Sukses Menjadi Wanita Pemimpin di Dunia Lelaki
Pada usianya yang relatif muda, Grace telah menduduki posisi puncak di sebuah grup perusahaan besar. Ia membawahi karyawan yang sebagian besar adalah lelaki. Sifat dasarnya yang agak tomboy membuat Grace mampu mengendalikan laju perusahaan. Kebahagiaan dalam merengkuh sukses pun bertambah setelah ia mampu menerbitkan novel perdananya. Lalu bagaimana kisah ibu dua anak ini?
Ketika hari Minggu dinikmati oleh sebagian besar warga Jakarta untuk beristirahat di tengah kesibukan bekerja, justru Grace masih harus menghadiri meeting di kantornya, di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jabatannya sebagai seorang pemimpin sebuah perusahaan memang mengharuskan ia untuk selalu hadir setiap saat ketika dibutuhkan. Kendati, harus sedikit merelakan waktunya untuk pekerjaan, Grace mengaku selalu ada waktu bersama keluarga. “Yang penting itu adalah kualitas waktu bersama keluarga,” ujar Grace membuka perbincangan di tengah teriknya siang hari kota Jakarta.
Wanita yang masih terlihat cantik dan enerjik di usianya yang baru menginjak 35 tahun ini memang mengaku semua yang diraihnya saat ini tak lain karena bentuk campur tangan Tuhan. “Tuhan itu Maha Baik,” ujar Grace singkat. Sekilas memutar waktu ke masa lalu, ia mungkin tak pernah membayangkan akan menjadi seorang wanita karir yang mampu menjadi pucuk pimpinan di usianya yang relatif muda.
Berbalut penampilannya yang anggun, banyak orang yang tak menyangka bahwa Grace merupakan seorang eksekutif di sebuah perusahaan energi listrik terkemuka. Sebagian orang pasti akan menilai Grace lebih cocok menjadi seorang foto model ketimbang seorang direktur ataupun general manager di sebuah perusahaan besar. Namun, pada kenyataannya, Grace adalah seorang pimpinan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang energi, yang notabene lebih banyak digeluti oleh kaum Adam. Sembari duduk santai di ruang kerjanya, Grace yang siang itu terlihat sangat cantik, memulai perbincangan dengan realita.
Disiplin Tentara. Dilahirkan di kota Surabaya pada 6 Maret 1974, Grace tumbuh dan besar di sebuah keluarga yang mengedepankan kedisiplinan tinggi. Tak heran memang, karena sang ayah merupakan seorang perwira TNI AL berpangkat Kolonel. Ayahnya, Kolonel (Purn) TNI AL M. A. Sediono, diakui Grace sebagai figur ayah yang keras dan disiplin terhadap keempat anaknya. Sedangkan ibundanya, Cecilia Vijayanti lebih mengandalkan kelembutan sebagai ibu dalam mendidik anak-anaknya. “Setiap hari, kita diharuskan untuk bangun pagi tepat waktu,” kenang pemegang prinsip hidup ‘just do it’ ini.
Tak hanya disiplin, didikan agama juga sangat kental terasa di dalam rumah. Sedari kecil, Grace sudah terbiasa untuk datang ke Gereja setiap hari Minggu. Bahkan, ia pernah menjadi gadis altar di Gereja yang letaknya tak jauh dari rumah. Meski menyandang anak bungsu dari empat bersaudara, tak membuat Grace mendapatkan perlakuan khusus dari kedua orangtuanya. Didikan disiplin dan keras khas tentara tetap dialami Grace seperti ketiga kakaknya. “Walaupun disiplin dan keras, saya justru lebih dekat dengan ayah saya,” aku wanita yang memiliki hobi membaca dan touring ini.
Di masa kanak-kanak, Grace dikenal sebagai anak yang tomboy. Ia kerap bermain bersama anak laki-laki. “Bermain galasin adalah hobi saya waktu masih kecil,” kenang Grace yang pernah tinggal di perumahan TNI, di daerah Kelapa Dua, Depok. Siapa sangka, saat usianya beranjak remaja, Grace justru sempat membungkus sifat tomboy-nya tersebut menjadi sebuah kecantikan seorang model. Saat masih duduk di bangku kelas 1 SMAN 39, Jakarta, Grace mulai berkenalan dengan dunia model. Dengan bermodalkan tinggi 168 cm, Grace berusaha bersaing dengan model-model lainnya yang berperawakan lebih tinggi ketimbang dirinya.
Model Remaja. Anak bungsu dari empat bersaudara ini bahkan sempat menghiasi beberapa majalah remaja terkemuka ibukota. Tak hanya itu saja, ia juga sempat menjadi model sebuah merek pakaian buatan dalam negeri. Tiga tahun di masa SMA sembari menjalani pekerjaan sampingan menjadi seorang model, ternyata tak lantas membuat Grace mematok cita-cita di dunia modeling. “Justru cita-cita saya sejak kecil itu hanya menjadi ibu rumah tangga yang merawat anak-anak di rumah,” tutur wanita yang memulai karirnya sebagai seorang sales engineer ini.
Dengan tinggi badan yang dirasa Grace sulit bersaing dengan model lainnya, ia pun lantas meninggalkan dunia modeling. “Saya juga tidak merasa cocok dengan dunia modeling yang harus selalu dandan agar tampil cantik,” ungkap Grace yang mengaku masih memiliki sifat tomboy ini. Selepas menamatkan SMA, Grace sempat melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadharma. Kuliah sambil bekerja sebagai seorang staf marketing di sebuah perusahaan energi listrik, ternyata harus berujung dengan pilihan yang cukup berat baginya. Akhirnya, ia meninggalkan kuliah yang baru dilakoni selama 4 semester dan lebih memilih untuk berkarir. Kendati demikian, Grace mengambil pendidikan diploma Public Relations di Interstudi, Jakarta, dan menyelesaikan pendidikan Business Administration di IBMEC, Singapura pada tahun 1999.
Beberapa waktu kemudian, Grace mengakhiri masa lajangnya dengan menerima lamaran seorang pria bernama Didi Wiroreno, yang telah menjadi kekasihnya selama setahun. Dunia bisnis energi listrik yang digelutinya sejak tahun 1993, menjadi ajang bertemu dengan pria yang kini telah memberikannya dua anak. Setelah memiliki anak, Grace meninggalkan karir dan lebih berkonsentrasi menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga. Ia sempat tinggal di Amerika dan Singapura selama beberapa tahun sebelum kembali ke tanah air. “Ternyata sekuat apa pun kita berusaha untuk menjadi seperti yang kita inginkan, kalau Tuhan tidak berkata demikian, ya nggak bakalan terjadi,” tutur mantan ketua OSIS di SMP Katholik Slamet Riyadi, Jakarta ini. Meski Grace hanya ingin menjadi seorang ibu rumah tangga, ternyata takdir berkata lain. Sehingga ia kembali menekuni karir di bidang energi kelistrikan.
Wanita Galak. Sekembalinya ke Indonesia, Grace mulai meniti karir yang pernah ditinggalkannya. Dalam kurun waktu tiga tahun, kerja keras dan usahanya membuahkan hasil. Dimulai pada tahun 2007, saat Grace menjadi seorang konsultan pengembangan bisnis PT Indomedco Power. Karirnya merangkak naik setelah ia menjadi Business Development Leader PT Medco Gajendra Power Services setahun kemudian. Akhirnya, Grace mampu menduduki posisi General Manager PT Medco Gajendra Power Services sejak tahun 2008 hingga akhir bulan lalu. Karena kemampuannya pula, Grace dipercaya untuk memegang jabatan sebagai Head of Corporate Relation and Communications PT Medco Power Indonesia. “Ini karena campur tangan Tuhan juga,” ujar Grace sembari mensyukuri. Kendati Grace dikelilingi oleh karyawan yang sebagian besar adalah laki-laki, ia justru tak pernah merasa rendah diri. Sebaliknya, Grace merasa tertantang untuk menjadi yang terbaik ketimbang rekan-rekannya.
Dalam hal memimpin sebuah perusahaan, Grace memegang logika sebagai dasarnya mengambil berbagai keputusan. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pimpinan yang disiplin dan keras terhadap bawahannya. “Makanya saya sering diperkenalkan sebagai wanita galak ke bawahan,” canda Grace sembari tertawa lebar. Selama bertahun-tahun menggeluti bisnis energi kelistrikan, menjadi nilai tambah bagi sosok Grace. Pasalnya, ia memiliki jaringan yang cukup luas dengan beberapa pihak, seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), perusahaan swasta, dan beberapa BUMN lainnya.
Tak hanya sukses dengan karir yang melesat tajam, Grace juga merasa bersyukur dengan keluarganya. Pernikahan yang dijalaninya bersama dengan Didi Wiroreno sejak 10 tahun lalu telah menghadirkan dua buah hati yang sangat disayanginya, yakni Dandy Syailendra Wiroreno (9) dan Anggita Ayodya Wiroreno (6). Hari Sabtu dan Minggu, selalu dijadikan waktu bersama dengan keluarga. “Biasanya setiap hari Sabtu dan Minggu, handphone saya matikan kecuali ada hal yang mendadak,” aku wanita yang pernah ikut touring Sumatera bersama sang suami dengan mengendarai motor sport ini.
Bagi Grace, segala tahapan hidup yang sudah dilewatinya patut untuk disyukuri. “Bersyukur itu dengan berbagai cara, salah satunya dengan melakukan yang terbaik,” ujar Grace. Selain bersyukur, melalui pengalaman hidupnya pula, ia berusaha untuk selalu ikhlas dalam melakukan setiap pekerjaan. “Kalau sudah ikhlas, pasti akan terasa ringan dalam melangkah,” ujar Grace sembari berfilosofi. Belajar bagaimana cara untuk ikhlas juga didapatnya dari pengalaman hidup yang dijalani. “Saya pernah merasakan saat semua yang telah saya dapatkan, terampas begitu saja,” kenang Grace. Ternyata saat itu, tidaklah begitu buruk setelah berusaha untuk mengikhlaskan segala sesuatunya.
Meski telah memperoleh karir mapan dan keluarga yang bahagia, Grace menganggap masih banyak yang ingin dicapainya di masa mendatang, baik dalam keluarga maupun karir di perusahaan. “Saya ingin memiliki perusahaan sendiri,” ujar Grace sembari tersenyum lebar. Sedangkan di dalam keluarga, Grace akan sangat bersyukur jika mampu melihat kedua anaknya tumbuh dan menjadi orang yang berguna di masa depan. “Saya ingin melihat anak-anak saya lulus sekolah dengan baik dan menjadi yang terbaik,” harap Grace sambil mengakhiri perbincangan. Fajar
Side Bar 1…
Menjalani Keharmonisan di Tengah Perbedaan dengan Suami
Ternyata perbedaan tak selamanya menimbulkan konflik. Hal tersebut sangat tergambar jelas pada keluarga yang dibina Grace bersama dengan sang suami. Grace yang merupakan penganut agama Katholik yang taat mengaku tak mengalami kesulitan hidup berdampingan dengan sang suami, Didi Wiroreno yang beragama Islam. “Bagi saya, agama itu adalah urusan masing-masing pribadi dengan Tuhannya,” ujar pengagum Sidharta Gautama ini dengan tegas.
Selama menjalani pernikahannya, Grace selalu menjaga komitmennya masing-masing dalam hal hubungan dengan Tuhan. “Kita nggak pernah membahas agama di dalam keluarga, karena pasti akhirnya akan terjadi debat kusir,” tutur Grace menjelaskan. Menurutnya pula, semua agama pasti akan mengajarkan kebaikan. Dengan bermodalkan pemikiran itulah, Grace menjalani keharmonisan dengan sang suami.
Saat bulan Ramadhan, Grace tetap menjalankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Ia selalu menemani sang suami, saat makan sahur dan berbuka puasa di rumah. Sedangkan, Grace sendiri tetap menjalankan rutinitasnya ke Gereja setiap hari Minggu pagi. “Waktu kemarin, saat pindah rumah, saya juga mengadakan pengajian di rumah,” aku Grace. Sebaliknya, bila Grace mengadakan kegiatan keagamaan di rumah, maka sang suami selalu mendukung dengan baik. Bahkan, Grace sendiri kerap menjalani puasa Senin-Kamis. Ia percaya bahwa dengan berpuasa setiap hari Senin dan Kamis, segala sesuatunya akan dipermudah baik dalam keluarga maupun karir. “Saya diberi saran untuk berpuasa Senin-Kamis oleh teman saya,” ungkap Grace.
Selama menjalani perbedaan ini, Grace mengaku tak mengalami masalah sedikit pun, karena sikap dan komitmen yang terbentuk sambil menjalani waktu demi waktu usia pernikahannya. Soal anak-anak, Grace dan suami akan membebaskan untuk memilih sesuai keinginannya masing-masing setelah mereka berusia 17 tahun. Fajar
Side Bar 2…
Temukan Bakat Menulis Berkat Orang Tak Dikenal
Menerbitkan sebuah novel tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Grace. Meskipun sangat suka membaca, ia mengaku tak memiliki kemampuan untuk menulis puisi atau cerita panjang sebelum menyadari bahwa ada bakat menulis yang terpendam sejak lama. Sekitar tahun 2006, Grace tengah duduk menunggu giliran untuk berobat di sebuah tempat praktik dokter. Saat itulah, seorang pria paruh baya tak dikenal menyapa dan mengajaknya mengobrol. “Kalau sedang sedih, ada dua cara menghilangkannya, yaitu menutup telinga dengan bantal sembari berteriak atau menulis semua perasaan sedih tersebut dalam bentuk kata-kata,” tutur Grace menirukan omongan pria tak dikenal tersebut.
Padahal, kala itu Grace mengaku tidak sedang dirundung kesedihan sama sekali. Namun, omongan pria itu berlalu-lalang di pikirannya. Ia merasakan adanya petunjuk dari omongan pria tersebut. Sekembalinya ke rumah, Grace berusaha mengikuti nasihat sang pria dengan menyalakan komputer. “Saya itu sebenarnya bukan maniak komputer, yang biasa saya kerjakan di depan komputer itu biasanya kirim email,” ungkap Grace.
Dengan rasa penasaran yang cukup tinggi, Grace mulai mengenal blog di internet. Awalnya pun, ia sama sekali tak tahu bagaimana cara menggunakan blog. Seiring berjalannya waktu, Grace menulis berbagai perasaannya di blog miliknya. Mulai dari multiply, hingga wordpress dijajalnya. Tak terasa tulisan-tulisan yang dimasukkan ke dalam blognya semakin bertambah banyak. Tulisan-tulisannya berbentuk puisi yang diambil dari pengalaman hidupnya, ternyata cukup menarik banyak orang untuk membacanya. Tercatat puluhan ribu orang pernah mampir di blog-nya tersebut.
Dengan didorong banyak pihak, Grace mencoba untuk membukukan kumpulan puisinya tersebut. “Tapi karena buku tentang puisi, kurang banyak yang suka, maka saya rangkaikan menjadi sebuah novel,” ungkap Grace. “Akhirnya saya tulis, nggak terasa sudah sampai 150 halaman,” lanjutnya dengan bersemangat. Alhasil, sekitar bulan Mei lalu, Grace meluncurkan novel perdananya di pasaran yang berjudul Sebuah Cerita Cinta. Fajar
Biodata
Nama lengkap : Grace Paramita Wiroreno
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 6 Maret 1974
Nama suami : Didi Wiroreno
Nama anak : Dandy Syailendra Wiroreno (9) dan Anggita
Ayodya Wiroreno (6)
Nama orangtua : Kolonel (Purn) TNI AL M. A. Sediono dan M.
Cecilia Vijajanti
Pendidikan
SD Katholik (Ign) Slamet Riyadi, Jakarta
SMP Katholik (Ign) Slamet Riyadi, Jakarta
SMAN 39, Jakarta
Business Administration IBMEC, Singapura (1999)
Diploma Public Relations Interstudi, Jakarta
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadharma (tidak selesai)
Business English, San Diego State University, Amerika Serikat
Marketing Research, University of San Diego, Amerika Serikat
Finance for Non Finance Manager, OTI Jakarta
Karir
2009- sekarang, Head of Corporate Communications PT Medco Power Indonesia
2008-2009, General Manager PT Medco Gajendra Power Services
2007-2008, Business Development Leader PT Medco Gajendra Power Services
2007, Project Commercial Specialist PT Medco Power Indonesia
2007, Konsultan Pengembangan Bisnis PT Indomedco Power
2003-2004, Direktur Pengembangan Bisnis PT Dinamika Daya Persada
1998, Corporate Communications PT Energyworks
1998, Konsultan Pengembangan Bisnis PT Kwartadaya Dirganusa
1994-1995, Sales Engineer PT Kwartadaya Dirganusa
No comments:
Post a Comment