Berencana Meraih S-3 Meski Kini Hanya Bisa Tergolek di Ranjang
Dua tahun menderita penyakit langka, tak membuat semangat hidup Pepeng hilang. Justru dengan penyakit yang dideritanya, Pepeng semakin dekat dengan Allah. Terlebih lagi di bulan Ramadhan dan Idul Fitri ini, meski hanya tergolek lemas di atas tempat tidur. Lalu, seperti apa pengalaman rohani Pepeng selama sakit dan bulan Ramadhan?
Senin (24/9) sore, rumah asri itu nampak sepi seperti halnya rumah-rumah di sekitarnya. Berbagai macam tanaman menghiasi halaman rumah yang tak begitu besar. Sebuah kolam kecil juga menghiasi sebagian area halaman rumah. Belasan ikan mas berukuran kecil nampak menjadi penghuni kolam tersebut. Meski hanya menempati kolam kecil, ikan-ikan itu nampak bahagia berada di dalamnya. Mungkin kebahagiaan itu pulalah yang dirasakan si empunya rumah, Ferrasta Soebardi alias Pepeng.
Mantan pembawa acara kuis Jari-jari ini terlihat masih saja melempar senyum kepada Realita yang sore itu mengunjunginya. Senyum kebahagiaan yang muncul ikhlas dari hati meski raga tak mampu bergerak sebagaimana mestinya. Itulah sosok Pepeng yang nampak lebih bersahaja setelah menderita penyakit Multiple Sclerosis (MS), salah satu penyakit langka di dunia yang menyerang sistem daya tahan tubuh si penderita.
Penyakit ini dapat menimbulkan kelumpuhan di beberapa bagian tubuh penderita. Pepeng sendiri pertama kali mengetahui ia menderita penyakit MS pada tahun 2005, ketika terjatuh dan tidak bisa bangun dari jatuhnya.
Sakit di Bulan Ramadhan. Di dalam ruangan yang tidak begitu besar, Pepeng tengah berbaring di atas sebuah ranjang, yang kerap terlihat di kamar pasien di rumah sakit. Ruangan tersebut memang lebih terlihat sebagai kamar pasien yang biasa menghiasi rumah sakit. Pasalnya, segala macam jenis perlengkapan kamar pasien ada di dalam kamar Pepeng. Meski demikian, penyakit yang dideritanya bukan menjadi halangan bagi dirinya untuk berkarya. Lihat saja bagaimana gigihnya Pepeng meraih gelar S2 beberapa waktu lalu. Meski harus berada di atas kursi roda, Pepeng ternyata masih mampu mengikuti ujian tertulis dan merampungkan karya tulisnya.
Bahkan ia berencana untuk melanjutkan pendidikannya untuk meraih gelar S3. “Mudah-mudahan saya mampu meraih S3,” ungkap Pepeng sembari berharap. Semangat dari dalam diri sendirilah yang membuatnya mampu meraih prestasi yang cukup mengagumkan.
Di bulan Ramadhan ini, Pepeng merasakan adanya perbedaan dibandingkan ketika dua tahun lalu, pada saat ia masih sehat. “Banyak sekali perbedaannya menjalani bulan Ramadhan ketika sakit,” tutur Pepeng. Bila ketika masih sehat, Pepeng sangatlah aktif melakukan berbagai macam kegiatan di bidang entertainment, maka kini ia hanya mampu tergolek di atas ranjang. Meski begitu, Pepeng masih bisa melakukan kegiatan walaupun hanya di atas tempat tidur. “Saya memanfaatkan waktu dengan membaca buku dan browsing internet,” tutur Pepeng. Dengan begitu, Pepeng mengaku selama sakit, ia tak pernah ketinggalan informasi dan berita terbaru dari negeri seberang sekalipun. “Saya sering chating juga dengan teman saya yang berada di luar negeri,” ujar Pepeng.
Mungkin bagi sebagian orang, penyakit yang datang dianggap sebagai cobaan. Tapi tidak bagi Pepeng. Baginya, penyakit MS yang termasuk langka di dunia ini bukanlah cobaan dalam hidupnya. Melainkan sebuah bentuk kasih sayang Allah kepada dirinya. Ia menganggap bahwa melalui penyakit ini, ia mampu melakukan segala sesuatu pekerjaan yang belum tentu dapat dilakukan ketika dirinya masih sehat. Salah satu contohnya adalah pada saat meraih gelar S2 Psikologi Sosial di Universitas Indonesia (UI). “Mungkin kalau saya masih sehat, saya belum tentu menyelesaikan S2 saya,” ungkap Pepeng. Tak hanya itu saja, Pepeng juga mengakui lebih menghargai arti hidup ketimbang ketika masih sehat waktu dulu.
Mengisi dengan Kegiatan Cerdas. Baginya selama sakit, harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. “Dalam hidup, kita harus melakukan dengan segala macam bentuk tindakan yang cerdas,” tutur ayah empat anak ini. Tindakan cerdas yang dimaksud adalah dengan memanfaatkan waktu yang ada untuk mendekatkan diri kepada Allah dan juga melakukan kegiatan yang produktif.
Menurutnya, tak ada gunanya lagi bersedih dengan keadaan yang menimpa dirinya. Kini, ia harus berusaha untuk berjuang demi kesembuhan penyakitnya, meski penyakitnya tersebut diketahui belum ditemukan obatnya. “Saya tidak takut mati,” tegasnya singkat.
Dengan penyakit yang dideritanya saat ini, Pepeng memang tak bisa lagi berkarir di dunia presenter dan entertainment seperti dulu kala. Alhasil, penghasilan pun semakin berkurang. Beruntung, sang istri turut membantu penghidupan keluarga dengan menerima jahitan busana muslim di rumahnya. Meski demikian, ia merasa selalu ditolong oleh tangan-tangan Allah. Salah satu buktinya ketika salah satu anaknya, yakni Mamas (21) yang kini tengah mengenyam pendidikan kuliah broadcast di negeri Jiran, Malaysia. Seperti dituturkan Pepeng kepada Realita, beberapa waktu yang lalu, biaya pendidikan Mamas sempat terhambat karena ketiadaan biaya. Namun, sesaat sebelum batas waktu pembayaran kuliah, beberapa rekan Pepeng datang menjenguknya. “Nih Mas Pepeng, bayaran yang kemarin,” ujar Pepeng sembari menirukan omongan rekannya tersebut. Dengan uang pemberiannya itu, akhirnya Mamas mampu melanjutkan kuliahnya kembali.
Kejadian serupa juga sempat dialami oleh anak bungsunya Izra (14) yang mengalami sakit beberapa bulan yang lalu. “Dia sakit panas selama beberapa hari,” kenang Pepeng. Sang istri, Utami Mariam langsung saja memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit meski uang yang dimilikinya pas-pasan. Demi kesehatan anaknya, Utami pun nekad membawa anaknya tersebut ke rumah sakit. Ternyata, anaknya harus segera dirawat di rumah sakit Puri Cinere. Oleh karena mempertimbangkan biayanya, Utami bersama Pepeng memutuskan untuk menunda perawatan sang anak. Meski begitu karena kedekatan antara Pepeng dengan dokter yang juga merupakan dokter keluarga, Izra tetap dirawat tanpa biaya sama sekali. Pertolongan itu juga sempat dialami Pepeng ketika harus dirawat di rumah sakit yang sama. Karena ketiadaan biaya, Pepeng mengutang terlebih dahulu semua biaya rumah sakit. Dan setelah beberapa bulan kemudian akhirnya Pepeng berhasil membayarnya kembali.
Berpuasa Meski Sakit. Pengalaman-pengalaman itulah yang menimbulkan kedekatan antara Pepeng dengan sang pencipta. Baginya, Allah selalu berada di dekatnya dan akan selalu menolongnya ketika menghadapi kesulitan. Terlebih lagi ketika bulan Ramadhan dan Idul Fitri tiba. Walaupun tak harus menunggu bulan suci datang untuk melakukan ibadah dan kebajikan, Pepeng tetap merasa lebih dekat dengan Allah ketika bulan Ramadhan menyapa. Bahkan ketika sakit masih mengusik tubuhnya. Seperti halnya kewajiban di bulan Ramadhan, Pepeng juga menunaikan ibadah puasa seperti biasa. Tak ada larangan dari dokter kepada Pepeng untuk berpuasa. Tak pelak, Pepeng pun menjalani puasa tanpa beban. Yang terpenting, menurutnya, ia harus lebih menjaga daya tahan tubuh. Berbeda halnya dengan bulan Ramadhan setahun yang lalu tatkala penyakit Pepeng sedang parah. “Bulan puasa tahun lalu, saya sempat beberapa hari tidak berpuasa,” kenang Pepeng. Bahkan untuk merayakan hari yang fitri pun Pepeng harus merasakannya di rumah sakit. Pepeng memang hanya akan berada di atas ranjang kesayangannya ditemani istri dan keempat anaknya, yakni Mamas (21), Mio (18), Lalo (16) dan Izra (14). Namun, anak sulungnya terpaksa tidak dapat merayakan Idul Fitri bersama, dikarenakan masih serius kuliah di negeri seberang. Fajar
Side Bar:
Menuangkan Pemikiran dan Perasaannya Melalui ‘Di Balik Jari-Jari’
Selain memiliki harapan ingin segera sembuh dari penyakit yang dideritanya, Pepeng juga ternyata memiliki rencana lainnya yang cukup mengagumkan. Salah satunya adalah dengan menerbitkan sebuah buku hasil karyanya sendiri. Secara garis besar, buku tersebut menceritakan tentang bagaimana perjalanan hidup dan karir Pepeng sejak awal hingga sekarang. Tak hanya itu saja, ketabahannya dalam menghadapi penyakit MS yang dideritanya sejak tahun 2005 menjadi inti dalam buku yang bertajuk ‘Di Balik Jari-Jari’ tersebut.
Rencananya buku hasil karya Pepeng itu akan diluncurkan pada akhir tahun ini. Pepeng sendiri telah merampungkan proses penulisan buku tersebut. “Banyak penerbit yang menawarkan untuk menerbitkan buku ini,” ungkap Pepeng. Tak ayal, ia optimis sesegera mungkin buku ‘Di Balik Jari-Jari’ akan terbit. Menurutnya, buku ini lebih diposisikan sebagai buku motivasi bagi para pembacanya. Motivasi yang diberikan tentunya berdasarkan pengalaman pribadi Pepeng yang berjuang demi kesembuhan dirinya.
Buku ini juga disebut-sebut sebagai pintu pembuka bagi Pepeng untuk menerbitkan buku seri-seri berikutnya tentang motivasi. “Masih banyak tulisan-tulisan saya yang akan menjadi buku-buku berikutnya,” ujar Pepeng sembari meyakinkan diri. Kemampuan menulis Pepeng memang bermula dari kegemarannya membaca buku sejak masih muda. “Segala macam buku saya suka,” ujarnya singkat. Tak heran, ribuan buku telah dikoleksinya hingga sekarang. Buku juga menjadi salah satu sahabat setia Pepeng selama ia sakit dan terbaring di atas tempat tidurnya. Puluhan buku terlihat berada di rak yang dipasang tepat di samping ranjang Pepeng. Sesekali untuk mengobati kejenuhannya, Pepeng membuka lembaran demi lembaran kertas dari buku bacaan tersebut. Fajar
1 comment:
Innalillahi wa innaillaihi rojiun, selamat jalan mas Peng. Semoga arwah mas Peng mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Aamiin ya robbal alamin.
Post a Comment