Tuesday, March 23, 2010

Bambang Rachmadi, Pengusaha

Mengibaratkan Kasus yang Dialaminya Seperti Cicak VS Buaya

Belasan tahun memegang hak waralaba sebuah restoran siap saji asal Amerika Serikat, ternyata tak menjamin keberlangsungan bisnisnya di bidang makanan. Sejak pertengahan tahun ini, ia tak lagi bekerjasama dengan restoran berlogo M tersebut. Namun, Bambang Rachmadi tak patah arang. Ia lantas mendirikan restoran siap saji dengan cita rasa asli Indonesia. Pria paruh baya ini pun siap menantang restoran siap saji yang sudah ada, berbekal segudang pengalaman bisnisnya. Lalu bagaimana kisah perjalanan hidup pria yang baru saja menikah pada bulan Januari lalu ini?

Sejak awal Oktober lalu, beberapa gerai restoran siap saji McDonald's tiba-tiba berubah. Logo M berwarna kuning dan berukuran besar sudah tak lagi menghiasi bagian depan restoran. Warna kuning yang sangat kental mewarnai restoran berubah menjadi perpaduan warna hijau dan oranye. Figur restoran yang sebelumnya diwakili oleh seorang pria berambut kribo dengan berpakaian badut, juga berubah menjadi wajah seorang bajak laut. Tercatat 13 gerai Mcdonald's berubah menjadi restoran baru bernama Tonijack's Indonesia.

Sosok lelaki pengusaha handal berada di balik perubahan gerai restoran tersebut. Dialah Bambang Rachmadi, pengusaha yang pernah memegang hak waralaba McDonald's di Indonesia sejak tahun 1998. Dengan mengandalkan makanan bercita rasa asli Indonesia, pada awalnya Bambang berusaha menyasar konsumen restoran siap saji sebelumnya. Tingkat kunjungan konsumen yang datang pun mulai bertambah dari hari ke hari meski baru dibuka per bulan Oktober kemarin. Kemajuan tersebut tak lain karena kemampuan Bambang (panggilan akrabnya, red) dalam membaca peluang bisnis yang ada.

Sosok Bambang Rachmadi sendiri dikenal sebagai sosok yang penuh dengan kontroversi. Kendati demikian, di balik itu semua, kemampuannya dalam berbisnis sudah tak diragukan lagi. Berbagai bidang bisnis sudah pernah digelutinya selama puluhan tahun. Mulai dari perbankan hingga makanan. Apa yang dicapainya saat ini, tak terlepas dari didikan kedua orangtuanya semasa kanak-kanak. Sebagai anak tertua dari sembilan bersaudara, Bambang memang diberikan tanggungjawab yang lebih ketimbang kedelapan adik-adiknya.

Bambang lahir di Jakarta pada 15 Maret 1951. Kedua orangtuanya, H. K. Rachmadi dan Hj. Nurwenda mendidik Bambang beserta adik-adiknya dengan penuh kedisiplinan dan menanamkan kerja keras. “Masa kanak-kanak saya termasuk masa yang cukup membahagiakan,” ujar Bambang saat ditemui realita di apartemennya di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat pada Rabu (18/11) lalu.

Kedua orangtuanya juga menanamkan didikan yang sangat berharga bagi Bambang dalam menjalani kehidupannya. “Orangtua mengajarkan agar selalu peduli dengan saudara,” aku Bambang. Mereka juga menganjurkan agar Bambang menghindari sifat-sifat individualistis. “Yang tua harus mengalah kepada yang lebih muda,” ujar Bambang menirukan omongan kedua orangtuanya. Ia mengenang masa kanak-kanaknya, saat di rumah terjadi keributan, pasti yang benar selalu berpihak kepada yang lebih muda. Tak hanya itu saja, kedua orangtua pun selalu mendorong kesembilan anaknya untuk selalu memiliki kepercayaan diri yang penuh dalam melakukan berbagai hal.

Dengan bermodalkan didikan orangtua itulah, selepas SMA, Bambang memberanikan diri untuk melanjutkan pendidikannya ke negeri Paman Sam. Setelah beberapa tahun tinggal di Amerika Serikat, Bambang kembali ke tanah air dan merintis usaha sendiri. Peluang bisnis terbaca oleh Bambang di bidang waralaba makanan saat restoran siap saji McDonald’s tertarik untuk membuka gerai di Indonesia. Kerjasama pun terjadi antara keduanya melalui sebuah perusahaan bernama PT Bina Nusa Rama (BNR). Bambang sendiri memiliki 10 persen saham di perusahaan tersebut, sisanya dimiliki oleh pihak McDonald’s Corp. PT BNR memiliki 97 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bos Waralaba. Gerai McDonald’s di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat saat berada di tangan Bambang. Menu makanan yang tadinya masih bercita rasa Amerika diubah agar sesuai dengan lidah orang Indonesia, berkat Bambang. Menu nasi beserta ayam goreng yang sebelumnya tidak ada dalam menu, akhirnya disodorkan untuk konsumen Indonesia. Alhasil, McDonald’s tercatat meraup untung triliunan rupiah sejak kali pertama menjejakkan kaki di Indonesia. Semua kesuksesan tersebut menjadi bukti tangan dingin Bambang dalam bisnis waralaba.

Masalah kemudian datang setelah pihak McDonald’s Corp secara sepihak menjual kepemilikan dan kepengelolaan gerai-gerai tersebut ke Grup Sosro tanpa melibatkan Bambang, sebagai seorang pemegang saham. Beruntung baginya, karena 13 gerai McDonald’s merupakan kepemilikan Bambang sendiri dan tidak tercakup dalam gerai yang dimiliki McDonald’s Corp. Pertentangan dengan McDonald’s tersebut tentu saja menyulut kekecewaan Bambang. Sebelumnya, ia juga mendapatkan hantaman keras di bisnisnya setelah Bank IFI, bank kepunyaannya, dilikuidasi oleh Bank Indonesia (BI) pada April lalu. “Kegagalan itu sudah biasa ya,” ungkap Bambang singkat.

Setelah tak lagi bekerjasama dengan pihak McDonald's, Bambang pun memutar otaknya untuk dapat menampung sekitar 800 karyawan yang tak lagi bekerja melayani di 13 gerai miliknya. Dengan masih menawarkan konsep restoran siap saji, Bambang pun hadir dengan gerai bernama Tonijack's Indonesia. Nama Toni, diambil dari nama panggilan Bambang semasa muda dulu. Sedangkan Jacks dipilih karena konsep bajak laut yang dijadikan ikon 13 gerai yang dimilikinya. “Memang dari awal, saya ikut mendirikan Tonijack's,” aku pria yang hobi traveling ini.

Namun, selang beberapa lama kemudian, masalah kembali timbul dengan pihak gerai siap saji McDonald's. Pasalnya, mereka menganggap kehadiran Tonijack's telah menyalahi aturan karena Bambang sudah tak lagi memiliki lisensi waralaba di Indonesia. Kendati, Bambang menjadi pendiri di awal, Tonijack’s justru sudah dijual ke Didit Permana dan Suryo B. Sulistyo. Sehingga Bambang tak lagi menjabat sebagai pemilik ataupun pemegang saham di gerai restoran siap saji asli Indonesia tersebut. Kendati begitu, permasalahan penjualan saham sepihak McDonald’s ke pihak lain, tetap digugat Bambang melalui jalur hukum.

Berubah Menjadi Konflik. “Saya optimis dong, kita melawan karena kita memang benar kok,” ungkap Bambang dengan tegas. Menurutnya, orang akan melawan bila hak asasinya diinjak oleh orang lain. Sama halnya seekor semut yang akan menggigit bila terinjak. Bambang sebagai pemegang 10 persen saham di PT Bina Nusa Rama, pemilik dari 97 gerai McDonald's di Indonesia, merasa kecewa dengan keputusan pihak McDonald's yang justru menjual seluruh gerai tersebut ke Grup Sosro. “Seharusnya, saya sebagai pemegang saham minoritas yang ditawari terlebih dahulu sebelum ditawari ke pihak lain,” tutur Bambang. “Ini menyangkut etika bisnis,” lanjut pria yang berprofesi sebagai pengajar ini.

Kekecewaan lain yang diungkapkan Bambang adalah tidak pernah diterimanya deviden dari PT BNR, padahal ia termasuk pemegang saham di perusahaan tersebut. “Mereka sudah mendapatkan keuntungan sebegitu banyak, saya tidak pernah menerima sepeser pun,” ujar Bambang kecewa. Dengan bermodalkan kebenaran yang diusung Bambang itulah, ia berusaha melawan dan menuntut keadilan. Proses hukumnya sendiri sudah sampai di arbitrase internasional di Singapura.

Meski masih menyisakan masalah, Bambang tak gentar dalam menjalankan roda bisnisnya. Terlebih lagi, bila bekerjasama dengan pihak asing. “Saya tidak jera, pertentangan itu hanyalah pengecualian,” kilah Bambang. Ia justru mendapatkan banyak pelajaran dari permasalahan tersebut. “Jangan pernah takut dalam memperjuangkan apa yang menjadi hak kita,” ujar Bambang sembari berfilosofi. “Dalam perselisihan tersebut, saya menganalogikan seperti Cicak VS Buaya,” lanjut pria yang dikenal dengan sebutan ‘Bapak McD Indonesia’ ini.

Menurut Bambang, segala macam permasalahan yang dihadapinya selama menjalankan bisnis dan kehidupan keluarga merupakan cobaan hidup yang harus dilewati agar menjadi orang yang lebih baik. “Namanya cobaan hidup itu pasti ada, karena kita tak bisa selalu mendapatkan apa yang kita mau,” papar Bambang. “Namun, kita harus menyikapi setiap keadaan dengan sikap terbaik yang kita punya,” lanjutnya menjelaskan.

Dalam mengarungi bisnisnya, Bambang mengaku kerap mengalami kegagalan. Kendati begitu, yang terpenting baginya adalah mendapatkan pelajaran dari kegagalan tersebut. “Karena kegagalan itu memang merupakan kesuksesan yang tertunda,” ujar pria yang sempat berseteru dengan Ahmad Dani ini. Selain itu, kegagalan juga sebaiknya tak membuat nama menjadi buruk di mata para pebisnis lain. “Nama dan reputasi itu sangat sulit untuk dibangun, memang sangat berharga,” ungkap Bambang.

Peran Penting Keluarga. Meski disibukkan dengan banyak kegiatan bisnis dan berbagi ilmu melalui berbagai seminar, Bambang mengaku dapat membagi waktu dengan keluarganya. “Saya banyak menyelesaikan pekerjaan di rumah, jadi saya dapat meluangkan banyak waktu bersama keluarga,” tutur Bambang. Kehidupan pribadi Bambang sendiri memang sempat mengalami kegagalan dalam pernikahan. Kegagalan tersebut tak membuat dirinya berhenti membangun bahtera rumah tangga. Pada Januari lalu, Bambang memulai rumah tangga dengan seorang wanita bernama Amiria (26) yang usianya jauh lebih muda ketimbang dirinya. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Sabria Letisha Pravda Rachmadi pada bulan Oktober lalu.

Kendati mengalami kegagalan dalam berkeluarga, Bambang justru menganggap penting peran keluarga dalam kehidupannya. “Sebenarnya keluarga itu sangat penting bagi kita agar selalu stabil dan mempunyai pegangan,” ujar Bambang tegas. Akan tetapi, menurutnya, keluarga seharusnya mendukung tanpa harus selalu ikut campur terhadap urusan saudara lainnya. “Kalau ada salah satu saudara yang mengalami kegagalan, ya itu adalah proses pembelajaran,” papar Bambang.

Meski kini adik-adiknya telah berpisah dan memiliki keluarga sendiri, mereka tetap menjalin tali persaudaraan dan silaturahmi dengan selalu berkumpul setiap hari Jumat. “Kita semua selalu berkumpul, dan shalat Jumat bersama,” aku Bambang. Alhasil, kondisi rumah akan selalu ramai dipenuhi dengan saudara-saudara yang berkunjung. “Wah ramai sekali,” ujar Bambang sumringah.

Kini, Bambang dinilai telah sukses menjadi seorang pengusaha. Kendati demikian, ia justru menganggap kesuksesan sebagai sebuah proses. “Sukses hari ini belum tentu ada artinya, tapi harus ada konsistensi ke depannya,” ujar Bambang. “Sebenarnya banyak sisi dalam kesuksesan tersebut,” lanjutnya sembari mengakhiri perbincangan. Fajar

Side Bar 1...

Belajar Bisnis Dari Teman-teman Tionghoa

Semasa sekolah dan kuliah di Amerika Serikat, Bambang mengaku banyak bergaul dengan teman-temannya dari suku Tionghoa. “Yang sekolah di sana memang banyak suku Tionghoa,” kenang Bambang. Saat bergaul dengan merekalah, Bambang melihat cara berpikir dari suku Tionghoa yang dapat ditiru dalam membangun bisnis.

Kalau bisnis, mereka nggak peduli mau teman atau saudara, kalau hutang ya harus bayar,” papar Bambang. Selain belajar teori bisnis dalam kuliahnya, Bambang juga mendapatkan ilmu lain dari pergaulannya tersebut. Ia lantas menerapkan filosofi suku Tionghoa itu pada setiap bisnis yang digelutinya. “Bukan mereka pelit, justru untuk jalan-jalan atau traktir makan, ya nggak apa-apa,” ujar Bambang.

Menurutnya, dengan menerapkan cara itulah, bisnis akan berjalan dengan baik tanpa harus takut mengalami kerugian atau kebangkrutan. Pada setiap bisnis yang dijalaninya, Bambang juga memiliki prinsip lain yang selalu dipegangnya. “Kalau kita mendapatkan keuntungan, ya berikanlah kesempatan bagi partner kamu untuk mendapatkan keuntungan juga. Kalau tidak, ya terjadilah keributan,” tutur Bambang. Dalam memilih bisnis pun, Bambang lebih bersikap hati-hati. “Setiap bisnis itu ada peluang dan risiko juga,” ungkap Bambang. Menurutnya, jika sudah memilih maka harus selalu fokus. Kalaupun akan melakukan ekspansi, harus tetap terkait dengan core business yang digeluti. Fajar

Side Bar 2...

Amiria, Istri Bambang Rachmadi

Tak Masalah Meski Terpaut 31 Tahun

Amiria pertama kali bertemu dengan Bambang pada pertengahan 2007. Sejak saat itu, mereka kemudian menjalin kasih. Status duda yang disandang Bambang tak membuat Ria-panggilan akrabnya-menolak perasaannya. Keseriusan Bambang pun diperlihatkan saat melamar gadis kelahiran 13 Januari 1984 itu. Kurang dari dua tahun masa perkenalan keduanya, mereka memutuskan untuk menikah pada bulan Januari lalu. “Mas Bambang itu sosok suami yang baik, sabar, dan penuh pengertian,” ungkap Ria yang kesehariannya disibukkan dengan mengurusi anaknya ini.

Awalnya, kedua orangtua Ria sempat tak menyetujui hubungan anaknya tersebut dengan pria yang usianya terpaut 31 tahun itu. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Bambang mampu mengubah ketidaksetujuan orangtua Ria dengan menunjukkan keseriusan untuk menikah. “Kita nggak ada masalah dalam beda umur, justru seperti seumuran saja,” tutur wanita asli Palembang, Sumatera Selatan ini. “Awalnya orangtua memang sempat menentang,” lanjutnya singkat. Berkat usaha dari keduanya, akhirnya orangtua menyetujui pernikahan antara Ria dan Bambang. “Sebelum menikah, Mas Bambang sudah menceritakan semua masa lalunya. Jadi kita memang dari awal sudah saling terbuka,” papar Ria menjelaskan.

Kesamaan dengan sang suami, Ria mengaku sangat hobi traveling. Bahkan saat berbulan madu setelah menikah, Ria dan Bambang menghabiskan waktu bersama di negeri Sakura, Jepang. Kini, setelah kehadiran Letisha, Bambang sangat menunjukkan figur seorang ayah yang bertanggungjawab. “Mas Bambang sering bangun tengah malam kalau Letisha menangis,” aku lulusan Universitas Maranatha, Bandung ini. Bayi yang lahir dari pernikahannya ini menjadi bentuk kasih sayang Bambang dan Ria. Terlihat dari namanya, Sabria yang memiliki arti ‘Sayang Bambang dan Ria’. “Saya sangat bahagia menjalani pernikahan dengan Mas Bambang,” ujar anak keempat dari lima bersaudara ini sambil tersenyum. Fajar

Biodata

Nama lengkap : Bambang Rachmadi

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 15 Maret 1951

Nama orangtua : H. K. Rachmadi dan Hj. Nurwenda Natamiharja

Nama Istri : Amiria Bambang Rachmadi

Nama Anak : Sabria Letisha Pravda Rachmadi

Pendidikan

  • Master of Business Administration-John F. Kennedy University, Orinda, California, AS

  • Master of Science-Saint Mary's Catholic University Graduate School of Business, Moraga, California, AS

  • Doktor- Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

Karir

  1. Head Operation Department PT Bank Duta (1978)

  2. Branch Manager PT Bank Duta, Surabaya (1978-1980)

  3. Head Marketing Division PT Bank Duta (1981)

  4. Managing Director International Banking and Chief Treasurer PT Bank Duta (1981-1986)

  5. Presiden Direktur PT Pan Indonesia Bank Ltd (1986-1988)

  6. Presiden Direktur PT Ramako Gerbangmas (1989-sekarang)

  7. Chairman of The Board PT Sarana Yogya Ventura (1994-sekarang)

  8. Member of The Board PT Bank IFI (Juni 1995)

  9. Vice Chairman of The Board PT Bank IFI (Mei 1997)

  10. Chairman of The Board PT Cicero Indonesia (Juli 1997)

  11. Dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (Januari 2005-sekarang)

  12. Professor of Strategic Management at Post-Graduate Management Program- Universitas Indonesia (September 2004-sekarang)

No comments: