Friday, May 14, 2010

Rr. Kristina Nataningdita alias Nana Krit, Mantan Peragawati

Memulai Bisnis Event Organizer dari Dalam Kamarnya

Hampir sekitar 15 tahun menggeluti dunia model, Kristina Nataningdita mengalami perubahan dalam hidupnya. Perubahan yang kemudian membawanya mensyukuri arti hidup dengan aktif di beberapa organisasi sosial. Tak hanya itu saja, wanita yang dikenal dengan nama Nana Krit ini juga tak pernah meninggalkan dunia model dan tari yang telah membesarkan namanya. Melalui kedua bidang itu pula, ia memberikan makna terhadap hidupnya. Lalu, bagaimana kisah hidup ibu satu anak ini?

Kendati usianya akan menginjak kepala lima, semangat Nana Krit tak pernah surut ditelan waktu. Sebaliknya, semangat untuk terus berkarya selalu ia kobarkan. Ditemui di sebuah kafe tak jauh dari ruangan kantornya yang terletak di jalan Mendawai I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, wanita berparas cantik ini tak pernah berhenti tersenyum. “Waktu masih di Swara Mahardika, memang disuruh selalu tersenyum,” ujar Nana membuka perbincangan pada Rabu (29/7) petang itu.

Nama Nana Krit sendiri pernah menjadi sebuah kebanggaan di dunia peragawati era tahun 1980-an. Namanya pernah bersanding dengan nama tenar lainnya, seperti Okky Asokawati, Soraya Haque, Vera Kinan, dan beberapa peragawati kenamaan lainnya. “Dulu, saya bangga karena sudah tampil di acara fesyen di berbagai negara,” kenang Nana. Saat tengah berada di puncak karirnya, Nana berkesempatan untuk tampil di beberapa acara fesyen show yang diadakan di berbagai negara. Baginya, hal itu merupakan kebahagiaan sekaligus kebanggaan tersendiri dalam perjalanan hidup dan karir Nana.

Dunia Seni Sejak Kecil. Nana memulai karir sebagai seorang model diiringi dengan perjuangan dan kerja keras. Berawal dari menjadi seorang model di beberapa majalah remaja, Nana pun mulai memasuki dunia catwalk yang kemudian sangat dicintainya tersebut. “Saya dulu awalnya menjadi model di majalah remaja,” aku Nana mengenang masa lalu.

Keputusannya untuk menekuni dunia modeling, diakui Nana, sangat didukung oleh keluarga khususnya kedua orangtuanya. Nana sendiri merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Kedua orangtuanya, Rd. Budhy Gidharta (75) dan Siti Sufia (74), termasuk tipe orangtua yang selalu membebaskan keinginan kelima anaknya asal dibarengi dengan rasa tanggungjawab yang besar. Budaya Jawa sangat kental terasa di dalam rumahnya. Nana terlahir di Magelang, pada 24 Desember 1961. Ia mengenyam pendidikan SD di kota kelahirannya, yakni di SDN 6, Magelang. Semasa SD, Nana sudah rutin mengikuti kursus balet. Kala itu, sang ibulah yang kerap mendorongnya untuk ikut belajar balet. Di usianya yang masih kanak-kanak, Nana sudah tak mengalami kesulitan tampil di atas panggung di depan banyak penonton. Selepas tamat SD, Nana melanjutkan pendidikannya ke SMPN 5, Yogyakarta. “Saya memang dari kecil itu aktif dan nggak bisa diam,” ujar Nana.

Sang ayah yang berkarir di Departemen Kehakiman, lantas dipindahkan ke Jakarta. Alhasil, semua anggota keluarganya ikut berpindah tempat tinggal ke Jakarta. Nana kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMAN 11 (sekarang SMAN 70, red), Bulungan, Jakarta Selatan. Semasa duduk di bangku SMA inilah, Nana mulai sibuk dengan kegiatan pemotretan untuk beberapa majalah remaja. Wajah cantiknya kerap hadir di berbagai media remaja.

Selain bergelut dengan dunia modeling, Nana juga menjadi salah satu anggota Swara Mahardika (SM) pimpinan Guruh Soekarno Putra, sejak tahun 1977. Sekitar tahun 1979, Nana yang masih remaja sudah ikut tampil dalam pagelaran megah di Plenary Hall, Jakarta. “Saya belajar banyak hal dari Mas Guruh tentang stage performance,” ujar Nana tentang gurunya tersebut.

Tahun 1980, karir Nana mulai merambah ke panggung catwalk. Sebelumnya, Nana mengikuti kursus model catwalk selama dua bulan. “Waktu itu, saya hanya mengeluarkan uang Rp 125 ribu,” kenang Nana yang memiliki hobi melukis ini. Kendati, sebelumnya sudah pernah menggeluti karir model sebagai seorang foto model, tetap saja Nana dipandang sebagai peragawati baru. Tak heran, bayaran pertama saat itu yang diterima Nana hanya sekitar Rp 15 ribu tiap kali tampil. Baginya, honor yang tak seberapa tersebut tidaklah menjadi masalah ketimbang pengalaman yang diterimanya. Dengan tekun, Nana mulai menggeluti dunia catwalk.

Menari, Catwalk, dan Kuliah. Berkarir di dunia modeling tak membuat langkahnya menuntut ilmu langsung terhenti. Cita-citanya sejak masih kanak-kanak untuk menjadi dokter memang tak bisa digapainya. Ia justru mengambil jurusan Accounting di Universitas Jayabaya, Jakarta. “Kuliah dan modeling berjalan seiringan,” aku pengagum model, Ria Juwita ini. Biasanya Nana membolos kuliah selama dua minggu dalam sebulan karena sibuk dengan dunia fesyen. Kendati demikian, ia selalu berusaha mengejar ketertinggalannya dengan meminjam catatan dari teman kuliahnya. Dengan honor menjadi model itu pula, Nana membayar uang kuliahnya.

Kemampuan menari sekaligus menjadi peragawati memberikan nilai tambah bagi Nana. Pernah suatu ketika akan tampil menjadi seorang peragawati di luar negeri, Nana justru disuruh untuk menampilkan tarian khas Indonesia sebelum digelarnya fesyen show. “Ya lumayanlah bisa keliling luar negeri gratis dengan karir yang saya geluti itu,” ungkap wanita yang memiliki tinggi badan 165 cm ini. “Dalam sehari itu, saya bisa tampil di tiga kota,” lanjutnya singkat.

Menjadi peragawati yang kerap tampil di luar negeri, ternyata menuntut Nana untuk dapat menjadi wanita yang mewakili Indonesia. “Mereka (orang asing, red) banyak menanyakan tentang Indonesia,” kenang Nana. Baginya, menjadi seorang peragawati tak hanya mementingkan penampilan di atas panggung fesyen show belaka. “Kita secara tidak langsung menjadi duta bangsa yang mewakili imej Indonesia,” ujar Nana. Seperti yang dialaminya, Nana pernah mendapatkan pertanyaan tentang negara Indonesia dan budayanya. “Banyak yang tidak tahu Indonesia itu ada di mana, makanya peragawati itu harus pintar juga,” ungkap wanita asli Jawa Tengah ini.

Berbekal dengan pengalaman tampil di berbagai pentas tari dan modeling, Nana secara tak sengaja memasuki bisnis event organizer. “Dari dunia modeling dan seni tari, saya banyak mendapatkan ilmu,” tutur mantan calon anggota legislatif pada Pemilu tahun 2004 ini. Kala itu, Nana dimintai tolong oleh salah seorang temannya yang ingin mengadakan sebuah acara fesyen show. Karena Nana memiliki relasi yang cukup luas di bidang fesyen, Nana pun dipercayai oleh temannya tersebut. “Alhamdulillah, acara itu berjalan sukses dan lancar,” kenang Nana. Padahal, kala itu Nana melakukan segala macam pekerjaan agar acara tersebut dapat berjalan dengan baik. “Mulai dari memesan peralatan, atau menghubungi desainer atau model lain, semua saya lakukan sendiri,” aku Nana sambil tertawa lebar.

Bisnis Event Organizer. Tak hanya sekali saja, Nana pun menerima order pesanan untuk mengadakan acara lainnya dari beberapa teman. “Waktu itu saya bekerja sendiri dengan dibantu satu orang sekretaris, itu pun kerjanya dari kamar saya,” ungkap sepupu penyanyi kondang, Iwan Fals ini. Dengan bermodalkan satu line telepon ditambah satu mesin faksimil, ia lantas menghubungi berbagai pihak untuk kelancaran acara yang akan digelar. Selama kurun waktu yang cukup lama sekitar lima tahun, Nana menerima jasa penyelenggaraan berbagai acara. Mulai dari acara fesyen hingga peluncuran produk dari perusahaan, semuanya dilakukan melalui kamar yang berukuran tidak begitu besar tersebut.

Melalui penghasilan yang diraupnya, Nana lantas menyewa sebidang lahan di bilangan Kebayoran Baru sebagai kantor event organizer (EO) yang didirikannya itu. Tuntutan profesionalitas pun mendorongnya mencari nama dari perusahaan EO miliknya. “Akhirnya saya memilih nama PT ENKA, karena berasal dari nama saya,” ujar pemeran utama wanita dalam film Tari Kejang bersama Denny Malik ini.

Selain sibuk merintis usaha yang telah menampakkan kesuksesan, Nana juga sangat aktif di beberapa organisasi, seperti KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia), ARDIN (Asosiasi Pengadaan Barang dan Jasa Indonesia), BPD HIPMI Jaya, dan Indonesia Junior Chamber. Semua kegiatan tersebut ternyata berujung pada satu komitmen yang selalu dipegang Nana. “Apapun yang saya lakukan itu pokoknya harus fokus dan total,” ujar Nana dengan tegas. Baginya, berbagi dan menorehkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang, sudah menjadi keseimbangan dalam kehidupannya. Salah satu yang dilakoninya adalah dengan menjadi guru modeling dan tari di beberapa sekolah modeling di Jakarta.

Dengan segala macam kesibukannya tersebut, Nana tak lupa dengan keluarga. Pernikahannya dengan seorang pengusaha bernama Jade Bunny (51) sejak tahun 1989 telah menjadikannya seorang wanita sempurna. Masa perkenalan dengan sang suami selama 8 tahun sebelum menikah, dirasa sudah cukup untuk merajut rumah tangga bersama pria yang pertama kali ditemuinya pada saat fesyen show tersebut. Terlebih lagi, dengan kehadiran anak bernama Maura Aisyah Salsabila (4) yang telah memberikan warna dalam kehidupan Nana.

Dengan segala yang didapat Nana saat ini, ia merasa masih belum cukup untuk menggapai apa yang ingin dicita-citakannya. “Saya ingin lebih banyak aktif di kegiatan sosial ke depannya,” ujar Nana. Bahkan, keinginannya yang masih terpendam dan belum tercapai saat ini adalah mendirikan rumah panti asuhan bagi anak-anak yatim piatu yang kurang beruntung. Saat ini pun, Nana berusaha menyisihkan sebagian pendapatannya bagi beberapa anak asuh di sebuah yayasan di daerah Sukabumi, Jawa Barat. “Saya akan mendapatkan kebahagiaan bila bekerja,” ujar Nana. Baginya, dengan mendirikan sebuah bisnis, maka banyak orang yang akan mendapatkan banyak keuntungan dengan ikut bekerja. Fajar

Side Bar 1...

Kepakan Sayap Burung Nana Krit

Menjadi seorang wanita, menurut Nana, tak perlu tergantung dengan pria terutama suami. Hal itulah yang sudah tertanam dalam pikiran Nana sedari kecil. Sang ibu telah mendidik Nana agar tumbuh menjadi wanita mandiri tanpa tergantung orang lain, khususnya pria. Hal itulah yang kemudian mendorongnya banyak aktif di berbagai kegiatan, baik bisnis maupun organisasi sosial.

Wanita itu harus seperti seekor burung dengan dua sayap,” ujar Nana sembari menirukan omongan sang ibu. Bila hal buruk terjadi dalam sebuah hubungan antara suami-istri, maka sang wanita tak akan terlalu terganggu dengan kejadian tersebut. Menurutnya, masih ada satu sayap lagi yang mampu membuat wanita itu bertahan, meski salah satu sayapnya patah. “Kita sebagai perempuan itu tidak usah terlalu tergantung dengan suami,” ujar Nana. Atas dasar filosofi itulah, Nana berusaha menjalankan apa pun dengan mendekati sempurna agar menghasilkan sesuatu yang baik. Hal itu terlihat saat Nana harus berjuang sendiri dari bawah saat memulai bisnis event organizer miliknya. Dengan keterbatasan fasilitas dan pegawai, Nana mampu menyelenggarakan acara dengan baik dan sukses.

Dari sang ibu pula, Nana mendapatkan banyak pelajaran hidup. Segala macam keinginan Nana untuk belajar dunia seni, selalu didukung oleh sang ibu. “Saya itu sangat menyukai tantangan dan mencoba hal-hal baru,” ujar Nana dengan tegas. Fajar

Side Bar 2...

Usia Pendek Seorang Peragawati

Menurut Nana Krit, seorang peragawati dan model memang memiliki usia yang relatif singkat dalam dunia modeling. “Peragawati itu semakin senior maka semakin tinggi bayarannya,” ungkap Nana. Tak heran, beberapa desainer justru lebih suka menggunakan model atau peragawati baru dengan bayaran yang relatif rendah ketimbang peragawati senior. Tak hanya itu saja, dengan hadirnya muka-muka baru para peragawati tersebut, maka akan menyegarkan acara fesyen show yang digelar.

Kondisi tersebut sangat disadari oleh Nana saat masih menggeluti profesi sebagai seorang peragawati. Saat baru memulai menjadi peragawati, Nana hanya mendapatkan bayaran sekitar Rp 15 ribu pada tahun 1980. Lama kelamaan, bayaran itu semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jam terbang tampil di acara fesyen show. “Bagi saya, 10 atau 15 tahun menekuni dunia peragawati sudahlah cukup,” ujar wanita yang menunaikan ibadah Haji pada tahun 2000 ini. Sehingga, Nana pun mulai banting stir dan melirik bisnis EO sebagai ladang penghasilannya ke depan selepas tak lagi menekuni dunia modeling.

Belasan tahun menjadi peragawati dan model, tak hanya memberikan penghasilan besar bagi Nana. Perkenalan demi perkenalan dengan berbagai pihak di dunia modeling, akhirnya menjadikan Nana memiliki banyak teman. Sehingga pada akhirnya, memberikan banyak keuntungan pada bisnisnya di bidang EO. Terlebih lagi, kesenangannya dalam ikut berorganisasi. “Berteman itu penting, punya 1000 teman itu kurang,” ujar Nana sembari tersenyum. Bagi Nana, teman itu bisa memainkan dua peran sekaligus. “Kita bisa bersaing dan bergabung dengan teman dalam arti positif,” lanjut Nana singkat. Fajar

Biodata

Nama lengkap : Rr. Hj. Kristina Nataningdita

Tempat, tanggal lahir : Magelang, 24 Desember 1961

Nama orangtua : Rd. Budhy Chidarta dan Siti Sofia

Nama suami : Jade Bunny

Nama anak : Maura Aisyah Salsabila

Pendidikan

SDN 6, Magelang

SMPN 5, Yogyakarta

SMAN 11, Jakarta

Jurusan Akuntansi, Universitas Jayabaya

Karir

Pemilik perusahaan event organizer ENKA Production/PT Enka Neka Cipta (1987- sekarang)

Pemilik Rajawali Technical Rental (1997- sekarang)

Guru tamu di Ratih Sanggar Modelling School

Guru tamu di Merah Putih Entertainment


Organisasi

Pengurus KADIN Pusat (2004-2008)

Pengurus ARDIN/Asosiasi Pengadaan Barang dan Jasa Indonesia (2003-2007)

Pengurus HIPPI Pusat (2004-2008)

Pengurus IWAPI Pusat (2004-2008)

Pengurus WITT/Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (2004-2007)

Pengurus BPD HIPMI Jaya (1997-2000 dan 2001-2004)

Pengurus Indonesia Junior Chamber (1999-2002)


No comments: