Menjadi Penderma, dan Makin Dekat dengan Allah Setelah Nyaris Terbakar di Rumahnya Sendiri
Hanyalah mukjizat yang Dewi dapatkan ketika nyawanya terselamatkan dari api yang berkobar di rumahnya. Tidak ada yang patut disyukuri lainnya selain diberikan kesempatan untuk tetap menata hidupnya kembali. Perubahan pun terjadi pada dirinya. Ia lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai rasa syukur kepada Allah.
Pagi itu, Rabu (13/9), tepat pukul 04.00 WIB 2006 lalu, tiba-tiba udara di dalam rumah terasa sangat panas menyengat. Dewi yang ketika itu tengah berada di dalam kamar bersama sang suami, terbangun dari tidurnya. Ia terkejut dengan kondisi rumahnya yang telah dipenuhi dengan asap. Aroma terbakar pun tercium menusuk hidung Dewi yang berdiri termangu menatap kepulan asap yang memenuhi setiap ruangan di rumahnya tersebut. Seketika itu juga, Dewi bersama dengan suaminya berlarian ke luar kamar dan berusaha beranjak ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Hal yang sama juga dilakukan oleh ketiga pembantu yang bekerja di rumahnya. Mereka bahkan telah berusaha ke luar dari rumah sebelum Dewi dan suami.
Setelah kelima penghuni rumah yang terletak di Sektor 3, Bintaro Jaya ini berada di luar rumah, mereka hanya mampu melihat api kian berkobar dan menghabisi setiap bagian rumah berlantai dua itu. Meraka hanya bisa menatap sedih ketika harus menjadi saksi terbakarnya rumah yang telah lama ia tempati tersebut. “Setelah sekitar 3 menit saya berada di luar, barulah rumah saya meledak,” aku Dewi. Secara tragis, ia melihat rumahnya hancur karena adanya ledakan yang berasal dari dalam rumah. “Mungkin ledakannya berasal dari Freon yang ada di AC,” ujar Dewi. Di dalam rumahnya memang terdapat beberapa AC (Air Conditioner) yang diletakkan di beberapa sudut rumah. Dan hanya dalam hitungan menit, tempat tinggalnya pun hancur terbakar oleh si jago merah. Hampir seluruh isi rumah ludas, nyaris tak tersisa. Satu-satunya ruangan yang tidak terbakar hanyalah ruang makan yang terletak di lantai dasar. Beberapa kursi dan meja makan terlihat masih tetap berada di tempatnya, meski terdapat bara api menghias di sekitarnya.
Tetap Tabah dan Sabar. Terbakarnya rumah yang ia tinggali bersama sang suami dan tiga pembantunya memang cukup membuat Dewi sedih. Meskipun begitu, ia tetap tabah dan sabar dengan apa yang dialaminya. Ia masih bersyukur bahwa nyawanya masih dapat tertolong. Jika beberapa menit saja ia telat, nyawanya mungkin saja tidak dapat tertolong. Kini, Dewi merasa bahwa kejadian tersebut merupakan cobaan sekaligus mukjizat bagi dirinya dan keluarga. Kerugian yang ditanggung memang cukup besar, yakni sekitar Rp 3 miliar. Namun baginya, harta yang hilang tidaklah terlalu penting asalkan tidak ada korban nyawa yang hilang akibat kebakaran. “Lillahi Ta’ala terucap dalam hati ketika saya melihat rumah saya terbakar,” kenang Dewi. Si jago merah pun baru padam setelah enam mobil pemadam kebakaran tiba. Sekitar dua jam kemudian akhirnya api dapat dipadamkan. Belakangan baru diketahui bahwa api berasal dari ruang kerja Dewi sendiri yang letaknya tidak jauh dari ruang tidur Dewi beserta suami. Ketika Dewi terbangun dari tidurnya, kobaran api sudah cukup besar membakar sebagian besar rumahnya. Untungnya, Dewi dan suami beserta tiga pembantunya dapat selamat dari kebakaran yang telah menghabisi sebagian besar rumahnya tersebut.
Dari kejadian itu, Dewi mengaku dapat memetik hidayahnya. “Saya mendapatkan hidayah, kalau yang namanya ikhlas itu membuat kita lebih tawakal,” ujar Dewi. Perubahan pun terjadi dalam diri wanita berparas ayu ini. “Sejak peristiwa itu, saya menjadi ikhlas dalam segala hal termasuk dalam menjalani puasa di bulan Ramadhan ini,” aku Dewi. Selain itu, ia juga semakin tergerak untuk lebih banyak melakukan kegiatan sosial terhadap masyarakat kurang mampu dan yang sangat membutuhkan. Dewi mengaku bahwa ia kini justru banyak menyantuni anak-anak yatim dan menyumbang zakat bagi pembangunan masjid. Beberapa masjid yang terletak di kota Serang, Malang, dan Jakarta tidak luput dari sasaran sumbangan zakatnya. “Saya berpikir bahwa sebagian harta yang saya punya mudah-mudahan bisa bermanfaat kalau disalurkan ke tempat-tempat ibadah,” tutur Dewi menjelaskan. Tak hanya itu, prinsip hidup yang dipegang oleh dewi kini berubah setelah peristiwa kebakaran tersebut. Prinsip hidup yang sebelumnya ‘Sukses adalah bentuk kerja keras’ menjadi ‘Sukses adalah ikhlas dan bersyukur’.
Kini setelah rumahnya terbakar Dewi tinggal di rumah mertuanya yang tidak jauh dari rumahnya yang terbakar. Meski kerugiannya mencapai Rp 3 miliar, namun Rumah Dewi yang terbakar itu ternyata tidak diasuransikan. Meski demikian, ia berniat untuk membangun kembali rumahnya di lokasi yang sekarang bekas terbakar.
Mukjizat Melalui Musibah. Selain lebih banyak melakukan kegiatan sosial, ia juga mendapatkan hidayah untuk lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. “Saya jadi lebih sering sholat lima waktu dan sholat tahajjud, yang tadinya sholatnya masih bolong-bolong,” aku wanita berkulit putih ini. Dewi juga menyadari bahwa apa yang dimilikinya hanyalah titipan dari sang pencipta. “Sekarang saya merasa yakin apa yang ada di dunia ini, bukanlah kita yang punya,” ujar Dewi. Menurutnya, setiap saat Tuhan dapat mengambilnya sewaktu-waktu atau juga bahkan diberikan secara berlebih. Dewi sendiri merasa tabah setelah mengalami peristiwa tersebut. Seperti yang diakuinya, orang-orang yang ada di sekelilingnya bahkan merasa heran dengan kesabaran yang ia miliki. “Banyak yang bilang itu ujian,” ujar Dewi. “Tetapi saya lebih ikhlas, mungkin saya bisa mendapatkan yang lebih besar dan lebih baik,” harap Dewi.
Menurutnya, dalam hidup ada dua macam cobaan yang diberikan kepada manusia, yakni cobaan dalam bentuk nikmat dan cobaan dalam bentuk musibah. Meskipun begitu, bagi Dewi semua cobaan yang telah diberikan kepadanya merupakan sebuah kenikmatan yang diberikan Allah kepada dirinya. Sehingga sebagai seorang manusia, Dewi hanya berusaha untuk bersikap ikhlas dan sabar menghadapi cobaan. Dengan begitu, ia tidak akan merasa kecewa ataupun stres karena mendapatkan cobaan yang sangat berat itu. “Allah itu menunjukkan mukjizat-Nya kepada saya melalui musibah,” ungkap Dewi.
Perjalanan hidup Dewi A. Rasyid memang terbilang lancar-lancar saja. Terlebih lagi, jika dilihat dari perjalanan karir wanita berumur 33 tahun ini. Awalnya, Dewi meniti karir sebagai seorang instruktur public relations di salah satu sekolah public relations di Makassar. Kemudian pada tahun 1997, ia berkarir di Hotel Sedona Makassar hingga tahun 1999. Pada tahun yang sama pula, ia pindah ke Jakarta dan bekerja sebagai Marketing Communications and Corporate Communications Manager PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN). Di perusahaan itulah, ia bertemu dengan jodohnya, Hilman Rasyid, yang kini menjadi suaminya. Setelah empat bulan melakukan penjajakan dengan Hilman Rasyid, mereka lalu menikah pada tahun 2000. Kini, suaminya yang lulusan Teknik Elektro UI, menjabat Head Marketing di PT PSN.
Kesuksesannya dalam karir kembali dialaminya pada saat pindah dan bekerja di PT Wiraswasta Gemilang Indonesia (WGI). Di perusahaan penghasil oli Penzoil dan Evalube inilah Dewi menduduki posisi yang cukup penting, yakni sebagai General Manager of Corporate Communications. Empat tahun sudah ia menjabat posisi tersebut. Walaupun terlihat sukses, ia tidak menganggap karirnya di perusahaan sebagai sesuatu yang sukses. “Kepuasan dalam melakukan sesuatu itu merupakan kesuksesan,” ujar Dewi. Selain berkarir di PT WGI, ia juga tengah merintis beberapa usaha yang diharapkan mampu berkembang di masa mendatang. Salah satunya adalah dengan mendirikan sebuah perusahaan yang diberi nama PT Mitraesa Dataprima. Perusahaan itulah yang menghasilkan sebuah produk baru yang diberi nama Airfan, jaket pengendara sepeda motor yang di dalamnya terdapat kipas angin. Tidak hanya itu, ia juga memiliki sebuah tempat perawatan tubuh, yakni Griya Setaman Beauty & Grooming Services. “Saya nggak suka dandan, tapi sejak kecil saya ingin membuat salon,” ujar Dewi.
Kesuksesan Dewi tidak hanya di bidang karir pekerjaannya saja, melainkan juga dalam hal pendidikannya. Ia baru saja menyelesaikan pendidikan S2-nya di Universitas Indonesia dan berhak menerima gelar Master of Science (MSc) on International Business Science. IPK yang didapatkannya pun akan membuat orang-orang berdercak kagum. Pasalnya ia mampu meraih IPK 4,0 sehingga ia mendapatkan penghargaan dari UI. Sayangnya penghargaan yang didapatkannya tersebut ikut terbakar dalam rumahnya. Kini, tidak ada lagi kenangan kelulusan yang telah ia dapatkan. Meskipun begitu, ia tetap tegar menghadapi peristiwa kebakaran yang meluluhlantakkan rumahnya tersebut. Walaupun telah mendapatkan gelar S2, wanita kelahiran 16 Januari 1973 ini memiliki rencana untuk melanjutkan ke jenjang S3. Di luar bidang pendidikan, wanita asli Magelang ini memiliki target utama yang harus tercapai di tahun 2007. “Saya ingin punya anak dulu,” harap Dewi sembari menutup pembicaraan. Fajar
Side Bar:
Pernah Keguguran, dan Ingin Segera Diberi Momongan
Tidak hanya kebakaran yang telah menghancurkan rumahnya saja yang menjadi cobaan bagi Dewi. Ada cobaan lainnya yang pernah dialami oleh Dewi pada awal pernikahannya dengan Hilman Rasyid. Setelah menikah dengan sang suami pada tahun 2000, ia langsung mengandung si buah hati. Tentu saja, Dewi dan suami sangat gembira menyambut kehamilan tersebut.
Kegembiraan itu ternyata hanya bertahan sementara saja. Dewi terhenyak dengan keguguran yang ia alami pada kandungannya. Si jabang bayi yang baru berumur 10 minggu itu harus kembali kepada Sang Pencipta sebelum melihat dunia. “Itu adalah cobaan dan peringatan buat saya,” kenang Dewi. Ia menyadari bahwa kejadian itu merupakan peringatan Tuhan di mana ia harus mulai menata kembali kehidupan pribadinya. Saat itu, ia memang sangat disibukkan dengan karirnya di kantor. “Waktu itu saya memang super sibuk dan sering ke luar negeri,” aku Dewi. Kesibukannya tersebut mengakibatkan kondisi kandungannya tidak diperhatikan dengan baik. Tak ayal, keguguran pun dialaminya pada awal pernikahan. “Waktu itu, saya berada di Hongkong,” aku Dewi. Sekembalinya dari Hongkong, Dewi langsung ditangani di salah satu rumah sakit di Yogyakarta.
Hingga kini, pernikahannya dengan Hilman Rasyid masih belum dikaruniai anak, sehingga ia berharap tahun 2007, ia dapat memiliki buah hati. Untuk bulan Ramadhan kali ini pun ia hanya menjalani dengan sang suami. Pada saat bulan Ramadhan, Dewi mengaku bahwa ia lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, di antaranya adalah melakukan sholat tahajjud serta lebih sering membaca tafsir Al-Quran. “Saya biasanya baca tafsir Al-Quran setiap menjelang tidur,” aku Dewi. Selain itu, ia juga lebih sering memasak sendiri untuk menghidangkan makanan kepada sang suami di saat sahur dan berbuka. “Kalau buka puasa sih sebenarnya jarang bareng, tapi kalau sahur selalu bersama,” ungkap Dewi. Ia juga dapat mengambil hikmah bagi dirinya pada saat bulan Ramadhan. “Hikmah puasa bukan hanya melatih kita untuk menahan nafsu saja, tapi hikmah buat saya untuk menjadi lebih sabar dan ikhlas,” tutur mantan penyiar radio ini. Fajar
No comments:
Post a Comment