hak masing-masing warga. “Saya memang lebih cocok untuk sendiri, karena saya mampu berbuat lebih banyak untuk karir dan masyarakat tanpa hambatan dari keluarga,” tutur Poppy. Fajar
Biodata :
Nama Lengkap : Poppy Susanti Dharsono
Tempat/Tanggal lahir : Garut, Jawa Barat, 8 Juli 1951
Nama Anak : Mohammad Fauzi Ichsan dan Gadis Kusuma
Wardani
Pendidikan
SR III Kebon Manggis (1963)
SMP 25, Jakarta (1966)
SMAN 7, Jakarta (1969)
Sinematografi LPKJ (1973)
Ecole Superior De La Tehnick De La Mode, Paris (1977)
Karir
Presiden Komisaris PT. Rana Sankara (1986-sekarang)
Komisaris PT. Panin Sekuritas (1980-sekarang)
Presiden Direktur PT. Poppy Dharsono Cosmetic (1989-sekarang)
Presiden Direktur PT. Pesona Sinjang Kencana (1989-sekarang)
Komisaris PT. Spinindo Mitrajaya (1989-sekarang)
Presiden Komisaris PT. Indotex La Salle Collage International (1999-sekarang)
Presiden Direktur PT. Prima Moda Linea (1990-sekarang)
Presiden Komisaris PT. Hasta Bumi Mandiri (2003-sekarang)
Komisaris Yayasan Nusantara Stroke Center (2002-sekarang)
Ketua Yayasan Museum Anak Kolong Tangga (2006-sekarang)
4 comments:
Duh Gusti! Jawa-Sunda satu ini pernah, sejak sy di sma, jd idolaku. Eee..akhirnya kenal deh, mendampingi mbak/teh Poppy ketika dia Sidang Bilateral Tekstil di USA bersama Delegasi RI (DELRI) dr Deperdag RI dll...baca sekelumit episode itu di tulisan panjang sy di Internet (NEGERI MALING) ada bbrp versi, yg aseli sy simpan kalo mau ntar email sy di pangeranpoespoyudho@gmail.com
Dia itu tough-minded lady... yo ayu yo smart n TEGAS Bo! Edan tenan, bisa kiwir2 ane....biniku tahu, "Pah, aku gak kuwatir kamu gak bakal kecantol sama cuma cewek cantik; tapi kalau cantik dan smart, BAHAYA!"
Untung imanku masih kuat, kalo ketemu masih sama2 muda dulu (meski dia Poppy lbh tua 3 tahunan). bisa bahaya beneran....
Salaam buat Poppy Dhar nan ayu luar dalam...
Luar Biasa Bisa menginpirasi kami, yg sedang belajar mengenal Dunia Fashion dan Mode.
Karirnya sangat membanggakan.
Salam.
Salut buat mb Poppy Dharsono. Menginspirasi banyak orang Selamat dan Sukses ya
(Gani Selim, Sumbawa Besar - NTB)
Maju terus pantang mundur ...idealis nya ibu Poppy mencerahkan saya untuk dapat melanjutkan hidup
Post a Comment