Friday, March 12, 2010

Poppy Puspitasari, Istri Hayono Isman (Mantan Menpora, dan Ketua Umum Kosgoro)


Mendapatkan Kepuasan Batin dengan Aktif di Enam Yayasan Sosial

Tak akan ada orang yang menyangka bahwa kegiatan sosial seorang Poppy Puspitasari cukuplah banyak. Deretan nama yayasan kini tengah digelutinya. Entah apa yang ada di benak Poppy saat menerima ajakan beberapa rekannya untuk bergabung di dalam struktur organisasi yayasan. Namun, yang pasti keinginan dari dalam lubuk hatinyalah yang kemudian mendorong Poppy untuk aktif di sejumlah yayasan. Tercatat, Yayasan Asma Indonesia, Yayasan Asa Bangsa, Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Batik Indonesia, Yayasan Thallassemia dan Yayasan AIDS Indonesia menjadi wadah bagi dirinya untuk berkecimpung di dunia sosial. Hampir separuh waktunya setiap hari dihabiskan untuk mengurusi yayasan-yayasan tersebut. Meski disibukkan dengan kegiatan di yayasan, ia tak pernah merasa lelah atau pun jenuh dengan rutinitas seperti itu.

Senin (10/9) siang, Realita berkesempatan untuk bertemu dengan wanita pemilik nama lengkap Poppy Puspitasari ini. Di daerah Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, tampak sebuah bangunan rumah yang belum selesai dibangun. Tak ada cat yang menutupi dinding bangunan tersebut. Hanya ada bangunan tinggi besar menjulang tapi masih belum rampung pengerjaannya di beberapa bagian rumah. Tepat di sampingnya, terdapat sebuah rumah kecil, tempat tinggal Poppy bersama keluarga untuk sementara. Setelah dipersilahkan masuk dan menunggu di dalam sebuah ruangan, sosok wanita setengah baya namun tetap anggun menghampiri Realita. Dialah Poppy Puspitasari, istri Hayono Isman, mantan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga di zaman orde baru. Sembari duduk santai, ia bersedia berbagi cerita mengenai berbagai yayasan yang tengah dilakoninya saat ini.

Pegang Enam Yayasan. Awal mula Poppy berkecimpung di dunia yayasan terjadi pada tahun 1994, pada saat ia ditawari untuk masuk dalam struktur organisasi di Yayasan Kanker Indonesia. “Waktu itu, saya datang ke salah satu acara Yayasan Kanker Indonesia,” kenang Poppy. Tanpa berpikir panjang, ajakan itu lantas diiyakan Poppy. Baginya waktu itu, ajakan tersebut merupakan suatu tantangan tersendiri untuk terjun di dunia sosial. Merasa cocok dengan aktivitas sosial di Yayasan Kanker Indonesia, Poppy kemudian menerima ajakan dari beberapa rekannya untuk bergabung di beberapa yayasan lainnya. Yayasan AIDS, dan Yayasan Batik Indonesia menjadi dua yayasan berikutnya yang digeluti Poppy. “Saya sebagai volunteer di yayasan-yayasan itu,” aku Poppy. “Sebagian besar memang tentang penyakit ya,” lanjutnya singkat.

Puncaknya, Poppy beserta enam sahabatnya mendirikan Yayasan Asa Bangsa pada tahun 1999. Yayasan ini bertujuan untuk menanggulangi masalah penyalahgunaan obat-obatan terlarang, terutama oleh generasi muda saat ini, baik melalui cara preventif maupun pengobatan. Pendirian Yayasan Asa Bangsa memang dilatarbelakangi kekhawatiran Poppy terhadap kondisi generasi muda yang rentan mengkonsumsi narkoba. “Saya sering ikut dalam penyuluhan tentang narkoba,” aku Poppy. Melalui penyuluhan-penyuluhan tersebut, Poppy berharap generasi muda mampu menghindari obat-obatan yang membuat pemakainya kecanduan.

Aktifnya Poppy di dalam lingkup kegiatan sosial ternyata hanya dilatarbelakangi oleh sifatnya yang tidak bisa berdiam diri di dalam rumah saja. “Saya orangnya tidak bisa diam ya,” aku ibu tiga anak ini. Dari berbagai kegiatan tersebut, Poppy juga mengaku bahwa ia mendapatkan kepuasan tersendiri ketika ia telah berhasil dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Menurutnya, kepuasan yang ia dapatkan ketika melakukan kegiatan sosial sangatlah berbeda ketika ia mendapatkan kepuasan dalam hal pekerjaan ataupun berbisnis. “Kepuasannya lebih berarti di saat saya melakukan aksi sosial,” aku Poppy. Keterlibatan di dalam beberapa yayasan tak hanya sebagai pengikut semata, melainkan sebagai salah satu sosok sentral di dalam organisasinya. Meski begitu, ada kesamaan antara jabatan ketua di satu yayasan dengan yayasan lainnya, yakni tugas yang berkaitan dengan hubungan masyarakat dan penggalangan dana.

Bagi Poppy, dengan berkecimpung di yayasan akan terasa lebih efektif dalam membantu masyarakat yang membutuhkan. “Efektif sekali ya bila program kerja yang telah ditentukan sebelumnya benar-benar dilakukan dengan baik,” ujarnya menjelaskan. Tak heran, ia mengaku akan selalu melanjutkan kegiatannya tersebut hingga tujuannya tercapai, yakni kebahagiaan dari masyarakat yang telah dibantunya.

Kegiatan Poppy di dunia sosial, tidak dilakukannya secara tiba-tiba. Pasalnya, sejak sang suami menjadi seorang menteri, ia merasa itulah kesempatan untuk menyalurkan jiwanya yang aktif bekerja, di dalam beberapa yayasan tersebut. Pilihannya ini tak hanya didasarkan atas dorongan dirinya sendiri, melainkan dari seluruh anggota keluarganya, termasuk salah satunya adalah Hayono Isman, suami tercinta. Pernikahan dengan mantan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga tersebut kini telah menghadirkan tiga buah hati, yakni Baroto Ario Isman (27), Handara Putri Isman (26) dan Mandira Isman (22). Poppy saat ini juga tengah menunggu kehadiran cucu pertama dari anak keduanya, Handara. Meski disibukkan dengan berbagai aktivitas yang menyita sebagian besar waktunya, Poppy tidak mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara keluarga dengan kegiatan sosialnya. “Anak-anak sudah memahami pekerjaan saya,” aku wanita kelahiran 13 Januari 1956 ini.

Mendapatkan Kepuasan. Selain aktif di yayasan, Poppy juga ternyata merupakan seorang pengusaha. “Saya mendesain perhiasan,” ujarnya. Perhiasan yang telah dirancangnya tersebut kemudian dijual kepada peminat-peminat perhiasan yang juga merupakan rekan-rekannya sendiri. Rutinitas ini telah dilakoninya sejak tahun 2000. Usahanya tersebut kemudian berkembang dari tahun ke tahun hingga saat ini. Dari keuntungan usaha itulah, terkadang Poppy menyisihkan sebagian jumlah nominalnya untuk digunakan beraktivitas sosial. Poppy yang merupakan anak pasangan H.A.H. Kastubi (88) dan Rukmini (79) juga berencana untuk menggelar pameran batik nasional di Jakarta pada 19 September mendatang. Pameran tersebut tentu merupakan kegiatan dari Yayasan Batik Indonesia yang juga dipimpinnya.

Tak hanya di hari-hari biasa saja, Poppy juga kerap melakukan aktivitas sosial di bulan Ramadhan. Rutinitas sosial tersebut adalah dengan selalu mengadakan shalat Tarawih berjamaah di mushola rumahnya. “Saya selalu menyediakan mushola untuk warga di sekitar sini untuk shalat Tarawih,” ungkap Poppy. Setelah selesai shalat berjamaah, Poppy bersama keluarga lantas menyediakan makanan gratis bagi para jemaah Tarawih. Selain itu, ia juga kerap mengadakan acara buka puasa bersama dengan anak-anak yatim yang berada di sekitar rumahnya. Dengan begitu, ia mengaku mendapatkan kepuasan tersendiri setelah melakukan berbagai kegiatan sosial, baik di dalam yayasan maupun kegiatan pribadi di rumahnya. Fajar

Side Bar…

Penderita Asma yang Menjadi Salah Satu Ketua Yayasan Asma Indonesia

Belajar dari pengalaman sendiri, mungkin itulah yang melatarbelakangi keputusan Poppy hingga mau berkecimpung di Yayasan Asma Indonesia. Sebagai penderita asma sejak masih kanak-kanak, tentu Poppy mengerti betul bagaimana penyakit asmanya bisa kambuh. “Asma itu bisa kambuh karena faktor lingkungan yang kurang bersih, ada asap rokok,” tutur Poppy. Dengan pengetahuannya tersebut, ia kemudian merasakan kekhawatiran bagaimana warga kurang mampu sekaligus penderita asma. Dengan kondisinya yang serba kekurangan, Poppy berpikir bahwa mereka tidak dapat menghindari kambuhnya asma yang mereka derita. Atas dasar itulah, Poppy kemudian terjun di dalam organisasi Yayasan Asma Indonesia. Di yayasan itu, Poppy menjabat sebagai ketua bidang umum, yang bertugas untuk mengurusi segala macam bentuk kebutuhan dari yayasan, termasuk salah satunya adalah dengan menggalang dana dari masyarakat.

Melalui Yayasan Asma Indonesia pula, Poppy mencanangkan berbagai kegiatan yang membantu para penderita asma. Salah satunya adalah dengan menggelar olahraga senam khusus bagi penderita asma. “Dengan berolahraga, dapat mengurangi gejala kambuhnya asma,” tutur wanita yang lahir di kota Palembang ini. Olahraga senam khusus penderita asma ini secara rutin diadakan di daerah Klender, Jakarta Timur seminggu sekali. Dengan begitu, diharapkan para penderita asma dapat hidup sehat dengan melakukan olahraga secara teratur. Tak hanya itu saja, penyuluhan-penyuluhan juga seringkali dilakukan Poppy di berbagai daerah. “Saya pernah berkunjung ke Kabupaten Dompu (NTB, red) untuk melihat secara langsung kondisi warga di sana,” kenang Poppy. Di daerah kawasan timur Indonesia itu, Poppy melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kondisi yang cukup memperihatinkan. “Mereka (warga, red) mandi, mencuci, memandikan kerbau dan sapi di satu tempat yang sama,” ujar Poppy sembari meringis. Tak heran, Poppy bertekad untuk selalu aktif melakukan aksi sosial di yayasan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Fajar

No comments: