Tuesday, February 23, 2010

Mien R. Uno, Presdir Lembaga Pendidikan Duta Bangsa

Mengabdikan Hidupnya untuk Etika, Kartini dan Keluarga

Banyak wanita masa kini yang mampu meneruskan jiwa Kartini. Namun, bila ada ‘Kartini’ yang menjunjung nilai etika dan mengutamakan keluarga, Mien Unolah orangnya. Bahkan di usianya yang mulai senja pun, Mien Uno tetap menjunjung tinggi ketiga aspek tersebut. Bagaimana sosok ibu dari dua anak ini dalam menjalani misi kehidupannya?

Jumat (4/5) pagi, gedung tinggi yang terletak di tengah-tengah perumahan itu terlihat sangat kokoh. Tulisan Lembaga Pendidikan Duta Bangsa tampak menghiasi bagian atas gedung di daerah Kemang Selatan, di mana lembaga pendidikan tersebut berada. Lembaga itulah yang kini dipimpin oleh Mien Uno, seorang “Kartini” masa kini yang kerap mengusung nilai-nilai etika dan pengembangan diri, setiap mengisi berbagai seminar.

Ada sesuatu yang unik pada Yayasan Duta Bangsa pada pagi itu. Mulai dari Satpam hingga resepsionis, memberikan penyambutan yang ramah dan bersahabat. “Selamat pagi Pak, ada yang bisa saya bantu?” ujar resepsionis Duta Bangsa menyambut Realita. Tak hanya itu, seorang office boy yang menyediakan minuman juga bertindak yang sama. Memang, perilaku karyawannya mulai dari level bawah sampai atas terlihat begitu kental.

Setelah menunggu di dalam salah satu ruangan, Mien Uno hadir dan menyapa. Meski usianya sudah berkepala enam, penampilan Mien Uno justru terlihat lebih muda. Tak hanya itu, suaranya pun masih lantang dan penuh semangat. Apalagi, ketika ia mulai mengangkat masalah wanita yang mampu menjadi pemimpin. Mien Uno tampak sangat bersemangat

menceritakan perjalanan hidup dan karirnya, hingga ia mampu menjadi seorang presiden direktur di Lembaga Pendidikan Duta bangsa.

Etika dan Moral. Siapa yang tak kenal Mien Uno? Sejak tahun 1970-an, Mien Uno sudah aktif di berbagai organisasi hingga sekarang. Ia dikenal sebagai pendidik dan pakar etika. Selain itu, dia juga aktif sebagai pemerhati masalah penampilan dan pengembangan diri dari masing-masing personal. Jadi, jangan heran jika tiap kali Mien Uno tampil dalam seminar, topik yang akan dibicarakan adalah masalah etika dan pengembangan diri. Baik bagi pria maupun wanita.

Ketertarikan Mien Uno mengembangkan masalah etika berawal setelah ia menyadari bahwa etika memiliki landasan moral. Sedangkan moral, menurut Mien Uno, bersifat universal. “Moral itu banyak kaitannya dengan hati nurani,” ujar pemilik nama asli Rachmini Rachman ini. “Etika adalah perangkat tata cara pergaulan,” tuturnya. Etika mengatur bagaimana seseorang bergaul di masyarakat. Menurut Mien, etika itu banyak berkembang karena ada faktor budaya dan pengalaman. Selain itu, etika bisa diterima di satu tempat, namun belum tentu bisa diterima di tempat lain.

Sedangkan moral menurut Mien Uno, berkaitan sangat erat dengan agama. Diakui Mien, orang yang memiliki penghayatan agama yang kuat, memiliki falsafah moral yang kuat juga. Mien percaya, jika apa yang ditanam adalah kebaikan maka pada nantinya akan menuai kebaikan, begitu pula sebaliknya.

Wanita dan Anak. Mien Uno tak hanya sukses dalam karirnya sebagai pakar etika, tetapi juga sukses dalam berperan sebagai seorang ibu di dalam keluarga. Lihat saja anak bungsunya, Sandiaga Uno. Ia tumbuh menjadi seroang pengusaha muda sukses di Indonesia. Hal ini membuktikan ungkapan yang mengatakan bahwa di balik kesuksesan seseorang pasti ada sosok wanita. Sandiaga Uno yang menjabat sebagai ketua HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) kini juga sukses memimpin perusahaannya, Saratoga Capital hingga sekarang.

Sukses yang sama tak hanya milik Sandiaga Uno. Anak sulung Mien Uno yakni Indra Cahya Uno juga mampu menggeluti bidang teknologi secara maksimal. Sukses kedua anaknya tersebut tak lain karena hasil didikan dari orang tuanya. Mien Uno berpendapat bahwa mendidik anak tidak sama dengan mencetak kue. “Kita nggak bisa mendidik semua anak dengan perlakuan yang sama. Mendidik anak harus dilakukan dengan sentuhan berbeda pada setiap anak,” lanjutnya.

Selain itu, anak harus dilihat sebagai subjek, bukan objek. Dari situlah, Mien Uno melihat bakat kedua anaknya. Indra Cahya, diakui Mien Uno sangat menyukai dunia mekanik. Alhasil, Mien menyekolahkan Indra di bidang konstruksi pesawat terbang. Indra pun sempat masuk ke IPTN (dulu PT Dirgantara Indonesia,red) untuk menyalurkan bakatnya. Setelah PT DI mengalami kemunduran, Indra kemudian disekolahkan kembali di bidang manajemen ekonomi. Akan tetapi, dunia manajemen atau bisnis bukanlah dunia yang cocok untuk anak sulungnya tersebut. “Sekarang dia mengambil S3 di bidang Ilmu Resources,“ ujar Mien Uno tanpa menyebutkan nama universitasnya. Sifat dan bakat Indra ternyata bertolak belakang dengan sifat adiknya, Sandiaga Uno. Sandi lebih memilih terjun ke dunia bisnis.

Kedua anaknya tersebut merupakan contoh sukses Mien Uno mendidik anak. “Jadi mendidik setiap anak itu berbeda-beda” imbuh Mien yang sudah menjadi pendidik sejak tahun 1956 ini.

Melanjutkan Jiwa Kartini. Mien Uno sendiri ketika masih muda, lebih memiliki ketertarikan di bidang pendidikan. Bidang yang sama juga digeluti oleh adik kandungnya, Arif Rachman yang kini dikenal sebagai pakar pendidikan. Kedua kakak beradik ini memang mengikuti jejak kedua orang tua mereka yang banyak bergelut di dunia pendidikan. Orang tua Mien Uno memiliki latar belakang sebagai pendidik. Yang paling penting, orang tua Mien Uno tidak membeda-bedakan gender. “Orang tua saya tidak membeda-bedakan pendidikan bagi laki-laki maupun perempuan,” kenang wanita yang tidak menyukai novel ini.

Diakui Mien Uno, Arif Rachman ketika masih kecil sempat belajar menari atau kegiatan khas perempuan lainnya. Karena di dalam keluarga Mien Uno, tak ada larangan bagi anak-anaknya untuk belajar. “Gender itu hanya pandangan dari sudut budaya,” ujar wanita kelahiran 23 Mei 1941 ini sembari berfilosofi. Didikan orang tua yang membebaskan semua anak-anaknya menekuni semua bidang pendidikan itulah yang menular ke dalam diri Mien Uno dan kemudian ditularkan lagi kepada kedua anaknya. “Kita semua saling memantau bakat masing-masing. Kita juga bekerjasama sebagai sebuah tim,” aku Mien Uno.

Salah satu contoh Mien Uno bekerja secara tim bersama keluarganya adalah pada saat ia diundang ke seminar. Sebelum menjadi pembicara, ia terlebih dahulu mendiskusikan materi seminar bersama suami dan kedua anaknya. “Jadi, kita melakukan brainstorming,” aku Mien.

Setiap langkah yang dipijakkan oleh Mien Uno memang tak dapat dilepaskan begitu saja dengan sosok Kartini tempo dulu. Karena Mien Uno sendiri mengaku bahwa apa yang dilakukan saat ini merupakan kelanjutan dari setiap langkah yang pernah dipijakkan oleh RA Kartini ratusan tahun lalu. “Saya melanjutkan cita-cita Kartini yakni dengan memberdayakan perempuan. Tetapi, saya tidak hanya memberdayakan perempuan, melainkan juga kaum laki-laki,” tegas Mien Uno.

Lewat Lembaga Pendidikan Duta Bangsa yang dipimpinnya, Mien Uno menginginkan agar wanita menjadi berarti bagi dirinya dan lingkungannya. Perjuangan Mien Uno melanjutkan cita-cita Kartini adalah dengan cara menanamkan etika dan pengembangan diri sebagai bekal untuk bisa bersaing di zaman globalisasi seperti saat sekarang ini.

Anak Seorang Pendidik. Mien Uno lahir dari pasangan Abdullah Rachman dan Siti Koersilah pada 23 Mei 1941 di Indramayu, Jawa Barat. Kedua orang tua Mien Uno adalah guru atau pendidik di zaman penjajahan Belanda. Ketertarikan Mien Uno di bidang pendidikan dimulai ketika ia tamat dari SMP. Dari sekian banyak sekolah yang ditawarkan, ia memilih melanjutkan studi ke Sekolah Pendidikan Guru (SGA) di Bogor.

Sejak kecil, saya sudah dibiasakan untuk memilih sendiri apa yang saya sukai. Dengan cara ini saya dididik untuk menghidupi diri saya dengan kemampuan saya sendiri,” aku Mien. Setelah menamatkan pendidikannya di SGA, Mien Uno kemudian memutuskan untuk melanjutkan studinya ke IKIP Negeri Bandung (Sekarang Universitas Pendidikan Indonesia,red) mengambil jurusan Administrasi Pendidikan. Mien Uno menyelesaikan studinya pada tahun 1965. “Saya diberikan keleluasaan untuk mengaktualisasikan diri saya dengan memberikan pelajaran kepada anak-anak dengan imbalan tertentu,” tutur Mien. Tak heran, selama belajar, Mien sudah memiliki penghasilan sendiri.

Setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, ia kemudian bertemu dengan lelaki yang kini menjadi pasangan hidupnya, Ir. Razif Halik Uno, seorang pria keturunan Gorontalo. Mereka lelu menikah dan dikaruniai dua putra, yakni Indra Cahya Uno dan Sandiaga Uno. Dari kedua anaknya, Mien mendapatkan empat cucu. Karena mengikuti pekerjaan sang suami, Mien pun ikut tinggal bersama Halik Uno di Riau selama hampir 10 tahun. Halik Uno sendiri bekerja untuk perusahaan minyak Caltex di Riau. Selama kurun waktu 10 tahun, Mien lebih banyak ‘bertapa’ di rumah dan menyandang status ibu rumah tangga.

Setelah meninggalkan Riau dan pindah ke Jakarta, Mien Uno mulai memiliki banyak kegiatan. Sekitar tahun 1975, Mien belajar dan mengajar di lembaga Martha Tilaar Beauty and Gallery. Berkat keterlibatannya di dalam lembaga tersebut, Mien dipercaya mengasuh acara Dunia Wanita di TVRI dan kemudian menjadi pemandu acara Lembaga Konsumen di stasiun televisi yang sama.

Beberapa organisasi kemudian dimasukinya sebagai langkah untuk berkiprah menjadi pendidik, bekal dari kedua orang tuanya. Tercatat Mien pernah bergabung bersama Himpunan Pencinta Kain Tenun dan Batik (Wastraprema) pada tahun 1976. Dua tahun kemudian, Mien berduet dengan Bagong Kussudiardjo untuk mendirikan Usaha Dagang Batik Bagong Kussudiardjo. Setahun kemudian ia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia).

Selain beberapa organisasi tersebut, Mien Uno juga aktif di dalam berbagai kegiatan yang masih di dalam lingkaran pendidikan. Menjadi penceramah dan pengajar sudah menjadi rutinitas wanita penyuka film ini. Tak jarang pula, ia menjadi konsultan public relations dan pemasaran di berbagai perusahaan swasta.

Kini di usia senjanya, Mien masih tetap memimpin Lembaga Pendidikan Duta Bangsa dan Yayasan Mien Uno yang telah didirikannya beberapa tahun silam. “Yayasan Mien Uno masih tetap berjalan. Saat ini kita sedang mencari calon penerima beasiswa untuk kuliah S1,” aku Mien yang enggan membahas lebih jauh tentang kegiatan sosialnya tersebut.

Meski sibuk bersama Yayasan Duta Bangsa, Mien masih dapat meluangkan waktu bersama keluarga, khususnya anak dan keempat cucunya. “Biasanya sih, saat hari, kita sering berkumpul bersama,” ujar Mien yang selalu menjaga makanan untuk tetap sehat. Anak-anak dan cucu-cucunya kerap datang ke rumah Mien hanya untuk berkumpul dan bermain bersama. Terkadang juga, Mien berkunjung ke rumah anak-anaknya untuk menengok keadaan keempat cucunya tersebut.

Mien Uno memang terlihat tua. Tetapi ia enggan pensiun dari segala kegiatan yang digelutinya selama ini. “Sampai saat ini, saya masih mampu bekerja,” ujarnya singkat ketika ditanya sampai kapan ia akan tetap memainkan peran sebagai Kartini yang menjunjung etika dan tak melupakan perannya sebagai istri, ibu dan nenek bagi suami, anak dan cucunya. Fajar

Side Bar 1……

Berencana Menulis Buku Lanjutan Tentang Etika

Hobi membaca buku ternyata memberikan imbas tersendiri bagi sosok Mien Uno. Ia kini mampu menulis buku tentang etika dan pengmbangan diri yang merupakan bidang yang ditekuninya sejak lama. Bahkan ia termasuk penulis yang produktif dalam menghasilkan buku-buku tentang etika.

Sebelum menelurkan buku-buku karangannya, Mien Uno kerap menulis kolom di beberapa media cetak tanah air. Tulisannya itu kemudian dikumpulkan dalam dua buah buku yang berjudul Cermin Diri I (1991) dan Cermin Diri II (1996). Sebagai seorang pendidik yang cukup dikenal masyarakat luas, perjalanan hidup dan karirnya kemudian ditulis dalam sebuah buku biografi bertajuk Mien R. Uno, Menjadi Wanita Indonesia yang disusun oleh Herry Gendut Janarto pada tahun 1999. Buku terakhir yang sudah ia rampungkan tahun 2005 lalu bertajuk Etiket-Sukses Membawa Diri Di Segala Kesempatan.

"Ini buku perjalanan hidup saya. Apa yang saya pelajari, amati, dan cerna... saya tulis," ujar pengidola Margaret Thatcher ini, mantan PM Inggris ini. Di dalam buku tersebut, Mien Uno bercerita tentang bagaimana seseorang menerapkan etika secara konsisten dan konsekuen. Menurutnya, salah satu contoh budaya buruk yang harus segera diperbaiki adalah budaya suap di dalam masyarakat Indonesia.

Selain berbagai judul buku yang telah ia tulis, Mien Uno juga seringkali mendapatkan penghargaan atas kiprahnya selama ini. Sejak tahun 1985, ia menjadi langganan berbagai penghargaan dari berbagai instansi. Salah satunya adalah Citra Wanita Pembangunan Indonesia pada tahun 1994. Ratusan piagam penghargaan nasional sebagai pembicara di berbagai forum juga kini tersimpan rapi di salah satu lemari di ruang kerjanya. Dengan banyaknya penghargaan dari berbagai instansi tersebut, Mien Uno memang sangat diperhitungkan kiprahnya sebagai wanita yang mampu menjunjung etika bagi kaum wanita Indonesia.

Kini, Mien Uno berencana akan menerbitkan kembali seri buku tentang etika. “Saya sedang menulis buku lagi. Saya sih maunya setiap lima tahun sekali menerbitkan buku,” lanjut nenek dari empat cucu ini. Namun ia mengaku bahwa buku yang tengah ia tulis sekarang ini belum dipastikan waktu diterbitkannya. “Saya nggak tahu, kapan terbitnya ya. Mungkin dua atau tiga tahun dari sekarang lah,” ujar Mien sembari tersenyum lebar. Fajar

Side Bar 2…..

Senang Mengoleksi Souvenir Pernikahan

Mien Uno memang bukan pengelolah event organizer pernikahan. Jadi, tak ada hubungan antara souvenir pernikahan dengan sosok Mien Uno. Tapi mengapa Mien Uno erat kaitannya dengan souvenir pernikahan? Pasalnya, Mien Uno memiliki salah satu hobi yang cukup unik. Ia kerap mengumpulkan souvenir pernikahan yang telah ia datangi. Lihat saja, ratusan souvenir pernikahan yang telah ia kumpulkan dalam dua buah peti besar di rumahnya di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Sebetulnya, itu belum seberapa. Karena masih banyak souvenir pernikahan lainnya yang ia simpan di tempat lain. Hobi ini telah dilakukannya sejak 20 tahun lalu. Kebiasaannya bermula setelah timbul perasaan sayang terhadap setiap souvenir dari pernikahan kerabat yang ia datangi. Bagi Mien Uno, barang-barang tersebut merupakan suatu bentuk kebahagiaan dari pernikahan yang telah dilakukan, sehingga sayang jika barang-barang itu dibuang.

Berbagai souvenir mulai dari kipas, pembuka botol, gantungan kunci sampai souvenir lainnya yang lebih berharga seperti kain tenun India, souvenir pernikahan Raam Punjabi telah memenuhi ruang kerjanya. Kain tenun tersebut merupakan souvenir yang hanya diberikan secara terbatas. Mien Uno merasa sangat tersanjung ketika ia berhak mendapatkan souvenir tersebut.

Sekarang saya nggak tahu pasti, sudah berapa banyak jumlahnya, mungkin ribuan,” ungkap Mien sembari tertawa lebar. Tak hanya souvenir pernikahan, ternyata Mien Uno juga mengoleksi barang-barang unik lainnya. Salah satunya adalah asbak dari berbagai negara yang telah ia kunjungi.

“Setiap ke luar negeri, saya menyempatkan diri untuk membeli asbak,” ujar wanita 66 tahun ini. Hingga kini ratusan asbak menjadi koleksi pribadi di rumahnya. Bahkan sepatu yang sudah berumur sangat tua, dikumpulkannya pula. Sebanyak 200-an pasang sepatu juga menjadi penghuni tetap rumahnya yang asri itu. Uniknya, koleksi-koleksi sepatu-sepatu tersebut hanya yang bermerek Charles Jordan. Meski sempat diprotes oleh sang suami, Mien tetap saja mengumpulkan koleksi sepatunya. Fajar

Side Bar 3…

Terbiasa Nonton Bioskop Sejak Umur Empat Tahun

Selain memiliki hobi mengumpulkan souvenir pernikahan, sepatu dan asbak, ada hobi lainnya yang juga kerap dilakukan Mien, yakni menonton film di bioskop. Kali pertama ia menonton film di bioskop adalah pada saat Mien berumur empat tahun. Kala itu, ia diajak serta oleh kedua orang tuanya untuk menonton film.

Film pertama yang ia tonton adalah Phantom of The Opera. “Phantom of The Opera itu dulu termasuk film seram,” kenang Mien. Meski masih kecil, ia terbilang berani untuk menonton film yang dibuat sekitar tahun 1945 itu. Kebiasaan sejak kecil itu masih sering ia lakukan hingga sekarang, meski tidak selalu pergi ke bioskop. Kesukaannya terhadap film ternyata terpengaruh dari kakak kandungnya, yakni Rasyid Rachman yang merupakan seorang penerjemah film-film asing.

Dia selalu mengajak saya nonton film,” kenang Mien. Ia beralasan, sang kakak sering mengajak dirinya karena Mien selalu punya uang. “Dulu saya selalu punya uang, karena saya rajin menabung,” aku penyuka buku biografi ini. Kebiasaan itu terus dilakukan oleh Mien Uno sejak berumur empat tahun hingga ia menginjak umur 17 tahun.

Film Phantom of The Opera itu jugalah yang kini membuat Mien seorang penakut. Selain film tersebut, ada film Belanda yang masih diingat Mien Uno. Film yang bertajuk Di Belakang Awan itu masih melekat dalam memori Mien karena ceritanya yang menarik. “Film itu menceritakan tentang persahabatan,” ungkap Mien. Dari film tersebut, ia mengambil banyak pelajaran. “Ternyata tak selamanya sahabat itu adalah sahabat sejati,” ujarnya. Mien berkata demikian karena ia sendiri pernah memiliki sahabat yang ternyata menjadi pengkianat dengan melakukan aksi ‘menusuk dari belakang’. Fajar

Biodata Mien Rachman Uno

Nama Asli : Rachimini Rachman Uno

Tempat / tanggal lahir : Indramayu, 23 Mei 1941

Nama Suami : Ir. Razif Halik Uno

Nama Anak :

  • Indra Cahya Uno

  • Sandiaga Uno

Pendidikan : Sarjana Pendidikan IKIP Bandung

Pengalaman Karir :

  • Presiden Direktur Lembaga Pendidikan Duta Bangsa

  • Penulis kolom di berbagai media di Indonesia

  • Senior consultant PR

  • Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional periode 1998-2003

Penghargaan :

  • Public Figure tahun 1990

  • Top Executive Indonesia 1992-1993

  • Citra Wanita Pembangunan Indonesia tahun 1994

  • Indonesian Women of The Year 1995

  • Citra Abadi Pembangunan Nasional tahun 1996

Monday, February 22, 2010

Safir Senduk, Praktisi Perencana Keuangan

Pelopor Perencana Keuangan di Indonesia

Punya masalah dalam keuangan? Mungkin kehadiran pria muda ini akan memberikan solusinya bagi Anda. Safir Senduk memang dikenal sebagai seorang perencana keuangan, sebuah profesi yang memberikan solusi bagi setiap orang yang memiliki masalah dalam hal mengelola keuangannya. Lalu seperti apa perjalanan karir Safir Senduk hingga saat ini?

Jika Anda mendengar profesi Perencana Keuangan pada beberapa tahun yang lalu, mungkin akan terdengar asing. Tak heran memang, karena pada saat itu profesi seorang Perencana Keuangan bukanlah sebuah profesi yang banyak beredar di Indonesia. Kala itu, orang tidak akan pernah mendengar adanya profesi perencana keuangan di tanah air. Namun, saat ini profesi perencana keuangan justru banyak terdengar berkat kehadiran Safir Senduk. Ia kini menjadi sosok eksekutif yang mampu menampilkan sebuah profesi perencana keuangan di antara masyarakat. Berkat Safir pula, masyarakat menjadi tersadar akan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik dan benar.

Mungkin bagi sebagian orang, nama Safir Senduk bukanlah nama yang familiar didengar. Tapi lain halnya dengan orang-orang yang menyukai buku-buku karangannya. Nama Safir Senduk akan selalu dikait-kaitkan dengan profesi perencana keuangan. Dengan bersemangat, Safir pun menceritakan awal perjalanan karirnya hingga sekarang. Meski kelelahan setelah beraktivitas selama seharian penuh, pria asli Manado ini justru terlihat segar ketika berbincang dengan Realita.

Pengaruh Sang Ayah. Safir ternyata bukanlah pria yang memiliki banyak kelebihan dalam sisi pribadinya. Masa kecilnya ia habiskan layaknya anak-anak kecil pada umumnya. Namun kepergian Ibunda Safir ketika Safir masih duduk di bangku kelas 4 SD, cukup membuat kehidupannya goyah. Meski begitu, Safir masih memiliki tiga kakak kandung yang selalu siap membimbingnya. Selain itu kehadiran ayah kandungnya yang selalu menemani, membuat kehidupan Safir berputar kembali. “Saya dulu paling dekat dengan ayah saya,” kenang Safir. Kepergian ibu kandungnya, Siti Hayinah Oesman, membuat Safir menjadi lebih dekat dengan sang ayah, N. A. Senduk. Kedekatan inilah yang memberikan pengaruh besar terhadap karir Safir.

“Dulu ayah saya bekerja di BDN (Bank Dagang Negara-Red) yang sekarang sudah merger menjadi Bank Mandiri,” aku Safir. Sang ayah memang bergelut di dunia perbankan selama hampir 35 tahun. Tak ayal, sang ayah memberikan pengaruh besar terhadap pilihan karir Safir. Ia mengaku bahwa dirinya kerap berkunjung ke bank tempat ayahnya bekerja. Sehingga, dunia perbankan sudah tidak asing lagi bagi Safir. Ia menjadi akrab dengan perilaku bank dalam menghadapi customernya. Dari situlah ia banyak belajar bagaimana menghadapi klien.

Profesi NA Senduk, sang ayah, di dunia perbankan membuat Safir memilih untuk mengambil studi tentang ekonomi perbankan di STIE I/BMI (Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi-Institut Bisnis Manajemen Indonesia). Safir mulai menempuh pendidikan formalnya sejak tahun 1992 hingga 1997. Selama menempuh bangku kuliah, Safir juga menyempatkan diri untuk bekerja sampingan. “Saya sambil kuliah, juga kerja sama orang di bagian keuangan,” ungkap Safir. Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya tersebut, Safir tidak langsung bergelut dengan ilmu perencanaan keuangan. Ia baru belajar tentang dunia perencanaan keuangan sekitar tahun 1994, pada waktu masih kuliah sambil bekerja. Itupun dipelajarinya secara otodidak. “Saya lebih banyak belajar dari buku-buku,” ungkap Safir. Bahkan ia mengaku kali pertama ia tertarik untuk belajar perencanaan keuangan setelah membaca buku. “Saya lupa judul dan pengarangnya, tapi sejak saat itu saya tertarik terjun di dunia perencanaan keuangan,” imbuhnya.

Safir mengaku bahwa ia tertarik terhadap perencanaan keuangan karena di masa kuliahnya, ia justru tidak mendapatkan pengetahuan semacam itu. Baginya, sangatlah jarang mempelajari keuangan untuk pribadi seseorang dan bukan dalam skala besar. Selama empat tahun, Safir belajar secara otodidak. Dari satu judul buku ke judul buku lainnya, ia mengambil berbagai macam pelajaran mengenai perencanaan keuangan. Pengetahuannya menjadi bertambah setelah membaca puluhan judul buku. Ia menganggapnya sebagai kuliah saja.

Temukan Hidup di Perencanaan Keuangan. Safir kemudian sadar bahwa ia telah menemukan dunianya sendiri, dunia yang penuh dengan berbagai perencanaan dan pengaturan keuangan keluarga dan perorangan. Setahun setelah membaca dan mempelajari tentang perencana keuangan, Safir memutuskan untuk membuka profesi perencana keuangan di Indonesia. Sekitar tahun 1998, ia memutuskan untuk membuka kantor perencanaan keuangan yang diberi nama Safir Senduk & Rekan. Ternyata ilmu yang didapat Safir sangat berguna. Terbukti, ia kerap dipanggil untuk menjadi pembicara di berbagai acara seminar keuangan. Hanya berbekal pengetahuannya dari buku, ia akhirnya mampu menjadi pembicara di acara seminar.

Pada pertengahan tahun yang sama, Safir akhirnya memberanikan diri untuk mendirikan sebuah perusahaan yang diberi nama Safir Senduk & Rekan, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan perencanaan keuangan. “Saya dulu hanya bermodalkan komputer bekas kuliah saya dan telepon saja,” kenang bungsu dari 4 bersaudara ini. Bahkan untuk kantor saja, ia harus menumpang di rumah salah satu kakaknya di daerah Bintaro. Ia memang terbilang nekad. Tanpa modal yang cukup besar, ia berani untuk mendirikan perusahaan dan berusaha untuk mencari klien untuk dilayaninya.

Kesuksesan Safir tidak serta merta menghampiri karir Safir. Ia harus bersusah payah mencari dan meyakinkan kliennya agar mau menggunakan jasa perencanaan keuangan yang ia tawarkan. Pada awal berdirinya perusahaan tersebut, dari 10 klien yang ia telepon setiap harinya, hanya 2 atau 3 orang yang mau bertemu langsung dengan Safir. Itupun tidak semuanya lantas mau menggunakan pelayanan jasa perencanaan keuangan yang ia tawarkan. “Hanya satu orang yang mau menjadi klien,” ujar pria yang masa kecilnya dihabiskan di kota Manado ini. Namun, kegigihan Safir tak hanya berhenti sampai di situ saja. Ia tetap berusaha untuk mencari klien sebanyak-banyaknya.

Usaha dan kerja keras Safir akhirnya membuahkan hasil. Seiring dengan berjalannya waktu, Safir mampu meningkatkan jumlah klien yang menjadi pelanggannya. Hal itu juga berkat strategi yang diterapkan oleh Safir. Pria kelahiran 19 desember 1973 ini ternyata juga melakukan kegiatan promosi produk layanannya. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan membuat tulisan di media cetak. “Pertama kali saya menulis itu di majalah Tiara,” kenang Safir. Topik yang diangkat pada tulisan pertamanya tersebut adalah mengenai gejolak Dollar yang pada tahun 1998 silam mengalami peningkatan nilai. ‘Kiat Menyiasati kenaikan harga Dolar’ menjadi judul pada tulisan pertama Safir. Tak disangka, banyak orang yang menyukai tulisan Safir itu.

Berkat tulisannya, klien yang berdatangan ke kantor Safir semakin banyak. Dengan banyaknya tulisan yang ia buat di media cetak, penerbit Elex Media Komputindo pun kemudian mengontak Safir untuk membuat buku tentang perencanaan keuangan. Safir pun sepakat untuk menulis buku. Tahun 1999, safir menerbitkan dua buku pertamanya. Dan hingga saat ini, Safir telah menelurkan 8 judul buku seputar perencanaan keuangan.

Libatkan Istri dalam Perusahaan. Suksesnya buku-buku karangan Safir ternyata membuat salah satu tabloid terkemuka ibukota menariknya sebagai penulis tetap di tabloid tersebut. Maka, sejak Maret 2000 Safir menjadi pengasuh sekaligus penulis segala macam artikel tentang perencanaan keuangan. Semenjak aktif di tabloid itu pula, nama Safir kemudian meroket sebagai seorang perencana keuangan yang handal. Kini, Safir sudah tidak terjun langsung menangani klien di kantornya. “Saya sekarang lebih banyak menangani seminar-seminar saja,” aku Safir. Itu dikarenakan saat ini Safir telah memiliki 3 orang perencana keuangan yang mampu menangani klien-klien yang berdatangan. Meski begitu, kantor Perencanaan Keuangan masih tetap dimiliki oleh Safir Senduk secara total.

Di perusahaannya pula, Safir melibatkan sang istri, Erry Kurniawati untuk ikut serta terlibat di dalam perusahaan sebagai manager business. “Saat ini istri saya sedang ke luar kota untuk urusan pekerjaan,” ungkap Safir yang bertemu dengan sang istri ketika sedang menawarkan jasa pelayanan perencanaan keuangan. Belum hadirnya buah hati sejak pernikahannya pada tahun 2000 lalu, membuat pasangan ini lebih fokus di pekerjaan. Walaupun begitu, mereka berharap nantinya kehadiran anak akan membuat kehidupan pasangan muda ini lebih berwarna. Bersama istri dan rekan-rekannya, ia berusaha untuk membangun perencana keuangan sebagai salah satu profesi yang cukup prestise. Safir juga berharap masyarakat Indonesia lebih concern terhadap perencanaan keuangan. Fajar

Side Bar 1

Perencana Keuangan yang Sering Tergoda Boros Berbelanja


Safir memang dikenal sebagai perencana keuangan bagi pihak lain. Ia kerap memberikan saran bagaimana mengelola keuangan yang baik dan benar. Namun, ternyata Safir juga tidak melulu menerapkan perencanaan keuangan dengan baik. “Saya hanya manusia biasa, jadi saya tidak 100% menjalankannya,” kilah Safir. Meski begitu, dibandingkan dengan orang yang tidak mengerti perencanaan keuangan, Safir mengaku bahwa ia tentu menjalankan perencanaan keuangan lebih besar. Ia menyamakan profesi seorang perencana keuangan dengan seorang dokter. Menurutnya, dokter tentu ada juga yang merokok padahal merokok itu tidak baik bagi kesehatan. Meski begitu, belum tentu pasiennya akan menjadi enggan berobat kepada dokter tersebut. Menurut Safir sama halnya dengan seorang perencana keuangan yang belum tentu menerapkan perencanaan keuangan secara keseluruhan.

Menurutnya pula, profesi dokter dan perencanaan keuangan juga hampir sama. “Dibayar berdasarkan pengetahuan yang dimiliki,” ungkapnya singkat.

Di dalam keluarganya, Safir memang seringkali menerapkan perencanaan terhadap keuangan keluarga. Akan tetapi, tetap saja ada faktor lain yang menghambat perencanaan tersebut. “Sering tergoda,” ungkapnya. Safir memang kerap tergoda untuk membelanjakan sebagian uangnya untuk membeli perangkat-perangkat gadget canggih. Bagi Safir, itu memang wajar. Tetapi, perencanaan keuangan tidaklah selalu erat kaitannya dengan bersikap hemat. “Jangan samakan perencanaan keuangan itu dengan sikap hemat,” imbuhnya. Safir menyarankan setiap orang boleh saja bersikap boros asalkan ada pendapatan yang disisihkan untuk tabungan. Meski demikian, Safir berusaha untuk menjalankan perencanaan keuangan secara total. Fajar

Side Bar 2:

Awalnya Bercita-cita Menjadi Pesulap

Sejak terjun di dunia perencanaan keuangan, Safir merasa bahwa ia telah menemukan dunianya. Meski demikian, ia sempat memiliki cita-cita yang jauh berbeda dengan apa yang ia dapatkan saat ini. “Dulu saya bercita-cita menjadi pesulap,” aku Safir sembari tertawa riang. Cita-citanya seringkali berubah dari waktu ke waktu. Bahkan pada saat ia duduk di bangku SMA, Safir pernah ingin menjadi seorang pengusaha. Namun, perjalanan karir safir ternyata lebih cocok di bidang keuangan. “Saya tidak akan pindah ke bidang lain,” ujar Safir. Rasa sukses juga ia rasakan dalam hal karir, namun terkadang Safir juga tidak memperoleh kesuksesan dalam bidang lain. Meski demikian, ia tetap mensyukuri apapun yang telah ia dapatkan.

Ada satu hal yang membuat Safir merasa nyaman berada di dunia perencanaan keuangan. “Saya merasa senang bertemu dengan orang-orang baru,” ungkap Safir. Dengan begitu, ia mendapatkan berbagai macam pengalaman yang berharga. Tak dinyana, Safir memiliki idealisme yang cukup tinggi. “Saya ingin masyarakat Indonesia banyak yang disentuh dengan topik-topik perencanaan keuangan,” harap suami dari Erry Kurniawati ini. Ia juga sadar bahwa ia tidak mungkin mencapai idealisme tersebut hanya seorang diri. “Saya harus melakukannya dengan bantuan orang lain,” tutur pria yang memiliki hobi membaca buku ini. Sukses dengan buku ‘Siapa Bilang Menjadi Karyawan Nggak Bisa Kaya’ dan ‘Buka Usaha Nggak Kaya, Percuma!’ tidak membuat Safir berhenti berkarya. Rencananya Safir akan menelurkan lagi judul-judul bukunya sehingga total judul buku yang dihasilkannya menjadi 15 buku. “Saya percaya dengan 15 judul buku, akan lebih banyak lagi masyarakat yang tersentuh topik perencanaan keuangan,” tutur Safir. Ia juga menginginkan lebih banyak lagi mengenal perencana keuangan lainnya.

Meski disibukkan dengan pekerjaannya, Safir tetap dapat meluangkan waktunya bersama sang istri, yang juga aktif di perusahaan Safir Senduk dan Rekan. Untuk hobinya di bidang fotografi, Safir selalu berusaha untuk meluangkan waktunya. “Saya suka foto pemandangan,” aku safir. Tak heran, selain koleksi buku-buku, Safir juga memiliki kamera yang biasa digunakan untuk mengabadikan foto-foto pemandangan setiap kali bepergian. Fajar

Sidebar 3:

Menabung di Botol Bekas Selai Roti

Siapa sangka kalau seorang Perencana Keuangan seperti Safir Senduk ternyata suka menabung di botol bekas selai roti. Setiap pagi, Safir selalu memasukkan uang Rp 100.000 ke dalam celengannya itu. “Kalau tidak pagi hari, bisa lupa," ujar Safir. Dan jika kebetulan harus pergi ke luar kota, Safir melakukannya sehari sebelumnya. Kebiasaan aneh ini sudah dilakoni Safir sejak tiga tahun terakhir hingga kini. Hal tersebut dilakukan Safir tak lain untuk selalu mengingatkan dirinya akan pentingnya menabung. Oleh karena itu, dengan bermodalkan botol bekas selai roti, Safir memupuk kebiasaannya untuk selalu menabung.

Ternyata Safir tidak hanya punya satu celengan. Ada satu celengan lagi yang khusus digunakan untuk menampung uang kembalian. Tiap celengan memang memiliki tujuan masing-masing. Yang berisi pecahan besar (Rp. 100.000), sebulan sekali dikosongkan. Uang yang sudah terkumpul, dimasukkan ke reksa dana. “Tapi, uang dalam celengan tersebut tidak boleh diambil-ambil,” kata Safir.

Adapun uang yang di celengan satunya lagi yang berupa sisa-sisa kembalian, bisa diambil kapan saja. Seperti misalnya kalau mau membeli sayuran atau kebutuhan kecil lainnya, ya tinggal mengambil dari celengan tersebut.

Safir mengaku akan terus berusaha untuk mempertahankan kebiasaannya tersebut. Perihal dipilihnya wadah botol bekas selai roti ternyata juga memiliki alasan tersendiri. “Saya senang melihat uang yang ada di dalamnya,” gurau Safir. Fajar

Side Bar 4:

Tips Dasar Merencanakan Keuangan ala Safir Senduk

Bagi Anda yang menginginkan keuangan pribadi dan keluarga Anda tertata dengan baik, maka sebaiknya Anda mengikuti beberapa saran yang diberikan oleh Safir Senduk:

  1. Pastikanlah Anda memiliki simpanan atau aset. Karena kaya atau tidaknya seseorang tidak dilihat dari jumlah uang yang diterima setiap bulan, melainkan dari asset atau simpanan yang dimilikinya. Kalau tidak bisa menabung, jangan menabung itu dijadikan sebagai prioritas terakhir, tapi jadikan sebagai prioritas utama. Contohnya : jika Anda memiliki penghasilan Rp 2 juta per bulan, maka Anda sebaiknya menyisihkan uang tabungan misalnya Rp 300 ribu ketika Anda pertama kali memperoleh gaji tersebut, sedangkan sisanya boleh saja dihabiskan. Asalkan uang Rp 300 ribu tersebut tidak diganggu gugat.

  2. Berhati-hatilah dengan pengeluaran. Biasanya, orang dengan pengeluaran yang besar akan sulit untuk turun. Namun, orang dengan pengeluaran yang kecil akan mudah untuk naik. Pengeluaran yang diatur akan membuat jumlah tabungan menjadi lebih banyak.

  3. Milikilah proteksi atau asuransi. Banyak orang yang memiliki uang banyak atau asset yang banyak, tapi ketika terjadi sesuatu, maka habislah itu semua karena tidak memiliki asuransi. Kalau dia memiliki asuransi, kalau terjadi sesuatu musibah, maka ia dapat membebankan kerugian tersebut kepada pihak ketiga.

  4. Siapkan masa depan. Buatlah rencana yang matang terhadap masa depan Anda. Banyak orang yang hidupnya mengalir seperti air. Akibatnya, mereka tidak menyadari bahwa umur mereka telah bertambah. Tapi dengan keadaan yang masih tetap sama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, sebaiknya buatlah rencana masa depan Anda dengan sebaik-baiknya, beserta langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai target tersebut di masa depan. Fajar


Biodata Safir Senduk


Data Pribadi


    Nama: Safir Senduk

    Tempat & Tgl Lahir: Jakarta, 19 Desember 1973

    Agama: Islam

    Status: Menikah

    Kebangsaan: Indonesia

Pengalaman Kerja

    1992 – 1993 PT. Ata Kharisma Jakarta

    Staf Keuangan

    1993 – 1994 PT. Malesix Linggala Jakarta

    Staf Keuangan

    1994 – 1996 PT. Tosamira Pribadi Jakarta

    Kepala Bagian Keuangan

    1996 – 1997 PT. Citra Layar Berkembang Jakarta

    Kepala Bagian Keuangan

    1998 – sekarang Safir Senduk & Rekan Jakarta

    Perencana Keuangan

Pendidikan

  • 1978 – 1980 TK Persit Chandra Kirana Manado

  • 1980 – 1986 SD Islam Al-Azhar (Pusat) Jakarta

  • 1986 – 1989 SMP Islam Al-Azhar (Pusat) Jakarta

  • 1989 – 1992 SMA Negeri 82 Jakarta

  • 1992 – 1997 STIE IBMI Jakarta

Bahasa

  • Indonesia, Inggris


Hobi

  • Menulis dan membaca


BUKU

Seri Perencanaan Keuangan Keluarga:

  1. Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak (September 1999)

  2. Merancang Program Pensiun (November 1999)

  3. Mengantisipasi Risiko (Desember 1999)

  4. Mengelola Keuangan Keluarga (Februari 2000)

  5. Mengatur Pengeluaran Secara Bijak (Agustus 2001)

  6. Mencari Penghasilan Tambahan (Februari 2004)