Friday, June 25, 2010

Din Syamsuddin, Ketua PP Muhammadiyah

Pecinta Sepakbola yang Ingin Bermanfaat Bagi Banyak Orang

Kenyang dengan berbagai pengalaman menjadi ketua di berbagai organisasi, akhirnya Din Syamsuddin pun diusung oleh salah satu partai untuk menjadi calon presiden untuk pilpres mendatang. Kendati sudah ditawari menjadi calon presiden oleh Partai Matahari Bangsa (PMB), Din mengaku belum memberikan jawabannya dengan pasti. Lalu bagaimana sisi lain kisah perjalanan hidup pria asli Sumbawa ini?

Kamis (12/2) sore saat langit Jakarta dihiasi dengan gumpalan awan mendung dan rintik air hujan, pria bernama lengkap Sirajuddin Syamsuddin ini justru tengah menikmati waktu luangnya dengan bermain futsal di gelanggang remaja Sumantri Brojonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan. Hobinya bermain sepakbola sedari remaja memang masih melekat hingga sekarang. Saat ada waktu luang di antara kesibukannya, Din (panggilan akrabnya, red) selalu menyempatkan diri bermain sepakbola dalam ruangan alias futsal.

Terlahir dengan nama lengkap Sirajuddin Syamsuddin di Sumbawa Besar, ia tumbuh dan besar dalam keluarga yang sangat mengedepankan pendidikan agama. Disiplin dalam ibadah selalu ditanamkan oleh kedua orangtuanya, (Alm) Syamsuddin Abdullah dan Rohana Syamsuddin. Sang ayah merupakan salah seorang penghulu keraton di Sumbawa sekaligus tokoh NU (Nahdlatul Ulama) di Sumbawa. Ayahnya juga tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Agama. Pria kelahiran 31 Agustus 1958 ini menghabiskan sebagian besar masa kanak-kanaknya di Sumbawa Besar, kota kelahirannya.

Semasa kecil, Din sangat menyukai sepakbola. Hampir setiap hari, setelah pulang sekolah, ia selalu bermain bola bersama teman-temannya. “Pada dasarnya saya suka olahraga sih karena olahraga itu menyenangkan sekaligus menyehatkan,” kenang mantan sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Kedua orangtuanya memasukkan Din ke Madrasah. Din kecil mengenyam pendidikan di MI-NU Sumbawa Besar dan lulus tahun 1968. Ia kemudian melanjutkan ke MI-NU Sumbawa Besar. Setelah lulus pada tahun 1972, Din lantas pindah ke pulau Jawa dan mulai tinggal di Pesantren Modern Gontor. Selepas lulus tahun 1975, Din mulai memperdalam ilmu agamanya dengan melanjutkan kuliah di Jurusan Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, IAIN Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah, red). Saat di kampus, Din dikenal sebagai mahasiswa yang sangat aktif di berbagai kegiatan keorganisasian. Bahkan ia sempat menjadi pemimpin dalam berbagai organisasi, di antaranya adalah Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN, Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah.

Aktif di Keorganisasian. Dalam pendidikan, Din tak berhenti sampai di situ. Ia kembali melanjutkan pendidikannya di Amerika Serikat. “Dengan berbekal didikan agama di keluarga, saya bisa terhindar dari pergaulan yang negatif selama saya kuliah di Amerika,” tutur Din. Merantau di negeri orang sekali pun, Din tak pernah meninggalkan hobi berolahraganya. “Di sana saya juga berolahraga, bermain tenis, badminton,” aku mantan Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Depnaker ini. Di negeri Paman Sam, Din mengambil program studi Interdepartmental Programme in Islamic di University of California Los Angeles (UCLA). Setelah itu, ia meraih gelar PhD dari kampus yang sama. Sebelumnya, Din sudah disibukkan dengan menjadi dosen di UIN Syarif Hidyatullah sejak tahun 1982 hingga sekarang. Dalam berorganisasi, Din sudah kenyang dengan berbagai pengalaman. Puncaknya, pada tahun 2005, ia terpilih menjadi ketua PP Muhammadiyah untuk periode 2005-2010.

Tak hanya aktif di keorganisasian, Din juga sempat berkecimpung di tubuh partai politik, yakni Partai Golkar. Bahkan ia pernah duduk sebagai wakil rakyat dan menjabat sebagai wakil ketua fraksi Karya Pembangunan MPR-RI pada tahun 1999. Tak hanya di dalam negeri saja, di luar negeri pun, Din sudah mengepakkan sayapnya dengan aktif di organisasi internasional. Ia pernah menjabat sebagai President Asian Committee on Religions for Peace sejak tahun 2004, dan beberapa jabatan penting lainnya.

Pernikahan Din dengan sang istri, Fira Beranata yang dibinanya sejak puluhan tahun lalu telah menghadirkan tiga buah hati, yakni Farazahdi Fidiansyah (19), Mihra Dildari (17), dan Fiardhi Farzangghi (15). Dalam mendidik anak, Din meniru bagaimana kedua orangtua mendidik dirinya di masa kanak-kanak. “Tetap saya menerapkan kedisiplinan dalam kehidupan beragama,” aku Din dengan tegas. “Tapi saya sadar mendidik anak sekarang tak bisa disamakan dengan mendidik anak zaman dulu,” lanjutnya sambil tertawa kecil.

Manfaat Bagi Orang Banyak. Kini, nama Din Syamsuddin muncul sebagai salah satu calon presiden alternatif yang diusung oleh salah satu partai. Kendati sudah diusung oleh partai, Din mengaku belum menerima pinangan tersebut. “Saya tidak mencalonkan diri karena saya tidak berada dalam posisi yang aktif di dalam partai,” tutur Din. “Saya hanya dicalonkan oleh partai, tapi saya belum menjawab apa menerima atau menolaknya,” lanjutnya.

Kendati demikian, bila ditanya apakan dirinya merasa mampu bila diberikan amanat sebagai calon presiden mendatang, Din menjawabnya dengan lugas. “InsyaAllah, karena saya hanya ingin bermanfaat bagi orang banyak,” ungkap Din menutup pembicaraan. Fajar

No comments: