Tuesday, May 4, 2010

Rudy Hadisuwarno, Penata Rambut dan Pengusaha Salon

Berawal dari Baskom Kaleng dan Meja Makan, Menjadi Ikon Penata Rambut Indonesia

Siapa sangka kalau salon Rudy yang kita lihat saat ini dulunya berawal dari sebuah ruang tamu dengan peralatan yang sangat sederhana seperti baskom kaleng dan meja makan. Berkat usaha dan kerja kerasnya, meski jatuh bangun akhirnya Rudy mampu mengembangkan bisnis salonnya hingga membuat dirinya menjadi ikon penata rambut Indonesia. Apa hikmah yang didapat Rudy ketika jatuh bangun membangun karirnya?

Di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, nampak para pengunjung sedikit lebih sepi ketimbang hari Sabtu dan Minggu. Hanya beberapa pengunjung yang sesekali terlihat berada di mal tersebut. Namun, keadaan sebaliknya justru terlihat di salah satu sudut di lantai 4 mal itu. Beberapa pengunjung terlihat tengah duduk di salah satu tempat duduk yang telah disediakan oleh pengelola. Gambar model pria dan wanita menghiasi bagian depan ruangan tersebut. Sebuah logo berbentuk huruf R pun sangat jelas terlihat berada tepat di dinding pintu ruangan itu. Ruangan itulah yang ternyata merupakan salon Rudy Hadisuwarno, salon yang tentu saja milik seorang pria bernama sama seperti nama salonnya tersebut.

Sosok Rudy Hadisuwarno memang sudah tak asing lagi dengan dunia tata rambut tanah air. Namanya merupakan sebuah ikon tersendiri bagi sebuah jaminan tata rambut yang berkualitas. Salon yang juga mengambil nama dirinya telah menjamur di hampir setiap sudut kota di Indonesia. Rudy bukanlah tanpa halangan merintis bisnis salonnya dengan tiba-tiba. Jatuh bangun telah ia alami dalam meraih kesuksesan dalam bisnisnya tersebut.

Selasa (10/7) pukul 12.30 adalah waktu yang telah ditentukan untuk bertemu dengan Rudy Hadisuwarno. Tidak jauh dari salonnya, segala macam bentuk strategi perusahaan terlahir di kantor Rudy. Saat memasuki ruangan kantor, nampak beberapa penghargaan menghiasi sebuah rak di dalam ruangan tersebut. Penghargaan yang didapatnya sejak puluhan tahun lalu itu tersimpan dengan baik. Salah satu penghargaannya adalah penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Masih banyak penghargaan bergengsi lainnya baik dari dalam maupun luar negeri yang turut menjadi koleksi pribadinya.

Setelah menunggu beberapa lama, sosok pria berkacamata kemudian muncul dan menyapa Realita dengan ramah. Ia pun langsung mempersilahkan Realita untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang masih berada di dalam kantor. Perbincangan yang cukup menarik pun dimulai. Rudy yang kala itu terlihat rapi dengan gaya rambutnya yang khas, sangat antusias menceritakan awal mula perjalanan karirnya di dunia tata rambut tanah air.

Rudy Hadisuwarno merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan (alm) Iskandar Hadisuwarno dan Tresna Lestari Sutedjo. Ia lahir pada 21 Oktober 1949, bersamaan dengan terjadinya agresi militer kedua yang dilakukan Belanda. Rudy kecil hanyalah anak kecil biasa yang mengalami masa kanak-kanaknya dengan bahagia. “Saya mengalami masa kecil yang cukup mengasyikkan, seperti halnya anak-anak lain yang hidup di kota kecil,” tutur Rudy. Ia memang dilahirkan di sebuah kota kecil yang dikenal sebagai kota batik, yakni Pekalongan. Tak ada yang terlalu istimewa dalam masa kanak-kanaknya. Namun, keahliannya dalam menata rambut didapat Rudy dari sang ibu yang kala itu mendirikan salon kecil di rumahnya. Sang ibu seperti diakui Rudy merupakan seorang penata rambut yang cukup mahir di kotanya. Tak heran, banyak pelanggan yang kerap berdatangan ke salon milik ibunya tersebut.

Kala itu, hampir setiap hari selepas pulang sekolah, Rudy selalu memperhatikan cara kerja ibunya dalam memotong dan menata rambut pelanggannya. Dari situ, Rudy merasakan adanya ketertarikan terhadap dunia tata rambut. Dari sang ibu, Rudy belajar banyak tentang bagaimana menata rambut dengan baik dan benar.

Bila ibunya sibuk dengan salon yang didirikannya di rumah, maka sang ayah, Iskandar Hadisuwarno, bergelut dengan dunia usaha keluarga. Usaha keluarga tersebut menghasilkan bahan-bahan tinta untuk pembuatan batik, yang tak lain adalah produk kerajinan khas Pekalongan. Rudy mengaku, dari penghasilan usaha ayahnya sebenarnya telah mencukupi kebutuhan keluarga. Meskipun begitu, ibunya memang tidak betah untuk berdiam diri saja di rumah. Tak pelak, salon pun didirikannya agar lebih banyak beraktivitas. Tak dinyana, anak sulungnya justru berhasil mengikuti keahliannya dalam menata rambut dan kini sukses dengan bisnis salonnya.

Kasih sayang tak pernah berhenti mengalir kala orang tuanya mendidik Rudy dan ketiga adiknya. Rudy pun mengaku bahwa ayah dan ibunya banyak memberikan perhatian terhadap pendidikan. “Ayah saya orangnya tegas dan disiplin,” ungkap Rudy. Lain halnya dengan sang ibu yang lebih mengandalkan kelembutan dalam mendidik keempat anaknya.

Rudy menghabiskan masa kanak-kanaknya di kota Pekalongan. Ia bersekolah di SD Santo Pius, dan kemudian melanjutkan ke SMP Santo Pius. Namun pada saat Rudy duduk di bangku kelas 2 SMP, ia harus meninggalkan kota kelahirannya karena sang ayah memutuskan untuk pindah ke Jakarta pada tahun 1963. Kala itu, sang ayah ingin lebih mandiri dalam membina keluarganya. “Waktu itu di Pekalongan tidak ada SMA,” aku Rudy. Ia pun mengikuti kemauan sang ayah untuk pindah ke Jakarta dan melanjutkan pendidikannya di SMPK II Pembangunan, Jakarta Pusat. Setamatnya di SMPK II Pembangunan, Rudy kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMA Kristen I, Jakarta.

Seiring dengan adanya gerakan komunis pada 30 September 1965, waktu itu diakui Rudy kondisi tanah air sedang mengalami banyak kekacauan. Tak heran, selepas Rudy menamatkan studinya, ia tidak bisa langsung melanjutkan ke bangku kuliah. Pasalnya, saat itu kegiatan pendidikan diputuskan untuk sementara dihentikan terlebih dahulu. Namun demikian, keinginan Rudy untuk menuntut ilmu tak langsung berhenti begitu saja. Ia justru mencari kursus untuk mengisi waktunya. Kursus yang dipilih adalah tentunya kursus tata rambut. Salon Robby menjadi salon tempatnya belajar bagaimana menata rambut. Tak hanya itu saja, ia juga belajar bagaimana Robby (Vivian Rubianty, red) mengelola salon miliknya.

Semenjak itulah, karir sebagai penata rambut dimulai dalam perjalanan hidup Rudy. Kala itu, Rudy tidak melakukan promosi besar-besaran untuk menyebarluaskan salonnya. Bahkan pelanggan pertamanya hanyalah teman kuliah di kampus. Namun, karena satu pelanggan yang merasa puas itulah, Rudy semakin menemukan jati dirinya di dunia tata rambut. Justru tatanan rambutnya yang berkualitas disebarkan melalui mulut ke mulut. Alhasil, dari hari ke hari, pelanggannya semakin bertambah. Seiring dengan itu, salonnya juga semakin berkembang pesat. Meski demikian, Rdy juga ternyata menerapkan strategi banting harga untuk menarik minat pelanggan barunya. “Bila di salon Robby memasang tarif Rp 3.000, maka di salon saya separuh dari harga tersebut,” kenang Rudy. Tergiur dengan harga potong rambut yang cukup murah, para pelanggan baru pun berdatangan ke salon Rudy.

Rudy tak hanya menerima pelanggan di rumahnya saja. Tapi, ia juga kerap menerima panggilan dari pelanggan yang ingin ditata rambutnya di rumah masing-masing. Hal tersebut dilakukan agar jumlah pelanggannya semakin bertambah banyak. Bahkan untuk tempat yang letaknya cukup jauh, Rudy harus meminta tolong kepada ayahnya untuk mengantarkan ke tempat tersebut. Setelah merasa pelanggannya cukup banyak, Rudy memutuskan untuk mendirikan salon sendiri di ruang tamu rumahnya yang hanya berukuran 8x5 meter. Peralatan salonnya pun terbilang cukup sederhana. Kaca rias yang digunakan berasal dari lemari pakaian sang ibu. Sedangkan mejanya berasal dari meja makan keluarga. Untuk bak pencuci rambut, Rudy menggunakan baskom kaleng sederhana. Pengering rambut yang digunakan adalah pengering rambut yang biasa digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga lainnya.

Meski dengan peralatan seadanya, Rudy memiliki keinginan yang sangat kuat untuk merintis usaha salon. Berhubung waktu itu, Rudy masih menjalankan perkualiahannya setiap hari, Rudy membuka salonnya tiap sore. Sekitar setahun, ia melakukan rutinitas seperti itu. Setelah setahun menjalani rutinitas mengelola salon sederhananya, Rudy mengaku bahwa ia semakin berkeinginan kuat untuk lebih menekuni dunia tata rambut secara profesional. Padahal pada era 1970-an, bisnis salon kebanyakan dikelola oleh ibu-ibu rumah tangga untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Meski demikian, Rudy melihatnya sebagai peluang menekuni profesi yang cukup berprospek di masa depan.

Pikiran untuk menekuni dunia tata rambut di luar negeri terlintas di pikiran Rudy waktu itu. Dengan bermodalkan nekad, ia mengiyakan ajakan Robby untuk mengikuti sekolah tata rambut di Hongkong selama dua minggu. Sekembalinya dari Hongkong, keinginan untuk menuntut ilmu tata rambut semakin menggelora di dalam diri Rudy. “Saya menabung dengan susah payah,” aku Rudy. Dari hasil tabungannya itulah, Rudy berhasil kembali menuntut ilmu di sekolah tata rambut di London, Inggris pada tahun 1971 selama enam bulan. “Banyak pengetahuan dan pelajaran yang saya dapatkan dari luar negeri,” ungkap Rudy. Tak heran, keahliannya juga semakin meningkat setelah berguru di negeri orang.

Pintu kesuksesan kemudian terbuka bagi Rudy setelah ia mendaftar untuk menjadi penata rambut pada sebuah modeling agency di Jakarta. Karir sebagai penata rambut semakin merangkak naik. Namun keadaan tersebut berbanding terbalik dengan pendidikan sarjananya. Pada tahun pertama, Rudy mengaku bahwa ia memang bersemangat untuk mengenyam pendidikan di bidang arsitek, tapi setelah perlahan-lahan menemukan dunianya di dunia tata rambut, Rudy justru semakin tidak bersemangat mengikuti perkuliahan di jurusan arsitektur Universitas Trisakti. “Saya sulit untuk membagi waktu antara kuliah dengan karir saya,” aku Rudy. Puncaknya, pada tahun 1972, Rudy memutuskan untuk berhenti kuliah. Ia lebih memilih untuk memperdalam dunia tata rambut yang tengah digelutinya tersebut. Setahun kemudian ia melanjutkan pendidikannya tapi bukan di bidang arsitektur, melainkan di dunia tata rias di kota fesyen, Paris.

Setelah sukses dengan salonnya, Rudy akhirnya mengembangkan bisnis tata rambutnya dengan membuka kursus tata rambut bagi pemula. Sekitar tahun 1974, ia kembali mengembangkan tempat kursusnya ini dengan menempatkan cabangnya melalui kerjasama dengan Grace Soebekti, salah satu muridnya. Nama Rudy Hadisuwarno semakin berkibar sebagai seorang penata rambut yang cukup ahli. Bahkan namanya sudah mampu melewati batasan negara dengan menjadi salah seorang anggota Intercoiffure, suatu organisasi penata rambut dunia yang berbasis di Paris, Perancis.

Seiring berjalannya waktu, Rudy Hadisuwarno kerap mendapatkan pengakuan sebagai ahli penata rambut baik di dalam negeri maupun luar negeri. Penghargaan-penghargaan tersebut diantaranya adalah menjadi salah satu anggota CACF ( wadah organisasi di Paris bagi penata rambut), dan penghargaan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden Republik Indonesia kala itu, Soeharto. Bahkan sejak tahun 1998 hingga kini, namanya tercatat dalam buku’ Who’s Who in The World’, sebagai salah satu dari sekian nama orang-orang yang terkemuka dan berhasil di bidangnya. Dengan banyaknya penghargaan yang didapat Rudy, ia sendiri mengaku belum merasa sukses. “Sukses itu relatif ya,” ujar pria yang masih melajang ini.

Kini, dengan keahlian dan pengalamannya di dunia tata rambut, Rudy kerap dipercaya sebagai juri di berbagai kontes tatanan rambut, baik dalam maupun luar negeri. Selain itu, Rudy juga dipercaya untuk menempati posisi penting sebagai vice chairman di “Persatuan Ahli Tata Kecantikan Kulit dan Rambut Indonesia-Tiara Kusuma”. Berawal dari keyakinan dan tekadnya yang bulat untuk menekuni dunia tata rambut, akhirnya membuat Rudy berhasil mendapatkan kesuksesan saat ini dengan memimpin Rudy Hadisuwarno Organization (RHO) yang memiliki 147 unit salon dan sekolah di tanah air. Di dalam perusahaannya, Rudy ternyata melibatkan dua adiknya dalam manajemen perusahaan, yakni Haryadi (55) dan Gunawan (51). Sedangkan adik perempuannya, Yani (54) lebih memilih untuk berkarir di dunia arsitektur sebagai seorang arsitek. Salah satu harapan yang ingin ia capai adalah mampu merambah ke luar negeri. “Saya punya rencana untuk membuka salon di luar negeri,” harapnya. Tak hanya itu saja, untuk kehidupan pribadi, Rudy juga menginginkan seorang pendamping dalam hidupnya yang sampai saat ini diakuinya belum ada. “Ya semua orang pasti ingin mendapat pendamping ya,” ujarnya sembari menutup pembicaraan. Fajar

Side Bar 1:

Memanfaatkan Adik Perempuannya Sebagai ‘Kelinci Percobaan’

Tidak pernah berhenti untuk belajar dan berkreasi adalah prinsip yang dipegang oleh Rudy Hadisuwarno. Bahkan saat meniti karir dari bawah, prinsip tersebut justru menjadi pegangan bagi menapaki karir yang lebih baik. Salah satu buktinya adalah dengan tak menyerah untuk menciptakan model-model rambut terbaru. Uniknya, Rudy selalu memanfaatkan salah satu adiknya sebagai pelanggannya alias ‘kelinci percobaan’.

Yani, adik perempuan Rudy satu-satunya menjadi bahan percobaan Rudy. Ia selalu mau saja bila Rudy memintanya untuk dipotong rambut dengan model terbaru. Model terbaru yang tentunya hasil kreasi dari Rudy sendiri. “Aduh, kenapa memotongnya kependekan? Kenapa kok jadi begini,” ujar Rudi sembari meniru omongan Yani kala potongan rambutnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Terkadang Yani kecewa dengan hasil potongan Rudy. Rasa kecewa tersebut diakui Rudy dikarenakan adanya ketidakcocokan antara selera Yani dengan gaya potongan rambut Rudi kala itu.

Kejadian itu dianggap Rudy sebagai pelajaran baginya agar ia mampu memuaskan pelanggan. Rudi berkaca dari penilaian Yani, sang adik yang rela menjadi ‘kelinci percobaan’. Selain itu, hal tersebut juga diambil hikmahnya oleh Rudy agar lebih berhati-hati dan tidak menuruti selera pribadi saja. Sebagai seorang pengusaha, Rudy memang dikenal sebagai pengusaha yang berorientasi kepada pelanggan. Apa yang diinginkan oleh pelanggan, Rudy selalu berusaha untuk mewujudkannya. Fajar

Side Bar 2:

Pernah Digosipkan Ada Pelanggan Tewas Saat Di-creambath di Salon Rudy

Perjalanan karir seseorang memang tidak selamanya lancar, tak terkecuali bagi Rudy Hadisuwarno. Banyak halangan dan rintangan yang dihadapi Rudy saat membawa usahanya mencapai titik sukses sebagai penata rambut profesional. Salah satunya adalah ketika beredar kabar yang memberitakan bahwa ada seorang wanita yang tewas karena steamer yang digunakan untuk creambath meledak pada saat wanita tersebut sedang di-creambath.

Entah berasal dari mana, namun kabar tersebut cukup menghebohkan bisnis salon Rudy beberapa tahun yang lalu. Terlebih lagi kabar yang beredar bahwa wanita tersebut merupakan istri dari seorang jenderal di tanah air. Bahkan kabar itu juga menyebutkan bahwa akibat dari kelalaiannya itu, Rudy harus merasakan dinginnya hotel prodeo. Berita ini cukup menggegerkan Indonesia bahkan sampai ke pelosok daerah. Alhasil, akibat yang diterima adalah sepinya pelanggan yang datang ke salon Rudy. Salon Rudy yang biasanya mampu menerima 70 pelanggan setiap hari, menjadi turun drastis hingga hanya mencapai 3 pelanggan saja. “Saya langsung berpikir jernih untuk menyelesaikan permasalahan ini,” ungkap Rudy.

Tanpa pikir panjang Rudy langsung mengadakan pengumuman besar-besaran di surat kabar nasional bahwa kabar yang beredar tersebut tidaklah benar. Untuk memperbaiki citra salonnya, Rudy pun menata ulang salonnya dan menciptakan logo salon berbentuk huruf R. Logo itu diciptakan oleh salah seorang penata ruangan yang bernama Buyung. “Saya langsung menyukainya,” ujarnya singkat. Tak pelak, logo R pun terpasang di berbagai salon Rudy di berbagai pelosok daerah. Logo R itu dipatenkan sekitar tahun 1980, dan menjadi ciri khas salon Rudy.

Tak hanya kabar tentang wanita yang tewas saat di-creambath, beberapa waktu lalu, Rudy juga sempat menghadapi masalah dengan salah satu rekan kerjanya di My Salon. Karena perbedaan prinsip antara Rudy dengan rekan bisnisnya itu, muncullah masalah. My Salon yang mendapatkan hak ntuk mencantumkan nama Rudy Hadisuwarno di bawah logo My Salon mengaku telah menyetujui kesepakatan dengan Rudy. Akan tetapi, Rudy menyangkalnya karena telah melewati batas dari perjanjian yang disepakati sebelumnya. “Masalah itu sudah selesai dan dimenangkan oleh pihak saya,” ungkap Rudy. Selain itu, dari kasus tersebut Rudy juga dapat mengambil hikmah. “Ya saya harus lebih berhati-hati dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain,” ungkapnya singkat. Fajar

Side Bar 3

Tips Merawat Rambut Ala Rudy Hadisuwarno

Rambut adalah mahkota wanita, mungkin sering terdengar. Namun bagi pria dan wanita, ada beberapa tips dasar dalam merawat rambut sederhana yang dapat dilakukan di rumah menurut Rudy Hadisuwarno:

  1. Gunakan segala macam shampo ataupun toner yang sesuai dengan kondisi kulit kepala dan rambut. Misalnya, untuk rambut berminyak atau pun berketombe, sebaiknya gunakan segala macam perawatan yang sesuai dengan kondisi kulit berminyak dan berketombe. Menurut Rudy, masalah terbesar rambut orang Indonesia adalah ketombe. Udara di Indonesia memang memungkinkan kebanyakan orang Indonesia memiliki masalah ketombe pada kulit kepala mereka. “Saya juga punya masalah ketombe,” aku Rudy Hadisuwarno.

  2. Untuk wanita yang memakai jilbab, sebaiknya harus sesering mungkin keramas. “Setiap hari sebaiknya keramas dan dikeringkan dengan baik,” ujar Rudy. Menurutnya, wanita berjilbab atau berkerudung, rentan sekali bermasalah pada rambutnya. Ia beralasan bahwa kerudung yang menutup rambutnya akan mengakibatkan kulit kepala menjadi lembab. “Lembab itu lah yang suka menimbulkan jamur,” lanjutnya.

  3. Bila rambut telah di-rebonding, sebaiknya selama satu bulan tidak di-creambath terlebih dahulu. Pasalnya, rambut akan mudah patah jika langsung di-creambath setelah di-rebonding. “Rambut di-rebonding itu ibarat masih sakit, gampang patah,” tutur Rudy.

  4. Khusus untuk yang menderita kerontokan, perlu diketahui terlebih dahulu apa penyebabnya. Setelah itu, dapat dicari pengobatannya. Biasanya, perawatan atau pemakaian produk-produk yang salah dapat menyebabkan kerontokan pada rambut. Hindari produk-produk tersebut. Fajar

Biodata

Nama Lengkap : Rudy Hadisuwarno

Tempat/Tanggal lahir : Pekalongan, 21 Oktober 1949

Nama Orangtua :

  • (alm) Iskandar Hadisuwarno

  • Tresna Lestari Suteja (80)

Pendidikan :

  • Fakultas Teknik Pendidikan Tata Rias, jurusan Ilmu Ksejahteraan Keluarga, Universitas Negeri Jakarta

  • Berbagai Sekolah Tata Rias Rambut terkemuka di Tokyo, Paris, London, dan San Fransisco

Prestasi dan Penghargaan :

  • Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI, Soeharto

  • Medaille de Chevalier de la Chevalerie Intercoiffure Mondial, Paris

  • World Master of The Craft Award dari A&FG World Master of Fashion Arts & Sciences, New York

  • Medaille D’officer de la Chevalerie Intercoiffure Mondial, Paris

Buku :

  • Koleksi tata rambut ‘Book of Style’ sejak tahun 2002-sekarang

Kegiatan Organisasi :

  • Ketua II Tiara Kusuma

  • Presiden ICD (Internationale des Coiffereurs de Dames) Indonesia

  • Pendiri Guillaume Foundation, Paris

  • Presiden OMC (Organisation Mondiale Coiffure) Indonesia



No comments: