Thursday, March 18, 2010

Noni S.A. Purnomo, Vice President Business Development Blue Bird Group


Merasakan Kepuasan Batin Saat Membantu Sesama

Tak kuasa melihat anak-anak terlantar, membuat Noni Purnomo peduli terhadap anak-anak dan pendidikannya. Kepedulian tersebut terlihat dari tawa riang puluhan anak yatim yang kini diasuhnya. Selain itu, Noni juga turut berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan Blue Bird. Melalui Blue Bird Peduli, ia bersama keluarga Purnomo lainnya, dapat membantu kesulitan yang dialami oleh ratusan karyawannya. Apa saja yang dilakukan Noni dalam aksi sosialnya?

Tawa riang anak-anak terdengar cukup keras di halaman SDN 1 Curug, Tangerang. Pancaran kebahagiaan memang muncul dari senyum tersungging di wajah para siswa sekolah dasar itu. Kala itu, kebahagiaan mereka bukanlah karena hendak mengambil buku rapor atau pun menyongsong hari libur panjang. Kegembiraan anak-anak itu terukir karena Noni Purnomo bersama rekan-rekannya dari Blue Bird Grup, hendak memberikan bantuan buku dan peralatan sekolah kepada para siswa SDN 1 Curug.

Kunjungan dan bantuan yang berasal dari Blue Bird itulah yang melukiskan senyum pada anak-anak tersebut. Bagi mereka, bantuan buku dan peralatan sekolah yang diberikan Noni sangat berarti bagi pendidikan yang tengah mereka jalani. SDN 1 Curug hanyalah salah satu sekolah di antara beberapa sekolah lainnya yang mendapatkan bantuan dari Noni bersama Blue Bird.

Ungkapan kegembiraan anak-anak kurang mampu memang akan terus bertambah seiring dengan banyaknya kegiatan sosial yang kini digeluti Noni. “Saya benar-benar mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri saat berbagi,” aku Noni. Dengan adanya perasaan tersebut, Noni menjadi getol untuk selalu berbagi dengan sesama, terutama anak-anak kurang mampu. Meski begitu, Noni mengaku bahwa ia hanya terfokus pada dunia pendidikan anak-anak. “Pendidikan memang penting bagi kelangsungan negara,” ujar putri pertama dari tiga bersaudara ini.

Tak heran, ia kini lebih banyak memberikan bantuan bagi anak-anak yang mendapatkan kesulitan dalam hal pendidikan. Ditemui di kantornya di daerah Mampang, Jakarta Selatan, Noni Purnomo terlihat anggun dengan pakaian yang sedang dikenakannya. Ia terlihat ramah saat menyambut kedatangan Realita. Meski tengah hamil lima bulan, Noni tetap saja tekun dengan pekerjaannya sebagai salah satu eksekutif di Blue Bird Group. Di dalam ruang kerjanya, ia kemudian menceritakan tentang kegiatan sosial yang kerap ia lakukan.

Miliki Anak Asuh. Dalam kegiatan sosial pribadi, kini Noni memiliki 23 anak asuh yang secara rutin mendapatkan sumbangan agar mereka dapat mengenyam pendidikan yang layak. “Kita biayai uang sekolah dan peralatan sekolahnya,” aku Noni tanpa menyebutkan jumlah nominal sumbangannya. Sebulan sekali, ia secara rutin memberikan sumbangan kepada 23 anak tersebut secara langsung. Caranya, Noni membayar langsung kepada pihak sekolah tanpa harus melalui orang tua anak. Noni beralasan, dengan cara tersebut, dana sumbangan itu tidak dapat digunakan untuk kepentingan lainnya, selain untuk keperluan sekolah mereka.

Selain itu, ia juga dapat mengontrol penyaluran dana sumbangan itu dengan baik. “Saya langsung membayar uang sekolah mereka (anak-anak asuh,red) enam bulan sekaligus secara rutin,” aku Noni.

Sedangkan untuk keperluan sekolah dan buku-buku pelajaran, Noni mengaku semuanya langsung dibeli dari pihak sekolah. Sehingga penyaluran dana tersebut langsung ditujukan kepada si anak dan sekolah. Hal serupa juga diberlakukan pada uang saku yang diberikan langsung kepada si anak. Tak hanya 23 anak asuh yang secara rutin diberikan sumbangan dari kocek pribadi Noni, tetapi ada beberapa yayasan anak yatim piatu yang juga secara rutin menjadi sasaran aksi sosialnya. Yayasan yang bernama Al-Badri adalah salah satunya. Sejak beberapa tahun yang lalu, Yayasan Al-Badri telah menjadi salah satu tempat yang menjadi ladang amal Noni. “Kita memberikan bantuan rutin untuk kegiatan operasional yayasan,” tutur wanita kelahiran 20 Juni 1969 ini.

Selain bantuan rutin tersebut, Noni beserta suami, Klaas Redmer Sechukken, kerap memberikan bantuan yang cukup besar khususnya untuk awal tahun dan awal tahun ajaran anak sekolah. Tak cukup di situ, Noni juga memberikan bantuan yang tidak hanya berupa dana atau materi. “Kita juga memberikan bantuan dalam bentuk rekreasi setahun sekali kepada mereka (anak-anak yatim piatu,red),” tambahnya.

Kebiasaan rekreasi itu dilakukan karena menurut Noni, anak-anak yatim tersebut juga membutuhkan kesenangan. “Mereka juga butuh refreshing,” ujar Ibu dari dua anak ini. Tidak hanya Yayasan Al-Badri yang terletak di belakang kediaman Nonisaja yang menjadi ladang amal Noni. Ada dua yayasan lagi yang kerap menerima sumbangan dari kocek pribadi Noni. Adalah Yayasan Al-Fajri di daerah Pejaten, Jakarta Selatan, dan Yayasan Pelita Hidup di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, yang kini menjadi sasaran pundit amal Noni.

Khusus untuk Yayasan Pelita Hidup, Noni sangat menyayangkan dengan kondisi yang tengah menimpa pihak yayasan tersebut. “Yayasan Pelita Hidup ini memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak pemulung,” ujar Noni. Meski mereka memiliki tujuan mulia dengan memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak kurang mampu, justru mereka tidak didukung sama sekali oleh pemerintah. Gedung sekolah yang telah direnovasi oleh pihak yayasan sendiri, ternyata menimbulkan masalah. Pihak pemerintah kota mengusir mereka dari gedung sekolah yang nyata-nyatanya telah direnovasi oleh pihak yayasan.

Yang perlu dilakukan oleh pemerintah hanyalah meminjamkan gedung saja,” saran Noni yang selalu menyisihkan lebih dari 2,5% dari penghasilannya untuk disumbangkan. Alhasil, 150 anak-anak pemulung yang kerap belajar di gedung itu kini terlantar dan terancam tidak dapat mengenyam pendidikan secara gratis lagi.

Melihat kondisi yang dialami 150 anak-anak Yayasan Pelita Hidup itu, Noni pun langsung tergerak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk mereka. Meski mereka terusir dari gedung sekolah yang selama ini ditempati, anak-anak pemulung itu tetap bersemangat untuk tetap mengenyam pendidikan walau tanpa harus berada di dalam gedung sekolah.

Saat ini, Noni selalu memberikan bantuan dana dan peralatan sekolah bagi anak-anak itu agar mereka dapat mendapatkan pendidikan yang layak dan gratis. Selain itu, Noni juga turut membantu pihak yayasan yang berencana untuk mendirikan sekolah sendiri.

Blue Bird Peduli. Jiwa sosial Noni tak hanya tergambar dari setiap langkah yang ia pijakkan di lingkup kehidupan pribadinya. Di lingkungan perusahaan, ia menjadi salah satu pucuk pimpinan Blue Bird Gorup yang peduli terhadap kondisi para karyawannya. Meski begitu, tetap saja ia memberikan fokus di dunia pendidikan terutama pendidikan dari anak-anak karyawan Blue Bird Group. “Kita memberikan beasiswa kepada anak-anak karyawan dan pengemudi yang berprestasi,” ungkap wanita yang bergelar MBA ini.

Anak-anak karyawan yang berprestasi di sekolahnya dan telah memenuhi kriteria tertentu dari perusahaan akan diberikan beasiswa berupa sejumlah uang yang biasanya dipergunakan untuk membiayai uang pangkal, dan iuran sekolah kepada orang tua mereka yang sekaligus juga sebagai karyawan Blue Bird Group. Khusus untuk anak-anak yang berprestasi tersebut, seperti yang diakui Noni, mereka akan diberikan bonus tertentu sebagai reward atas prestasi yang mereka raih di dunia pendidikan.Kita meng-encourage mereka untuk belajar,” ujar Noni. Dari perusahaan sendiri, menurut Noni, tidak menuntut apa pun terhadap karyawannya itu karena pada dasarnya tujuan dari perusahaan adalah murni sosial.

Didikan Orang Tua. Pihak perusahaan dalam pemberian beasiswa ini tidak pernah membatasi jumlah anak yang akan diberikan beasiswa tiap tahunnya. Sehingga, tak ada budget khusus yang sengaja dianggarkan oleh perusahaan untuk memberikan beasiswa. Menurut Noni, jumlah beasiswa yang disalurkan akan disesuaikan dengan jumlah anak berprestasi yang telah mendaftar.

Jadi, berapa anak yang mendaftar, itu yang akan kita kasih,” aku Noni. Selain di lingkungan internal perusahaan, Noni beserta rekan-rekannya di Blue Bird Group juga kerap memberikan sejumlah sumbangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan yang membutuhkan. Meski begitu, sumbangan atas nama perusahaan itu tidak rutin diberikan kepada salah satu yayasan atau pun panti asuhan tertentu. Pihak perusahaan biasanya menerima proposal pengajuan sumbangan dari yayasan di luar perusahaan. Pada waktu-waktu tertentu, biasanya perusahaan memberikan sumbangan kepada yayasan. “Biasanya tiap awal tahun ajaran sekolah,” imbuhnya.

Selain itu, tidak sedikit pula yayasan atau pun panti asuhan yang mengajukan sumbangan untuk transportasi untuk melakukan study tour. “Setahun sekali, kita mengadakan study tour bagi anak-anak sekolah yang kurang mampu,” ujar Noni yang sudah berencana mendirikan yayasan sendiri tersebut.

Baik di perusahaan maupun di lingkungan pribadinya, wanita yang bernama lengkap Noni Sri Ayati Purnomo ini memang tidak dapat terlepaskan dari kegiatan sosial. Meski kehidupan sehari-harinya diisi dengan karir dan keluarga, Noni tidak lupa meluangkan waktunya untuk berbagi dengan sesama melalui pertemuan dengan anak-anak kurang mampu. Pertemuan yang disebut Noni sebagai Inspiration Meeting ini bertujuan untuk memberikan inspirasi dan motivasi bagi mereka agar lebih berkarya di masa depan.

Noni mengaku bahwa kepedulian sosial yang kini dimilikinya merupakan hasil didikan orang tuanya, yakni Purnomo Prawiro dan Endang Basuki. Keduanya secara terang-terangan memberikan contoh kepada Noni beserta dua adiknya untuk menjalankan aksi sosial. “Orang tua saya sendiri punya 200 anak asuh,” ungkap Noni. Bahkan sebagian besar anak-anak asuh orang tua Noni pun kini telah menjadi dokter dan perawat.

Hal serupa juga ia ajarkan kepada salah satu anaknya, yakni Amanda (7). Untuk anak keduanya, Shasha, Noni belum mengajarkan aksi sosial karena Shasha sendiri masih berumur sembilan bulan. Bagi Noni sendiri, kesempatan untuk dapat berbagi dengan sesame, merupakan suatu kebahagiaan dan kepuasan batin bagi dirinya. Di saat memberi itulah, Noni merasakan kepuasan yang diakui Noni, tidak bisa ia dari dunia lain. Tak hanya itu, membantu orang kurang mampu merupakan suatu cara bagi Noni untuk memperbaiki diri. “Yang penting adalah kepuasan batin selama hidup,” ujar Noni. Fajar

Side Bar 1……

Menyumbangkan Kado Ulang Tahun

Anaknya untuk Anak Kurang Mampu


Menyadari betapa pentingnya didikan orang tua kepada anaknya, Noni pun mendidik Amanda agar dalam dirinya tumbuh jiwa sosial sejak kecil. Salah satu caranya adalah dengan menyumbangkan seluruh kado yang diberikan kepada Amanda pada saat ia merayakan ulangtahunnya kepada anak kurang mampu. “Jadi, tiap tahun setiap kali anak saya merayakan ulang tahun, yang datang hanya boleh bawa kado berupa buku, dan alat tulis,” tutur Noni.

Kemudian, seluruh kado berupa alat-alat tulis tersebut disumbangkan kepada ketiga yayasan yang biasa menjadi ladang amal Noni. Meski begitu, setiap tahun, yayasannya selalu berbeda, sehingga anak-anak dari masing-masing yayasan mendapatkan kesempatan yang sama. Sedangkan dari pihak keluarga, Noni sendiri juga menyumbangkan tas sekolah kepada anak-anak kurang mampu. Sejak Amanda berumur dua tahun, kebiasaan tersebut selalu ia lakukan untuk mengajarkan kepada anak sulungnya tersebut agar dapat berbagi dengan anak kurang beruntung.

Selain itu, dengan memberikan kado-kado berupa alat-alat tulis tersebut, Amanda selalu diingatkan bahwa masih banyak anak kurang mampu dan tidak seberuntung dirinya. Menggalang sumbangan melalui ulang tahun anaknya hanyalah menjadi salah satu cara untuk mendidik anak untuk lebih peduli terhadap anak-anak kurang mampu. Cara lainnya adalah dengan selalu mengajak anak sulungnya ke yayasan. Dengan begitu, ia bisa melihat sendiri, betapa banyaknya anak kurang beruntung ketimbang dirinya. Bahkan di dalam rumah sendiri, Amanda selalu diajarkan agar selalu menghargai uang. Keputusan untuk mendidik anaknya dengan cara seperti ini, dimulai sejak kejadian di sekolah Amanda. “Waktu itu, Amanda pernah mematahkan pensilnya sendiri di sekolah,” kenang Noni. Ketika ditanyai oleh gurunya, Amanda justru menjawab bahwa ibunya dapat dengan mudahnya membeli pensil tersebut. Semenjak itulah Noni selalu mengajarkan Amanda untuk lebih menghargai uang.

Jika Amanda menginginkan uang ataupun barang, maka ia harus kerja terlebih dahulu utnuk membantu ibunya. “Jadi, kalau dia mau uang, dia harus kerja. Ya nyapu, ngelap meja atau apalah,” ujar Noni. Bahkan jika Amanda datang ke kantornya pada setiap Sabtu, Amanda sering bekerja mengantar surat di dalam kantor.

Selain menerapkan sistem reward berupa uang untuk setiap pekerjaan yang dilakukan Amanda, Noni dan suami menerapkan sistem reward berupa point. Jika reward uang diberikan saat anaknya telah melakukan pekerjaan, maka beda dengan reward poin. Poin akan diberikan kepada Amanda jika ia telah melakukan kebaikan, baik di rumah maupun di sekolah.

Poin itu dihitung melalui stiker yang ditempel,” aku Noni. Bila stikernya tersebut telah penuh, maka Amanda dapat meminta hadiah apa pun kepada Noni. “Dulu, ia sempat menunggu lima bulan mengumpulkan stiker sampai penuh, supaya mendapatkan iPod,” kenang Noni. Dengan begitu, ia berharap dapat menularkan jiwa sosial dalam diri sang anak. Fajar

Side Bar 2…

Terlahir Kembali Setelah Nyaris Menjadi Korban Bom JW Marriot


Ada salah satu mukjizat yang pernah dialami Noni di masa lampau. Ia sempat menjadi korban ledakan bom di Hotel JW Mariott pada tahun 2002 silam. “Waktu itu, saya sedang meeting di restoran,” ujar Noni. Ia bersama sang suami memang sedang melakukan pertemuan dengan beberapa rekan kerjanya. Pada saat ia bersama sang suami mengambil makanan, ledakan dasyhat pun menghancurkan sebagian besar bangunan restoran yang memang berada di dalam Hotel JW Marriot. “Baru sekitar 20 langkah saya berjalan untuk mengambil makanan, tiba-tiba bom itu meledak,” kenang Noni.

Ledakan bom tersebut menghancurkan bagian depan bangunan hotel. Herannya, Noni beserta sang suami selamat dari kejadian yang mengerikan itu. Bahkan, Noni mengaku bahwa ia tidak terluka sedikit pun akibat ledakan bom di Hotel JW Marriot tersebut. “Saya tidak luka sedikit pun,” aku Noni.

Bagi Noni, kejadian tersebut merupakan mukjizat bagi dirinya dan suami. Karena saat korban lain terluka bahkan tewas dalam ledakan tersebut, Noni selamat dan hidup hingga saat ini. Semenjak kejadian itulah, Noni merasa terlahir kembali menjadi sosok perempuan yang tidak hanya mengutamakan karir semata, melainkan kehidupan keluarga dan kegiatan sosial untuk berbagi dengan sesama.

Waktu itu saya memang merasa tidak tenang,” ujar Noni tanpa mau mengungkapkan alasannya. Sejak itu pula, ia mulai belajar untuk lebih baik lagi dalam hal mendidik anak. Ia tidak hanya ingin sukses dalam karirnya, tetapi juga di dalam kehidupan keluarganya. Gagal dalam pernikahan pertamanya juga membuat ia terus berusaha untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan karir dengan kehidupan keluarga.

Keseimbangan tersebut diakui Noni dapat berupa waktu dan perhatian. Tak heran, kini ia lebih banyak berusaha untuk dapat membagi waktu antara karir dengan keluarga. Khusus untuk waktu bersama keluarga, Noni berusaha untuk meluangkan waktu luang pada akhir pekan.

Diakui Noni, ia bersama anak-anak dan suaminya sangat menyukai tempat-tempat yang dapat memberikan pendidikan. Ia lebih senang berlibur ke negara tetangga seperti Singapura dan Australia. Namun yang mereka kunjungi adalah tempat-tempat yang di dalamnya terdapat unsur pendidikan bagi kedua anaknya.

Noni mengakui bahwa untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan karir dengan keluarga memang tidak mudah. Terlebih lagi, sang suami yang juga sibuk dengan karirnya. Saat ini Klaas Redmer memiliki usaha di bidang IT Consultant. Sehingga keduanya sangat sulit bertemu secara intens karena masing-masing sibuk dengan karirnya. Meski begitu, tetap saja ada waktu yang dapat diluangkan bagi kedua anaknya dan calon bayi di perut Noni. Fajar

No comments: