Tuesday, January 5, 2010

Andrie Wongso, Motivator

Berbagi Pengalaman Meraih Sukses, Meski Tak Tamat Sekolah Dasar

Bermunculannya beberapa orang yang berprofesi sebagai motivator tak pernah menenggelamkan namanya sebagai motivator nomor wahid di Indonesia. Sebaliknya, Andrie Wongso justru semakin dikenal sebagai Sang Pembelajar yang memiliki segudang pengalaman hidup berharga untuk dibagikan kepada masyarakat. Termasuk pengalamannya saat ingin merengkuh sukses meski ia berasal dari keluarga miskin dan tak pernah menamatkan pendidikan SD-nya. Bagaimana pengalaman hidup pria yang telah menekuni profesi sebagai seorang motivator sejak 25 tahun lalu ini?

Success is my right
Sukses adalah milik saya.
Kesuksesan bukan milik orang-orang tertentu.
Sukses milik Anda, milik saya, dan milik siapa saja yang benar-benar menyadari, menginginkan, dan memperjuangkannya dengan sepenuh hati..

Kalimat tersebut di atas selalu terlontar dari pria paruh baya ini. Tiapkali tampil dan memberi motivasi di depan publik, kalimat pendek itu seperti menjadi mantra bagi sebagian orang untuk mengubah cara pandang tentang kesuksesan. Tak pelak, mereka juga mengubah sikap dalam rangka merengkuh sukses seperti halnya Andrie Wongso. Kini, ayah tiga anak ini telah merasakan manisnya hasil dari sebuah perjuangan yang panjang di masa mudanya. Sebuah kantor di kawasan perniagaan di daerah Roxy, Jakarta Barat, menjadi tempat dikeluarkannya berbagai ide dari pemikiran Andrie (panggilan akrabnya, red).
Di sela-sela kesibukannya mengisi berbagai acara seminar motivasi di berbagai tempat, Andrie masih sempat meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang dengan realita. Di ruang kerjanya yang tak begitu besar, Andrie menata grup perusahaannya yang bergerak di berbagai bidang. Terdapat sebuah poster bergambar Bruce Lee terpampang jelas di dinding ruang kerjanya. “Bruce Lee adalah salah satu tokoh idola saya,” ungkap Andrie memulai perbincangan pada Jumat (9/10) siang.
Keluarga Miskin. Andrie Wongso terlahir dari sebuah keluarga miskin di Malang, Jawa Timur. Kehidupannya sangatlah memprihatinkan. Anak kedua dari tiga bersaudara ini harus ikut membanting tulang untuk membantu perekonomian keluarga. “Dulu, saya berjualan kue dari rumah ke rumah untuk bertahan hidup,” kenang Andrie. Dengan penuh semangat, Andrie muda berjualan kue dari toko ke toko demi membantu penghidupan keluarga. Kedua orangtuanya, (Alm) Budiman Wongso dan (Almh) Shierly, selalu mengajarkan sikap kerja keras dan ulet kepada ketiga anaknya. “Karena saya miskin, saya juga diajarkan untuk irit,” canda Andrie yang mengaku tak mengenal kata ‘pensiun’ ini.
Karena kemiskinannya pula, pria kelahiran 6 Desember 1954 ini harus berhenti mengenyam pendidikan saat masih duduk di bangku kelas 6 SD. Saat itu, sekolah Mandarin, tempatnya menuntut ilmu ditutup karena gejolak kondisi politik di dalam negeri. Kedua orangtuanya tak mampu untuk membiayai kepindahan sekolah dan iuran Andrie tiap bulan. Kendati tak mampu melanjutkan pendidikan, semangatnya tak pernah surut untuk memperbaiki kehidupan. Segala macam pekerjaan dilakoni Andrie selama pekerjaan tersebut dinilainya memiliki tiga karakter, yakni baik, benar, dan halal.
Selain mengerjakan berbagai pekerjaan yang dirasanya baik, Andrie juga menekuni hobinya yakni seni bela diri kungfu. “Di dalam kungfu itu banyak pelajaran yang dapat diambil,” ujar Andrie singkat. Kerap menonton aksi kungfu yang dilakukan Bruce Lee di layar kaca, menjadikannya sebagai pengidola legenda film kungfu tersebut. Tak ayal, Andrie pun mulai berlatih kungfu bersama teman-temannya. Saat usianya menginjak 22 tahun, Andrie memberanikan diri untuk merantau ke kota Jakarta.
Di ibukota, ia mendirikan perguruan kungfu 'Hap Kun Do' bersama teman-temannya. “Dengan kungfu, saya dapat membentuk mental positif yakni disiplin, tanggungjawab, pantang menyerah, dan ulet,” ungkapnya menjelaskan. Andrie juga menekuni berbagai pekerjaan mulai dari salesman sabun hingga pelayan toko. Dari hobi berlatih kungfu itu pula, Andrie mulai diajak oleh salah seorang temannya untuk menjadi seorang aktor di Taiwan. Booming film-film action kungfu, membuat Andrie tertarik untuk menjadi seorang aktor.
Aktor Film Kungfu. Tahun 1980, dengan tekad yang kuat, Andrie memberanikan diri mengadu nasib sebagai seorang aktor film kungfu di negara yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Pengalaman pertama menaiki pesawat akhirnya dirasakannya juga. Beranjak dari seorang yang tak pernah menamatkan pendidikan SD, tak menyurutkan semangatnya untuk beradu akting di dunia perfilman kungfu Taiwan.
Selama di Taiwan, Andrie membintangi kontrak tiga film kungfu sekaligus. Namun, tak pernah sekalipun, ia mendapat tawaran sebagai pemeran utama. “Kalau dilihat dari perjalanan seorang pelayan toko menjadi aktor film, itu sebuah kesuksesan. Tapi kalau sebagai aktor dan belum bisa menjadi pemeran utama, mungkin bisa disebut sebagai kegagalan,” kilah pria yang disebut-sebut sebagai motivator nomor satu di Indonesia ini. Merasa tak cocok dengan dunia perfilman, ditambah lagi dengan mulai merosotnya pamor film kungfu, Andrie pun memutuskan untuk kembali ke Jakarta. “Gagal itu adalah vitamin untuk bisa sukses,” ujar pemilik koleksi ribuan buku ini.
Sekembalinya ke Indonesia, Andrie banyak menulis kata-kata mutiara yang didapat dari pengalaman hidupnya terdahulu. Ternyata, salah seorang teman kostnya kerap mencontek kata-kata mutiara yang dibuatnya. Sejurus kemudian, muncullah ide membuat kartu ucapan dengan kata-kata mutiara tersebut. Tujuannya tak lain adalah untuk memberikan motivasi kepada orang lain melalui kartu ucapan itu. Pada tahun 1985, dengan dibantu sang kekasih yang kini telah menjadi istri dan ibu dari ketiga anaknya, Haryanti Lenny, Andrie memulai bisnis kartu ucapan bermerek 'Harvest'. Boleh dibilang, secara tak langsung Andrie sudah terjun sebagai seorang motivator sejak mengeluarkan kartu ucapan ‘Harvest’, karena di dalam kartu ucapan tersebut terdapat kata-kata mutiara yang diciptakannya sendiri.
Perlahan tapi pasti, kartu ucapan 'Harvest' mulai berkembang pesat. Banyak kawula muda yang menggandrungi kartu ucapan 'Harvest' karena kata-kata mutiaranya yang menarik. Bahkan, kartu ucapan 'Harvest' sudah memiliki penggemar cukup banyak, yang tergabung dalam Harvest Fans Club. Andrie sempat dikenal sebagai raja kartu ucapan berkat kesuksesannya dalam menjual kartu ucapan 'Harvest'. Seiring dengan kesuksesannya, Andrie juga mulai kerap menjadi pembicara intern di PT Harvindo Perkasa, perusahaan miliknya. Sekitar akhir tahun 1990, Andrie juga memulai bisnis MLM dengan salah satu rekannya.
Andrie ternyata dapat menemukan bakatnya yang lain sebagai seorang motivator. Ia pun mulai mendapatkan tawaran untuk berbicara di berbagai acara seminar motivasi. “Saya menjadi motivator itu sebenarnya dampak dari spirit yang saya miliki,” ungkap Andrie yang masih nampak bugar di usianya yang tak muda lagi ini. Semenjak itulah sekitar tahun 1992, nama Andrie Wongso mulai dikenal masyarakat sebagai seorang motivator ulung. “Motivasi yang saya berikan itu adalah akibat dari kristalisasi pengalaman perjalanan hidup saya sejak saat masih miskin hingga sekarang,” tutur pria yang murah senyum ini.
SDTT TBS. Menurutnya, nasib seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri. Sehingga, bila ingin mendapatkan kesuksesan, maka harus mulai mengubah diri sendiri agar mampu mencapai kesuksesan tersebut. Ia menggambarkan perjalanan hidupnya sebagai sebuah kristalisasi perjuangan hidup di masa mudanya sehingga ide-ide bisnis akan terus bermunculan. “Ide-ide saya itu bagaikan air yang mengalir ke sebuah botol tanpa henti,” ungkap Andrie yang kerap tak dibayar ketika tampil menjadi motivator ini. Dari ide-ide itu pulalah, lahir sebuah filosofi yang menjadi jargon Andrie tiap kali tampil sebagai seorang motivator, yakni ‘Success is my right’. “Sukses itu adalah hak saya, hak Anda, dan hak kita semua yang sadar dan ingin berjuang,” tutur Andrie.
Ide-ide fantastis itu kemudian tergambar jelas dari perusahaan miliknya yang bergelut di berbagai bidang yang tergabung dalam Andrie Wongso Corporation, mulai dari perusahaan mainan hingga makanan siap saji. Untuk mendukung perannya sebagai seorang motivator, Andrie mendirikan AW Motivation Training, AW Publishing, Multimedia, serta membuka beberapa outlet AW Success Shop, yaitu toko pertama di Indonesia yang khusus menjual produk-produk motivasi. Menurutnya, yang membedakan dirinya dengan motivator lain adalah, karena pengalaman hidupnya yang memang benar-benar mulai dari nol. “Saya sudah menjadi motivator sejak 25 tahun lalu,” ujar Andrie. “Saya lahir mulai dari nol dengan berjuang, ilmu itu saya bagikan,” lanjutnya singkat. Menurut Andrie pula, idealnya seorang motivator itu seharusnya memang memiliki pengalaman hidup yang berharga dan patut dibagikan kepada masyarakat. Berbagai undangan untuk memberi motivasi juga selalu menghampirinya. Kendati tidak tamat SD, Andrie justru kerap diundang oleh berbagai Universitas untuk menjadi pembicara. Ia juga sengaja menambahkan gelar di belakang namanya dengan ‘SDTT, TBS’, yang memiliki arti ‘Sekolah Dasar Tidak Tamat Tapi Bisa Sukses’. Andrie ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa meski ia tidak tamat SD, dengan semangat dan kerja keras yang tinggi mampu meraih kesuksesan.
Kesuksesan Andrie Wongso tak lantas melupakan perannya sebagai suami sekaligus ayah dari tiga anak, yakni Vicky, Vendy, dan Valdy. “Saya selalu membebaskan ketiga anak saya dalam memilih apa pun yang mereka suka,” ungkap Andrie. “Yang terpenting mereka dapat sukses dalam artian dapat berguna bagi orang lain,” lanjutnya singkat. Menurut Andrie, ke depannya, jaringan atau pergaulan akan sangat penting. Tak heran, ia sangat menekankan hal tersebut terhadap ketiga anaknya. “Saya mengharuskan anak-anak saya nanti selesai S2,” tegas Andrie.
Bagi Andrie, kesuksesan yang sudah diraihnya saat ini, tak terlepas dari peran semua pihak yang telah dianggapnya sebagai ‘guru’. “Istri, ibu, dan anak-anak saya adalah orang-orang di balik kesuksesan saya,” ungkap Andrie dengan tegas. Pada dasarnya, menurut Andrie, semua orang yang berada di sekelilingnya adalah guru dalam perjalanan hidupnya. “Setiap lembar kehidupan saya adalah guru saya, termasuk Bruce Lee sebagai tokoh idola,” ujar Andrie yang menyebut dirinya sebagai Sang Pembelajar ini.
Meski Andrie sendiri tak memiliki gelar pendidikan yang tinggi, ia justru selalu mengedepankan pendidikan bagi ketiga buah hatinya tersebut. “Walaupun bisa sukses tanpa pendidikan yang tinggi, tapi saya tetap mementingkan pendidikan bagi anak-anak saya,” papar Andrie. Dengan segala macam kegiatan yang dilakoninya saat ini, ia menganggap akan merasa sukses bila telah memberi manfaat bagi banyak orang. Masih banyak yang ingin dicapai Andrie ke depannya. “Saya ingin membuat sekolah bisnis, televise, dan radio motivasi,” harap Andrie yang telah memiliki majalah bernama ‘Luar Biasa’ ini. “Kesuksesan itu sebenarnya dapat diukur dari seberapa besar kita berguna bagi orang lain,” ujar Andrie mengakhiri perbincangan. Fajar

Side Bar 1...

Motivator Di Balik Kesuksesan Pebulutangkis Hendrawan

Kata-kata motivasi yang dilontarkan Andrie ternyata tak hanya nasihat belaka tanpa dampak yang nyata. Salah satu kesuksesannya sebagai seorang motivator tergambar jelas dari prestasi pebulutangkis Indonesia, Hendrawan. Saat Hendrawan terpuruk dan sepi dari prestasi dunia, Andrie Wongso hadir menjadi sosok yang tak bisa dilepaskan begitu saja ketika prestasi Hendrawan kembali meningkat.
Hendrawan sendiri sempat mengalami keterpurukan prestasi selama kurun waktu lima tahun di Pelatnas. Ia bahkan terancam dikeluarkan dari Pelatnas PBSI, karena minimnya prestasi. Dengan kondisi seperti itu, mental Hendrawan pun menjadi tak karuan. Ia mempertimbangkan keputusan untuk ‘pensiun’ dari bulutangkis yang telah digelutinya sejak masih belia. Saat berada di titik nol itulah, Hendrawan bertemu dengan Andrie yang kemudian memberikan semangat dan motivasi tiada henti. Perlahan tapi pasti, Hendrawan mulai merangkai kembali puing-puing semangatnya yang sempat hancur tak bersisa.
“Saya bisa mengangkat kembali mental juara Hendrawan yang sempat terpuruk,” ujar Andrie dengan bangga. “Intinya terus berlatih, bekerja keras, dan fokus untuk menjadi juara,” lanjutnya menjelaskan. Andrie mendorong semangat dan memperbaiki mental Hendrawan yang terpuruk agar tetap fokus untuk menjadi juara.
Pertemuan demi pertemuan dijalani Hendrawan dengan Andrie. Semangat dan kerja keras mulai muncul. Ia pun menjadi penentu kemenangan tim piala Thomas Indonesia untuk menjuarai Thomas Cup pada tahun 1998, 2000, dan 2002. Bahkan, di tahun 2001, Hendrawan mencatatkan diri sebagai seorang juara dunia. Prestasi di olimpiade Sydney tahun 2000, Hendrawan menyabet medali perak untuk mengharumkan nama bangsa. Sungguh suatu dorongan semangat yang luar biasa besar, yang diberikan Andrie terhadap Hendrawan. Atlet bulutangkis yang berasal dari Surabaya itu pun menutup karirnya dengan sederet prestasi membanggakan pada tahun 2003, setelah didera cedera yang berkepanjangan. “Bagi saya, sangat membanggakan karena telah membantu Hendrawan menemukan semangatnya kembali dan berprestasi,” papar Andrie. Fajar

Side Bar 2...

Tiga Cara Menggapai Sukses Ala Andrie Wongso

Seperti apa yang dikatakan Andrie Wongso, kesuksesan bukanlah milik orang tertentu saja dan dapat diraih oleh semua orang, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merengkuh kesuksesan tersebut, antara lain :
Di dalam hidup, kita harus berani memilih. Termasuk memilih apa yang akan menjadi target kita di masa mendatang. Targetkan dan fokus yang menjadi tujuan kita.
Atas dasar target itu, baru kemudian kita harus berani melangkah. Hindari miskin mental, seperti malas, takut, lemah, yang membuat kita tidak berani dalam melangkah menuju target tersebut.
Berjuanglah demi menggapai target untuk merengkuh kesuksesan. Berjuang dengan kerja keras dan semangat yang tinggi akan semakin mendekatkan kita ke arah kesuksesan meski kegagalan sering dialami. Karena kegagalan merupakan vitamin untuk menuju kesuksesan. Fajar


Biodata
Nama Lengkap : Andrie Wongso
Tempat, tanggal lahir : 6 Desember 1954
Nama Orangtua : Budiman Wongso, Shierly
Nama Istri : Haryanti Lenny
Nama Anak : Vicky, Vendy, dan Valdy
Pendidikan
SD Mandarin di Malang, Jawa Timur (tidak tamat hanya sampai kelas 6 SD)
Pengalaman Pembicara
Pembicara/motivator intern PT Harvindo Perkasa (sejak tahun 1989-sekarang)
Pembicara di Asia Pasific Congress Direct Selling di Malaysia (1993)
Pembicara/motivator di berbagai Universitas, perusahaan BUMN, dan swasta.
Motivator tim bulutangkis Indonesia untuk Thomas dan Uber Cup (2000, 2008,)
Motivator tim bulutangkus Indonesia untuk Olimpiade Sydney (2000)
Motivator kontingen Jawa Timur untuk PON XVI di Palembang, Sumatera Selatan
Motivator tim bulutangkis untuk All England (2000)
Motivator tim karate Sea Games Filipina (2005)
Motivator tim golf Indonesia untuk kejuaraan Asia (Mei 2006)

Monday, January 4, 2010

Ratna Sarumpaet, Aktivis Perempuan

Menjadi Aktivis Karena Marsinah
Tak jera meski sempat merasakan dinginnya tinggal di dalam bui, Ratna Sarumpaet justru semakin termotivasi untuk selalu membela kebenaran. Kasus perdagangan perempuan dan kekerasan terhadap wanita, telah menjadi sasaran utamanya untuk dibela demi menjunjung segala hal yang dianggapnya sebagai sebuah kebenaran. Alasan itu pulalah, yang kemudian mendorongnya mencabut dukungan terhadap Daisy Fajarina, ibunda Manohara. Lalu bagaimana kisah hidup ibu empat anak ini?

Rumah yang terletak di kawasan Kampung Melayu Kecil, Tebet, Jakarta Selatan itu nampak asri dan sejuk. Pepohonan besar dan berbagai tanaman hias menghiasi setiap sudut rumah bernomor 24 tersebut. Sang empunya rumah memang memiliki hobi memelihara tanaman. Tepat di belakang rumah, terdapat sebidang lahan yang kerap dijadikan tempat untuk berlatih teater. Selain dihiasi dengan tanaman, beberapa topeng kayu menempel di dinding rumahnya. Panas terik yang menyengat Jakarta seperti tak terasa setelah berada di rumah yang juga dijadikan kantor Ratna Sarumpaet Crisis Center (RSCC) tersebut.
Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya wanita bernama lengkap Ratna Sarumpaet, keluar dari sebuah ruangan dan langsung menyapa realita dengan ramah. Senyumnya mengembang, mencairkan suasana pada Rabu (3/6) siang itu. Menjelang usia 60 tahun pada Juli mendatang, Ratna-panggilan akrabnya-nampak segar bugar.
Kerutan di wajah, ditambah lagi dengan semakin banyaknya helai demi helai rambut putih di kepalanya, sama sekali tak membuat langkah Ratna di dunia seni dan sosial, terhenti. Bahkan, ia sempat membuat film layar lebar berjudul Jamila dan Sang Presiden yang diangkat dari naskah yang dibuatnya pada tahun 2006 lalu. Selain itu, Ratna juga kerap mendampingi beberapa kasus yang menjadikan wanita sebagai korban. Di sela-sela kesibukannya itulah, wanita asli Tarutung, Sumatera Utara ini masih menyempatkan berbagi cerita dengan realita. Sembari duduk di halaman belakang rumahnya yang asri, Ratna pun memulai perbincangan dengan begitu bersemangat.
Didikan Keras. Lahir dari sebuah keluarga Batak, membuat Ratna hidup dalam lingkungan yang selalu mengedepankan kedisiplinan. Didikan yang keras dari kedua orangtuanya, Saladin Sarumpaet dan Yulia Hutabarat. Sang ayah merupakan seorang pejuang kemerdekaan dan pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian pada masa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta (PRRI/Permesta). Saladin juga sangat aktif di dunia politik, dengan mendirikan sebuah partai bernama Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Tak berbeda jauh dengan sang ayah, ibunya juga dikenal sebagai tokoh penting pergerakan perempuan Tapanuli yang kerap memperjuangkan kedudukan perempuan dalam tubuh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang cenderung didominasi oleh kaum laki-laki. Ibunya yang juga sahabat karib proklamator, Mohammad Hatta, pernah menjabat ketua Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI) Sumatera Timur.
“Didikan dari orangtua memang keras khas orang Batak,” kenang Ratna. Hal itu nampak dari kebiasaan Ratna kecil bersama delapan saudara kandung lainnya yang diharuskan sudah mandi dan rapi sebelum pukul 6 pagi, waktu yang ditentukan untuk sarapan pagi. Dua kamar mandi dalam rumahnya terpaksa harus menjadi rebutan bagi keluarga besar Ratna setiap paginya. “Yang bangun pagi duluan, pasti akan dapat kamar mandi terlebih dahulu,” ujar anak kelima dari sembilan bersaudara ini.
Ratna lahir dan dibesarkan di daerah Tarutung, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Ia berasal dari keluarga besar dan sederhana. Selain didikan keras, Ratna juga dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat beragama. Sang ayah selain aktif di dunia politik, juga merupakan salah satu pejabat penting Dewan Gereja Indonesia. Ratna kecil mengenyam pendidikan di SD Negeri di daerah Tarutung. Selepas SD, ia bersama keluarga pindah ke kota Yogyakarta dan melanjutkan sekolahnya di SMP BOPKRI, Yogyakarta. Setelah tiga tahun tinggal di kota pelajar, Ratna kemudian pindah ke Jakarta dan bersekolah di SMA PSKD I.
Selepas SMA, Ratna sempat melanjutkan ke bangku kuliah dengan mengambil jurusan arsitektur, Universitas Kristen Indonesia (UKI). Namun, setelah hampir enam semester bergelut dengan pendidikan arsitektur, tiba-tiba ia memutuskan untuk berhenti kuliah. Kala itu, sang ayah marah besar karena keputusan Ratna tersebut. Kebimbangan Ratna bermula setelah berusaha untuk jujur pada dirinya sendiri. Perasaan itu pulalah yang kemudian mendorongnya untuk cuti dari kuliah. Pada saat cuti, Ratna sempat mengunjungi Taman Ismail Marzuki (TIM). Kebetulan, kala itu TIM baru resmi dibuka dan mengadakan pertunjukkan WS Rendra. “Ini hidup saya,” ujar Ratna sesaat setelah menikmati pertunjukan seniman yang berjuluk Si Burung Merak tersebut.
Berhenti Kuliah. Sekembalinya ke rumah, tanpa berpikir panjang, wanita kelahiran 16 Juli 1949 ini langsung mengungkapkan keinginannya untuk berhenti kuliah. Ia memutuskan untuk belajar dunia seni dan teater. Lagi-lagi, sang ayah marah besar dan tak menerima keputusan anaknya itu. Kendati begitu, Ratna tetap bersikukuh mengambil keputusan yang mutlak. “Apa yang kamu lakukan untuk masyarakat dengan bergelut di dunia teater?” begitu pertanyaan sang ayah sesaat setelah Ratna mengungkapkan keinginannya. Pertanyaan tersebut terlontar beberapa kali dari mulut sang ayah. Alhasil, Ratna merasa berhutang kepada ayahnya itu karena ia harus melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas melalui dunia teater yang ia geluti. “Dari situ, saya langsung memantapkan cita-cita saya menjadi seorang sutradara,” ujar wanita yang sempat mengikrarkan menjadi calon presiden ini.
Ratna kemudian belajar dunia teater dan seni secara otodidak. Guru pertamanya adalah WS Rendra. “Saya belajar ilmu dasar drama banyak dari Rendra,” kenang saudara kandung sutradara handal, Sam Sarumpaet ini. “Tapi saya belajar soal pemikiran, itu dari Asrul Sani,” lanjutnya singkat. Hasil pembelajarannya itu kemudian diterapkan pada debut pementasannya berjudul Rubayyat Omar Kayyam. Sejak saat itu, banyak film dan pementasan teater hasil karyanya melalui kelompok drama Satu Merah Panggung, yang didirikannya sejak tahun 1974.
Berbagai naskah dan karya yang dibuatnya sedari dulu memang terinspirasi dari bermacam-macam persoalan yang terjadi di negeri ini. Salah satunya yang kemudian telah mengubah pola pikir Ratna terhadap kehidupan adalah peristiwa terbunuhnya buruh wanita bernama Marsinah beberapa tahun lalu. “Kejadian Marsinah seakan-akan telah menghantui saya di setiap kegiatan yang saya lakukan,” aku Ratna. “Saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk menolong Marsinah,” lanjutnya singkat. Namun, kala itu ia masih kebingungan dengan apa yang akan dilakukan untuk membantu proses pengungkapan kasus Marsinah. “I have to do something,” tekad Ratna kala itu.
Marsinah Menggugat. Akhirnya, Ratna menemukan caranya sendiri yaitu dengan menulis kasus Marsinah dalam bentuk naskah setebal 12 halaman. Kejadian Marsinah ternyata mendorongnya untuk membantu membuka mata semua orang tentang kasus serupa dengan Marsinah. “Saya menulis karena saya benar-benar marah terhadap sebuah persoalan,” ujar nenek dari lima cucu laki-laki ini. “Karena kemarahan saya terhadap kejadian Marsinah itulah yang mendorong saya menjadi seorang aktivis,” lanjutnya menjelaskan. Kekecewaan dan kemarahan Ratna ternyata masih terpendam hingga saat ini, karena belum terungkapnya pelaku pembunuhan Marsinah.
Dengan segala pembelajaran dari penulis sekelas Gunawan Mohammad dan Asrul Sani, lahirlah sebuah karya bertajuk Marsinah, Nyanyian dari Bawah Tanah pada tahun 1994. Karya tentang Marsinah kembali berlanjut pada era reformasi dengan menelurkan naskah berjudul Marsinah Menggugat, yang dibuatnya hanya dalam waktu 4 hari. Karya tersebut kemudian melambungkan nama Ratna Sarumpaet sebagai seorang penulis yang cukup handal. “Sebelum menulis, saya harus melakukan survei,” ungkap Ratna. Langkah Ratna sebagai sutradara dan penulis sejak era tahun 1980-an langsung mendapat sorotan dan pengakuan dari para seniman senior di masanya. “Dulu, penulis sekaligus sutradara wanita itu kurang mendapat tempat,” kenang Ratna yang sudah menjadi mualaf sejak lima tahun setelah menikah beda agama dengan seorang pengusaha keturunan Arab.
Penghargaan dan apresiasi dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri lantas diperolehnya. Ratna pun dikenal sebagai seorang pejuang hak asasi manusia yang seringkali berada di barisan terdepan dalam memperjuangkan kebenaran. Kendati demikian, keberaniannya dalam menyuarakan kebenaran ternyata harus berujung hukuman penjara. Pada tahun 1998 di penghujung era orde baru, Ratna harus merasakan dinginnya tinggal di dalam bui, akibat mengadakan pertemuan bertajuk ‘People Summit’ di Ancol, Jakarta Utara. Ia lantas dijebloskan ke LP Pondok Bambu selama 70 hari. Sehari setelah Soeharto lengser, barulah Ratna mampu menghirup udara bebas. “Jadi karena tekanan para aktivis dan seniman luar negeri, akhirnya saya dibebaskan,” kenang Ratna.
Pengalaman tinggal di dalam penjara ternyata tak menyurutkan semangat Ratna menyuarakan kebenaran. Tuduhan berbuat makar pada era reformasi, tak dihiraukannya. Sebaliknya dengan beberapa karya naskahnya, ia mampu membanggakan bangsa Indonesia dengan memperoleh penghargaan The Female Special Award for Human Rights dari organisasi The Foundation of Human Rights in Asia pada tahun 1998. Penghargaan tersebut hanya diberikan kepada dua tokoh wanita Asia, yakni Aung San Suu Kyi (pejuang HAM Myanmar) dan Ratna sendiri. Tak hanya itu saja, keberaniannya untuk memperjuangkan kebenaran juga membuat ia kerap diundang sebagai pembicara di berbagai acara, baik dalam maupun luar negeri.
Kini, Ratna memang disibukkan dengan membantu banyak kasus yang dilaporkan ke Ratna Sarumpaet Crisis Center. “Saya juga sudah lupa kegiatan ini sejak kapan,” ujar Ratna singkat. Namun, yang pasti kegiatan ini berjalan secara alamiah karena banyaknya yang mengadu kepada Ratna. “Ini adalah kegiatan sukarela, saya nggak pernah memungut tarif tertentu,” ungkap adik ipar Asrul Sani ini. Dengan mengandalkan 12 orang pengacara yang bernaung di organisasi pimpinannya, Ratna berusaha membantu banyak pihak yang menuntut adanya kebenaran.
Dananya sendiri didapat dari kegiatan pendampingan bagi beberapa kasus yang diakui Ratna, kerap mendapatkan pembayaran. “Itu khusus untuk yang berduit, jadi saya terapkan subsidi silang bagi sebagian kasus yang tujuannya sukarela,” tutur Ratna. “Saya melihat apa yang saya lakukan ini adalah sebagai tugas dan ibadah,” lanjutnya menjelaskan.
Selain sebagai aktivis perempuan, Ratna juga disibukkan dengan kegiatan kesenian yang sedari awal telah membesarkan namanya. Khusus untuk dunia seni, Ratna mengaku kebanyakan karya seni yang dibuatnya tidaklah selalu ditujukan secara komersil. Selalu ada tujuan tertentu yang ingin dicapai, yang intinya tentu masyarakat luas terutama kaum perempuan. “Saya akan berkarya bila saya benar-benar terganggu karena adanya satu persoalan serius,” ungkap Ratna.
Bercerai Karena Poligami. Keinginannya untuk membantu masyarakat luas melalui dunia seni teater yang digelutinya mungkin sudah tercapai saat ini sesuai dengan keinginan sang ayah. Namun, kegagalan dalam berkeluarga yang dibinanya sejak tahun 1970 bersama pengusaha keturunan Arab, Achmad Fahmy Alhady harus berujung dengan perceraian setelah membina usia pernikahan 15 tahun. “Saya tidak mau dipoligami, dan saya lebih memikirkan nasib anak-anak,” kilah Ratna ketika ditanya alasan perceraiannya. Pernikahannya tersebut telah menghadirkan empat anak, yakni Mohammad Iqbal Alhady, Fathom Saulina, Ibrahim Alhady, dan Atiqah Hasiholan. Ia juga telah dianugerahi lima cucu laki-laki yang kini mewarnai kehidupannya di waktu senggang. “Apa yang saya lakukan, selalu saya diskusikan dengan keluarga dan anak-anak terlebih dahulu,” tutur Ratna. “Saya lebih baik mati karena memperjuangkan sesuatu daripada harus mati berdiam diri,” tegasnya. Fajar

Side Bar 1…
Telenovela Manohara

Nama Ratna Sarumpaet sempat muncul dan terlibat langsung dalam kasus model Manohara Odelia Pinot yang dikabarkan mendapat kekerasan dari suaminya, Tengku Muhammad Fakhri. Hal itu bermula setelah Ratna pernah dimintai tolong oleh ibunda Manohara, Daisy Fajarina, pada akhir April lalu. Saat itu, Daisy mengadukan adanya kawin paksa dengan motif penipuan dan penculikan, pemerkosaan yang terjadi kepada Manohara di sebuah kapal pesiar, beserta penganiayaan yang dilakukan Tengku Mohammad Fakhri.
“Saya nggak mau membela Manohara dan ibu Daisy sebelum ada bukti-buktinya,” aku Ratna. Namun, niat baiknya tersebut tidak dibarengi oleh keseriusan Daisy. Hal itu terlihat dari ketidakdatangan Daisy beserta bukti-bukti yang dijanjikan sebelumnya ke Mabes Polri. Termasuk baju yang dikenakan Manohara, saat diakui diperkosa oleh Tengku Mohammad Fakhri. Padahal, pihak kepolisian sudah memanggil Daisy sebanyak 3 kali selama masih ditangani oleh Ratna. “Alasannya itu macam-macam, sakit tenggorokan atau apalah, tapi ternyata dia malah ikut-ikutan demo di jalanan,” ujar Ratna. Alhasil, Ratna pun mencabut dukungannya terhadap Daisy Fajarina dan Manohara. “Dia (Daisy, red) lebih senang di depan kamera, daripada mengurusi di jalur hukum,” ujarnya.
Kedatangan Manohara kembali ke Indonesia, awalnya diharapkan Ratna dapat mempercepat proses pengaduan. Namun, ternyata proses hukumnya pun tertunda akibat kegiatan Manohara dan Daisy yang kerap berkunjung dari stasiun televisi ke stasiun televisi lainnya. “Saya kira anaknya beda, tapi sama saja dengan ibunya,” ungkap Ratna kesal. “Kasus Manohara ini membuat saya marah, karena saya sudah sukarela membantu dan telah menyediakan 9 pengacara, tapi tak ada keseriusan dari ibu Daisy,” lanjutnya menjelaskan.
“Saya akan meyakini segala sesuatu itu benar bila saya sudah melakukan survei dan bertanya kepada banyak pihak,” kilah Ratna. Hal itu pula yang kemudian memantapkan niat Ratna menjadi seorang mualaf, meski ditentang keras oleh kedua orangtuanya. “Saya memang aktivis perempuan, tapi saya juga pembela kebenaran yang harus ditegakan,” tegas Ratna. “Kasus Manohara seperti telenovela, dan opera,” lanjutnya singkat. Fajar

Biodata
Nama Lengkap : Ratna Sarumpaet
Tempat/Tanggal Lahir : Tarutung, Sumatera Utara/ 16 Juli 1949
Nama Orangtua : Saladdin Sarumpaet dan Yulia Hutabarat
Nama Anak :
Mohammad Iqbal Alhady
Fathom Saulina
Ibrahim Alhady
Atiqah Hasiholan
Pendidikan
SDN Tarutung
SMP BOPKRI, Yogyakarta
SMA PSKD I, Jakarta
Arsitektur, UKI, Jakarta (tidak tamat)
Karya Naskah Drama
Dara Muning (tahun 1993)
Marsinah, Nyanyian dari Bawah Tanah (1994)
Terpasung (1995)
Pesta Terakhir (1996)
Marsinah Menggugat (1997)
Alia, Luka Serambi Mekkah (2000)
Anak-anak Kegelapan (2003)
Jamila dan Sang Presiden (2006)
Penghargaan dan Kegiatan
Pembicara di International Woman Playwright II, Adelaide, Australia, tahun 1994
Pembicara di 4th International Woman Playwright Center, Galway, Irlandia, 1997
Peraih The Female Special Award for Human Rights dari organisasi The Foundation of Human Rights in Asia, 1998
Memberikan pidato pada peringatan 50 tahun Hak Asasi Sedunia di Gedung Palais de Chaillot, Perancis, 1998
Pembicara di Sidney Writer Festival, Australia, 1998
Pembicara di Writer in Prison-PEN International, Khatmandu, Nepal, 2000
Pembicara pada pementasan naskah Marsinah Menggugat dipentaskan di puluhan Negara

Naomi Susan, Pengusaha dan Motivator

Mengubah Negatif Menjadi Kesuksesan

Namanya makin dikenal orang setelah menerbitkan buku best seller berjudul ‘Be Negative’. Sebagai seorang pengusaha yang memulai bisnisnya dari nol, Naomi Susan banyak berbagi kisah dan pengalamannya tersebut ke banyak orang melalui buku yang ditulisnya sendiri. Bukan mengajarkan hal-hal positif, melainkan sikap negatif yang kemudian diubah menjadi sebuah kesuksesan. Lalu, bagaimana kisah wanita yang dinobatkan sebagai salah satu dari 50 tokoh wanita paling berpengaruh di Indonesia versi sebuah majalah ini?

Negative (Jangan) + Negative (Gagal) = Positive (Jangan Gagal)

Serangkaian kalimat di atas merupakan kalimat pertama pada halaman pembuka buku berjudul ‘Be Negative’ karya Naomi Susan. Meski terkesan sederhana, Naomi telah memberikan motivasi bahwa hasil yang dicapai akan berbuah kesuksesan bila mampu mengemas hal-hal negatif sedemikian rupa. Dengan berbekal prinsip yang nyeleneh itulah, Naomi kerap menjadi pembicara di berbagai seminar motivasi.
Saat hari libur dinikmati oleh kebanyakan orang, justru Naomi Susan disibukkan dengan kegiatannya sebagai seorang pembicara di sebuah seminar motiviasi bagi para pengusaha wanita. Wajahnya nampak cantik dengan riasan yang cukup natural. Rambut panjangnya juga dibiarkan terurai hingga bahu. Senyum mengembang dari bibir Naomi yang merah merona. Dengan lantang, ia mengurai pengalamannya dalam membangun bisnis. Kegagalan pun sudah beberapa kali menghampirinya. Namun, Naomi mengaku bahwa dengan banyaknya kegagalan yang dialami, justru akan semakin mendekatkan dirinya ke arah kesuksesan.
Para peserta seminar yang kebanyakan wanita pun terkesima dengan apa yang telah disampaikan Naomi. Berbeda halnya dengan seminar lain, Naomi justru menyampaikan pesan melalui cara cukup aneh. Segala hal berbau negatif selalu menjadi isi dari pesan Naomi kepada para peserta seminar. Di sela-sela kesibukannya tersebut, Naomi-panggilan akrabnya, red-berbagi kisah mengenai perjalanan hidupnya yang banyak memotivasi banyak orang.
Nakal dan Tomboy. Di usianya yang baru menginjak 34 tahun, Naomi sudah meraih sukses di karir. Ia tercatat sebagai seorang investor dan pemimpin dari 7 perusahaan Ovis Group. Selain itu, Naomi juga dikenal sebagai seorang motivator handal dalam memberikan dorongan dan semangat bagi para wanita khususnya pengusaha wanita yang ingin berkembang. Tiap kali tampil di depan publik, Naomi selalu tampil anggun. Sangat berbeda halnya ketika ia masih kanak-kanak. Naomi kecil justru kerap berbuat nakal. Penampilannya lebih mirip anak laki-laki ketimbang anak perempuan. Hampir setiap hari, anak ketiga dari empat bersaudara ini selalu berbuat kenakalan. Akibatnya, kedua orangtua selalu memberikan hukuman kepada Naomi akibat kenakalan tersebut.
Terlahir di sebuah keluarga yang sederhana, memang sempat membuat Naomi menggerutu dan dikelilingi oleh sebuah pertanyaan. “Kenapa saya dilahirkan di sebuah keluarga yang tidak seperti teman-teman saya rasakan, berkecukupan dan bahagia?” ungkap Naomi kecil kala itu. Sang ayah, (Alm) Endang S. Sukandar memang tak memiliki usaha besar dan pekerjaan tetap dengan penghasilan yang cukup besar pula. Ia hanyalah seorang pengusaha kecil-kecilan yang memproduksi makanan kecil. Sedangkan ibunya, Suyenti hanya ibu rumah tangga yang juga kerap membantu di usaha sang suami. Namun, berkat usaha sang ayah itulah, Naomi beserta saudara kandungnya yang lain mampu menempuh pendidikan dengan baik.
Di rumah, didikan kedua orangtuanya selalu memberikan kebebasan asalkan dibarengi dengan rasa tanggung jawab yang besar. “Kita semua dibebaskan asal bertanggung jawab,” ujar wanita kelahiran 15 Januari 1975 ini. Kesehariannya, Naomi tak pernah dipaksa untuk belajar atau pun masuk ke sekolah setiap hari. Kendati begitu, Naomi ditanamkan rasa malu bila prestasi di sekolahnya tidak baik. Dengan demikian, rasa tanggung jawab itu pun mulai tumbuh di dalam diri semua anak-anaknya, termasuk Naomi.
Naomi kecil yang nakal beberapa kali terkena hukuman oleh sang ayah. “Saya sering disabet pakai sabuk papa karena nakal dan tomboy,” kenang Naomi kepada realita beberapa waktu lalu ini. Bahkan suatu kali, Naomi pernah membuat kakaknya terjatuh dan luka-luka akibat kenakalan dirinya. “Kenakalan dan hukuman yang diberikan oleh papa itu masih terkenang dan menjadi kenangan manis saya,” ujar wanita yang kerap menyalurkan hobi traveling-nya ini.
Berbisnis Sejak Dini. Setelah ‘numpang’ dilahirkan di kota Medan, Sumatera Utara, Naomi kerap berpindah tempat tinggal karena kepindahan usaha sang ayah. Ia pernah pindah ke daerah Surabaya, Jakarta, Semarang, dan kembali lagi ke Jakarta. Ia sempat bersekolah di SD Canisius, Poncol, Semarang selama beberapa tahun. Naomi lantas pindah ke SDN 14, Jakarta dan SMPN 60, Jakarta. Selepas menamatkan SMP, Naomi melanjutkan pendidikannya di SMA Santo Anthony, Jakarta. Kendati, dibesarkan di sebuah keluarga yang sederhana, Naomi tetap bertekad untuk selalu berprestasi di sekolahnya. “Walaupun saya bukan tipe kutu buku dan tak suka menghafal, saya sealu berada di ranking tiga besar,” aku Naomi dengan bangga. “Di kelas, saya lebih suka mendengar dan menjadi mengerti,” lanjutnya singkat. Selain berprestasi di sekolah, Naomi juga mulai belajar berbisnis. Ia kerap membantu tantenya berjualan tanah di daerah Jonggol, Jawa Barat.
Seiring bertambahnya umur, akhirnya Naomi menyadari bahwa pertanyaan yang kerap berada di pikirannya akhirnya terjawab sudah. “Tuhan sengaja menempatkan saya di keluarga sederhana, agar saya menjadi anak yang paling kuat,” tutur Naomi dengan tegas. Karena kecerdasannya dan ditambah lagi dengan kondisi keuangan keuarga yang makin membaik, Naomi berkesempatan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri, tepatnya di University of Portland, Oregon, Amerika Serikat. Cita-citanya yang ingin menjadi wanita karir yang sukses membuat dirinya memilih bidang studi marketing communication.
Selepas lulus, Naomi kembali ke tanah air dengan harapan merintis karir. Ia sempat bekerja di perusahaan periklanan sebagai seorang account executive. Sembari bekerja, naluri bisnis Naomi muncul saat melihat pergerakan bursa saham. Dengan mengandalkan uang di tabungan pribadinya, Naomi pun memberanikan diri untuk menanamkan ke lantai bursa. Ternyata keberuntungan belum berpihak kepada Naomi. Uang di tabungannya tersebut terkuras habis karena salah perhitungan.
Kegagalan Berbisnis. Adanya dorongan ingin menambah wawasan, Naomi pun kembali mencari pekerjaan di perusahaan lain. Di perusahaan yang memproduksi Ovis Dinning Club, Naomi mulai merintis karir sebagai bagian marketing. Hanya dalam tempo dua bulan saja, Naomi mampu menunjukkan performanya yang baik. Alhasil, Naomi pun ditawari sebagai pemegang saham di perusahaan tersebut. Trauma saat menanamkan uang di lantai bursa lantas membayangi pikirannya. Ia mengaku tak mudah untuk kembali menanamkan uang bila sebelumnya justru hanya menemui kegagalan saja. Namun, pimpinannya saat itu berusaha meyakinkan Naomi dengan penawaran yang cukup fleksibel dalam menghadapi risiko kerugian. Alhasil, Naomi pun menerimanya dan resmi menjabat sebagai seorang jajaran direktur di perusahaan tersebut.
Tak lama setelah menjabat sebagai direktur, badai krisis menimpa Indonesia dalam kurun waktu 1997-1999. Otak bisnis Naomi mulai berputar cepat menghadapi tantangan yang cukup besar itu. Ia mulai membuat inovasi dan memberikan pendekatan rasional kepada para kliennya. Ahasil, tahun 1999, bisnisnya kembali berjaya dan meneguk keuntungan selepas krisis selesai. Bahkan, inovasi yang dilakukan Naomi tak berhenti sampai di situ saja. Ia mulai menelurkan perusahaan-perusahaan baru di bawah Ovis Group yang berasal dari keahliannya dalam dunia marketing. Bisnis-bisnis pribadinya pun mulai bermunculan, mulai dari bisnis property hingga restoran. Hampir semuanya meraup sukses karena inovasi yang dilakukan Naomi.
Pengusaha Wanita Muda Tersukses. Saat ini Naomi Susan tercatat sebagai direktur yang memiliki sekurangnya tujuh perusahaan di antaranya PT. Natural Semesta yang sedang ia bangun, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang cafĂ©, playground, salon kecantikan & refleksi, Foto Studio serta Learning Center. Kendati sebagai seorang entrepreuner, Naomi terbilang sukses, ia tak melulu mengejar materi sebagai ukuran kesuksesannya. “Succes is balance,” ungkap penyuka warna merah ini dengan tegas.
Kesuksesannya itulah yang kemudian dijadikan sebagai inspirasi dan pengalaman bermakna yang dituangkan dalam kata-kata motivasi di dalam buku Be Negative. “Semua pengalaman detik demi detik hidup saya sangatlah bermakna,” ujar Naomi. Dengan banyaknya kejadian atau pengalaman hidup negatif yang menghampirinya itulah, Naomi berusaha sekuat mungkin untuk mengubahnya menjadi hasil yang postif dan sebuah kesuksesan. “Yang jelas, semua saya alami sendiri dan saya ingin berbagi kepada masyarakat tentang bagaimana mengelola hal dan keadaan negatif dalam kehidupan kita,” tuturnya menjelaskan.
“Bila kita merasa tidak mampu dan daya upaya yang kemudian digabungkan dengan perasaan negatif lainnya, seperti takut atau ragu, maka akan menghasilkan kata positif,” tutur Naomi. “Tapi jangan cuma dibaca, harus dilakukan. Maka akan menjadi semangat bagi kita,” lanjutnya bersemangat. Kesuksesan Be Negative menjadi buku best seller akan kembali dilanjutkan dengan meluncurkan buku lanjutannya. “Saya ingin kembali menerbitkan buku lagi, tetap terinspirasi dari pengalaman saya,” ungkap Naomi.
Kesuksesannya memimpin 7 perusahaan sekaligus, justru dianggapnya belum mencapai apa yang dinamakan kesuksesan. “Saya tidak pernah merasa sukses,” canda Naomi sembari tertawa lebar. Ia mengaku masih memiliki mimpi dan ambisi yang ingin dicapai di masa mendatang, termasuk kembali menerbitkan buku lanjutan Be Negative. Menurutnya, kaum perempuan dapat dengan mudah meraih sukses tergantung dengan masing-masing wanita itu sendiri. “Jika wanita itu memang termotivasi dan terdorong untuk bersaing dengan pria, maka mereka bisa,” ungkap Naomi. “Posisi perempuan harus dibuat oleh perempuan itu sendiri,” lanjutnya singkat.
Untuk kehidupan pribadinya, Naomi mengaku telah melewati satu langkah dalam hidupnya dengan mengakhiri masa lajangnya setahun kemarin. Ia menikah dengan sosok pria yang sudah dikenalnya sejak lama, dr. Yusfa Rasyid, SpOG. “Walaupun saya tidak berhasil meraih cita-cita saya sejak kecil untuk menjadi dokter, tapi sekarang saya malah dipanggil Bu Dokter (istri dokter, red),” canda Naomi. Dari pernikahannya tersebut, Naomi masih memiliki mimpi yang sangat diinginkannya saat ini. “Saya ingin memiliki anak,” harap Naomi. Selain itu, “Saya juga ingin menjadi bagian dari perkembangan bisnis di Indonesia dan manusia pilihan Tuhan dengan deposito melimpah di surga,” tutur Naomi mengakhiri perbincangan. Fajar

Side Bar 1…

Ingin Seperti Mike Tyson

Berbagai motivasi bernada positif yang kerap diberikan kepada orang agar mampu bangkit dan meraih sukses, dianggap Naomi sebagai suatu hal yang monoton dan membosankan. “Yang seperti itu akhirnya malah membelenggu orang dan membuatnya menjadi jenuh,” kilah Naomi. Menurutnya, tak semua orang dapat meraih sukses seperti orang-orang yang memberikan motivasi bernada positif. “Don’t push anybody to wear your dress,” ungkapnya berfilosofi.
“Saya justru mau diperlakukan seperti Mike Tyson, saat dia jatuh di ring tinju” ujar pemegang rekor MURI sebagai pembeli pertama Notebook BYON berlapis emas 23 karat dan bertahtakan berlian ini. Menurutnya pula, Tyson saat terjatuh di ring, akan langsung mendapatkan makian dari sang pelatih. Saat mendapatkan makian itulah, kemudian Tyson mendapatkan dorongan yang amat besar untuk bangkit dan menghantam lawannya hingga KO. “Sejak awal, saya ingin seperti Tyson, ketika banyak orang yang meremehkan kita, maka saat itu pula saatnya kita bangkit dan menunjukkan kemampuan kita yang sebenarnya,” tutur Naomi.
Ketika Naomi diremehkan karena seorang perempuan yang belum tentu berhasil merintis bisnis dari nol, saat itulah, Naomi meramu semua strategi untuk melakukan sesuatu agar menunjukkan hasil yang positif. “Di Indonesia, sesuatu yang negatif lebih bisa dijual daripada yang positif,” ujar Naomi. Ia mencontohkan beberapa lagu yang bernada negatif dan selingkuh yang justru meraup sukses ketimbang lagu-lagu bernada positif dan monoton. Fajar

Side Bar 2…

Tips Meraih Sukses Ala Naomi Susan

Dengan pengalamannya jatuh bangun dalam dunia bisnis dan mampu meraih kesuksesan di usianya yang relatif muda, Naomi memiliki beberapa tips yang dapat dijalankan dengan mudah, yakni:
Bubarkan tim kerja, jika mereka hanya menjadi beban bagi langkah Anda.
Putus asalah, bila Anda tidak menyadari bahwa Anda dilahirkan ke dunia dengan potensi yang besar untuk menjadi seorang pemenang dalam hidup.
Bunuh kreativitas, jika Anda tidak bisa menyalurkannya dengan cara yang tepat dan hanya menyimpannya di otak Anda.
Irilah, kepada rekan Anda yang lebih baik pendapatan dan kesuksesannya.
Menyerahlah, pada perdebatan orang-orang pesimis yang menganggap kesuksesan bukan milik Anda.
Kejamlah, kepada orang-orang yang akan mematikan potensi Anda.
Santailah, jika Anda merasa beban itu sudah menumpuk.

Biodata

Nama Lengkap : Naomi Susan
Tempat, Tangga Lahir : Medan, 15 Januari 1975
Nama Suami : dr. Yusfa Rasyid, SpoG
Pendidikan :
SD Canisius, Poncol, Semarang
SDN 14, Jakarta
SMPN 60, Jakarta
SMA Santo Anthony, Jakarta
Marketing Communication, University of Portland, Oregon, USA
Karir :
Marketing Manager Indomarble Machinery, tahun 1995
Account Executive VOXA Advertising, 1996
Share Holder Ovis Group (1997- sekarang)
Direktur PT Ovis Utama untuk produk Ovis Dinning Club
Direktur PT Ovis Utama untuk produk Bursa Bisnis
Direktur PT Ovis International
Director of Commercial Affairs PT Ovis Prointeraktif
Program & Communication Director PT Ovis Sendnsave
Sales & Marketing Director Bouraq Airlines (cabang Jelambar)
Pemilik dan Managing Director PT Natural Semesta (2005 s/d sekarang)