Thursday, March 15, 2007

Charity of Panigoro

Yani Panigoro, Direktur MEDCO Holdings
“Hati saya bergetar kalau melihat orang yang tak berdaya”

Entah dari mana datangnya, namun rasa gelisah dan selalu bergetar ia rasakan manakala melihat penderitaan dan ketidakberdayaan orang lain. Itulah perasaan yang dirasakan wanita yang bernama Yani Panigoro yang juga adik kandung dari pengusaha minyak terkemuka, Arifin Panigoro. Dan dari keresahan hatinya itu pula, ia kemudian tak hanya mengisi waktunya untuk menjalankan tugasnya sebagai direktur di Medco Group, tetapi ia juga ikut melakukan pembinaan terhadap masyarakat yang membutuhkan.

Mengenakan blazer warna hitam dipadu celana panjang warna krem, Yani terlihat santai. Ia kemudian menerima Realita di ruang rapat seluas sekitar 6 x 4 meter itu. Sambil duduk di ujung meja yang berbentuk oval, Yani kemudian mulai bertutur soal aksi sosialnya.
Meski usianya tak muda lagi, namun wajah Yani Panigoro masih memancarkan semangat kerja yang tinggi diusianya yang sudah berkepala lima ini. Tak hanya itu, suaranya yang keluar dari mulutnya, sama sekali tidak menggambarkan bahwa wanita ini telah memiliki usia lebih dari separoh abad. Jelas dan lugas adalah gaya bicara Yani saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan.
Wanita yang tampak elegan ini, juga terbilang cukup sukses membawa grup perusahaan yang bergerak di bidang energi tersebut ke tingkat internasional. Meskipun begitu, kesuksesan dalam karirnya tidak membuat istri dari Rodyat Suprapto ini melupakan tanggungjawab sosialnya terhadap masyarakat khususnya masyarakat kurang mampu.
Sebagai seorang eksekutif di perusahaan besar, sudah sepantasnyalah Yani Panigoro bersikap demikian. Tetapi, jika digali lebih dalam, adik konglomerat Arifin Panigoro ini ternyata menyimpan sejuta cerita mengenai kegiatan sosial yang dilakukannya.
Untuk bisa membantu sesame, di perusahaan tempatnya bekerja, Yani ikut terlibat langsung di dalam yayasan yang dibentuk untuk memfasilitasi Corporate Social Responsibility (CSR) Medco Group terhadap masyarakat sekitar. Yayasan tersebut diberi nama Medco Foundation, sesuai nama grup perusahaan yang dipimpinnya bersama sang kakak, Arifin Panigoro. Yayasan tersebut bergerak di beberapa macam kegiatan sosial dan memiliki target untuk meringankan beban yang harus dipikul oleh masyarakat kurang mampu. “Kita mengadakan kegiatan sosial di beberapa bidang, di antaranya adalah dunia pendidikan, lingkungan hidup, serta beberapa lainnya,” aku Yani. Pada dunia pendidikan, Medco Foundation beberapa tahun yang lalu telah mengambilalih salah satu yayasan pendidikan dan mulai bertanggungjawab terhadap sekolah yang berada di bawah yayasan tersebut. Selain itu, Yani beserta tim yang berada di belakang Medco Foundation juga telah memberikan banyak beasiswa kepada siswa-siswa yang berprestasi di sekolahnya. Dengan begitu, Yani berharap dapat membantu anak-anak kurang mampu yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena ketiadaan biaya.
Saat ini, Medco Foundation memiliki dua sekolah yang tengah dikelolanya, yakni di daerah Tanjung Barat dan Pamulang. Khusus untuk di Tanjung Barat, Jakarta Selatan, sekolahnya mampu menampung para siswa mulai dari jenjang TK, SD, SMP, sampai dengan SMA. Sedangkan di Pamulang, sekolahnya baru pada tahap kelas taman bermain (Play Group), TK dan SD. “Sekolahnya diberi nama Avisena,” ujarnya singkat.
Dikatakan Yani, nama Avisena diambil dari nama tokoh Islam di masa lampau yang juga perhatian terhadap dunia pendidikan. Tak hanya itu, Medco Foundation yang dipimpin oleh Yani ini juga kerap memberikan beasiswa kepada siswa di berbagai jenjang pendidikan. “Kita juga banyak memberikan beasiswa,” ujar wanita kelahiran Bandung, 18 Juni 1951 ini.
“Saya memang ikut banyak aktivitas sosial, dan kadang-kadang aktivitas sosial itu terkait juga dengan perusahaan,” aku Ibu dari dua anak ini.
Medco Foundaion yang dipimpin Yani tersebut dibiayai oleh Medco Group dengan angggaran dana sebesar US$ 2 juta atau sekitar Rp 18 miliar per tahunnya. Medco Group sendiri memiliki beberapa anak perusahaan. Dana yang dikeluarkan itu berasal dari keuntungan beberapa perusahaan. Selain dunia pendidikan, Medco Foundation juga menebarkan kegiatan sosialnya di bidang lingkungan hidup.
Menurut Yani, Medco sebagai suatu grup perusahaan besar yang bergerak dalam pengembangan energi sumber daya alam sangatlah berperan terhadap kelangsungan hidup dari lingkungan sekitar. Yani berpendapat bahwa jika masyarakat saat ini tidak memperdulikan keadaan lingkungan hidup, maka dikhawatirkan pada generasi mendatang, penerus-penerusnya tidak dapat merasakan lingkungan yang asri yang dipenuhi oleh rindangnya pepohonan. Tak cukup di situ, Medco Foundation juga membantu pengusaha kecil. Melalui kegiatan Micro Financial Services, Medco Foundation memberikan sejumlah dana yang dapat dijadikan modal bagi pengusaha kecil. Adapun dana yang diberikan sebagai modal berkisar di angka Rp 50 juta untuk tiap usaha. Bantuan kepada pengusaha kecil tidak hanya berupa modal saja, Yani juga memberikan pembinaan kepada mereka. Pembinaan tersebut antara lain berupa teknik-teknik berbisnis yang baik. “Kita mengajarkan cara membuat laporan keuangan yang sederhana,” aku Yani. Dengan begitu, diharapkan para pengusaha kecil ini mampu mengembangkan usaha yang dikelolanya dengan baik. Jika pemberian modal melalui Micro Financial Services ini berhasil dan mampu mengangkat pengusaha kecil, maka mereka akan diberikan pembinaan lanjutan. Sehingga pada akhirnya, para pengusaha kecil ini mampu mandiri tanpa harus selalu diberikan bantuan.
Miliki 100 Anak Asuh. Selain turut serta di dalam Medco Foundation, Yani juga memiliki kegiatan sosial pribadi yang sumber dananya diambil dari kocek pribadinya. Setiap tahun, Yani memberikan sumbangan kepada anak-anak asuh yang berada di lingkungan sekitar rumahnya. “Jumlahnya sekitar 80-100 anak asuh yang saya biayai,” ujar Yani. “Saya mementingkan anak-anak yang benar-benar tidak mampu,” lanjutnya. Dana yang disumbangkan kepada tiap anak asuh pun cukup bervariasi, tergantung jenjang pendidikan yang dikuti oleh anak asuh tersebut. Meskipun begitu, rata-rata tiap anak asuh mendapatkan sumbangan dari Yani sebesar Rp 250.000 per bulan. Dana itu biasanya digunakan untuk membiayai sekolah dan keperluannya sehari-hari.
Bagi Yani, anak-anak kurang mampu seharusnya tidak hanya yang cerdas saja yang mendapatkan beasiswa, akan tetapi, anak-anak kurang mampu lainnya yang kurang cerdas juga patut dibantu, selama anak-anak tersebut tidak mampu untuk bersekolah karena ketiadaan biaya. Masih di lingkungan sekitar rumahnya, Yani juga kerap mengadakan pengajian bagi ibu-ibu di lingkungannya. Sekitar 200-an ibu-ibu berkumpul di rumahnya tiap kali Yani mengadakan pengajian. Paling tidak pengajian besar ini diadakan 4 kali dalam setahun.
Selain membahas mengenai isi Al-Quran, pada pengajian itu, Yani biasanya memberikan makanan dan pakaian bagi ibu-ibu yang telah hadir di rumahnya. “Sebagian anak-anak asuh saya itu adalah anak-anak dari mereka (ibu-ibu pengajian-red),” ungkap wanita yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1979 ini.
Di usianya yang tidak muda lagi, Yani terus melakukan kegiatan sosial di berbagai tempat. Ia juga seringkali terlihat mengunjungi panti-panti asuhan ataupun rumah singgah bagi anak-anak jalanan. “Hati saya bergetar kalau melihat orang yang tak berdaya,” ujar Yani. Baginya, keluarga kurang mampu merupakan orang-orang yang tak berdaya di matanya. Tak heran, ia selalu tergerak untuk membantu mereka baik dalam bentuk materi maupun pengajaran.
Tak hanya materi dan perhatian yang dibagi penyuka olahraga yoga ini kepada sesama, Yani juga seringkali membagikan ilmu dengan mengajar atau menjadi dosen tamu di berbagai universitas, tentu saja tanpa harus dibayar. “Saya memberikan motivasi kepada mahasiswa supaya tidak selalu menginginkan menjadi pegawai, melainkan menjadi seorang pengusaha atau pencipta lapangan pekerjaan,” jelas Ibu dua anak ini. Di kampus-kampus, Yani memberikan pengajaran mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan dunia usaha. Sehingga para mahasiswa dapat mengerti dan mampu menjadi wirausaha di kemudian hari. Yani pun menyebutkan salah satu contoh dari mahasiswa didikannya yang kini mampu menjadi pengusaha yang sukses. “Salah satu mahasiswa saya kini telah menjadi pengusaha yang cukup sukses, setelah saya berikan modal dan pembinaan sejak 7 tahun yang lalu,” ujar Yani dengan bangganya.
Ketika diatanyakan apa yang ingin dicapai ketika ia bisa berbagai bagi sesame, Yani hanya mengatakan ,“itu merupakan kebanggaan yang tidak bisa diukur dengan uang,” lanjutnya. Yani sendiri menganggap bahwa apa yang selama ini ia berikan terhadap mahasiswa ataupun pengusaha kecil, adalah nilai atau value. Menurut Yani, value ini dapat diartikan dengan banyak hal. Modal hanyalah sebagian kecil dari value yang telah ia berikan kepada pengusaha kecil dan mahasiswa. Para pengusaha kecil biasanya didatangi oleh Yani minimal sebulan sekali. Kedatangannya tersebut semata-mata untuk memberikan pengarahan kepada mereka agar sesuai dengan jalur yang telah diajarkan oleh Yani.
Ditambahkan Yani, apa yang telah ia kerjakan baik kegiatan sosial atas nama perusahaan maupun atas nama pribadinya, semata-mata merupakan keinginannya untuk bisa membantu mereka yang tidak berdaya.
Yani Panigoro memang sosok wanita eksekutif di perusahaan yang mampu membagi waktu antara pekerjaan, keluarga dan kegiatan sosial. “Saya senang mengunjungi orang-orang tak berdaya dan membantunya,” ucapnya sembari tersenyum lebar. Fajar

Side bar 1

Anak-Anak adalah Mukjizat

Meski aktif di kantor dan di berbagai macam kegiatan sosial, Yani tetap saja dapat meluangkan waktu untuk keluarga. Bahkan bagi Yani, anak-anak merupakan mukjizat yang paling indah yang pernah ia dapatkan. Tak ada lagi mukjizat terindah lainnya selain kehadiran anak-anak pada awal-awal pernikahannya. “Hadirnya anak-anak membuat saya merasa luar biasa,” ujar Yani sembari tersenyum bahagia.
Kini mukjizatnya bertambah dengan kehadiran dua cucu, hasil pernikahan anak pertamanya. Selain kehidupan keluarganya yang membuat iri semua orang, perjalanan karir Yani juga terbilang sangat pesat. Meski pernah dipandang sebelah mata pada awal-awal bekerja, ia justru merasa tertantang dengan penilaian tersebut. Yani bahkan mampu membuktikan bahwa ia dapat memegang pucuk pimpinan dengan baik. Berbagai persoalan di perusahaan yang muncul bisa ia atasi satu persatu.
Bagi Yani dari berbagai persoalan yang muncul dalam hidupnya, yang dirasa paling berat adalah manakala ia di tinggal mati oleh ayah tercintanya. “Cobaan terberat adalah pada saat ayah saya meninggal,” kenang Yani. “Waktu itu saya baru lulus sekolah dan belum memberikan apa-apa kepada ayah,” lanjut Yani.
Tak hanya itu, ada cobaan lainnya yang pernah ia alami semasa kuliah, yaitu Yani pernah mengalami kecelakaan lalu lintas yang hampir merenggut nyawanya. Kala itu, Yani bersama tiga temannya hendak mengikuti praktek kerja di kota Surabaya. Dengan mengendarai sebuah mobil, mereka melakukan perjalanan darat. Di jalan ternyata mobil tersebut melaju sangat kencang, hingga kecelakaan pun tak terelakkan. “Padahal ayah sudah mengingatkan untuk tidak mengebut,” ujarnya. Untungnya, nyawa Yani tidak diambil pada saat itu juga. Ia mampu selamat dari kecelakaan. Meskipun begtu, Yani mengalami gegar otak dan patah tulang akibat kecelakaan yang terjadi di Nganjuk, Jawa Timur tersebut.


Side Bar 2……
Satu Mangga Untuk 11 Orang

Hidup di dalam keluarga besar memang memberikan banyak pelajaran bagi Yani. Kemampuan bernegosiasi dan melobi didapatkan dari seringnya komunikasi antar saudara kandung. Yani pun harus melakukan lobi kepada 10 saudara kandung lainnya hanya untuk mendapatkan sesuatu yang mungkin dapat diperebutkan di antara mereka. Bahkan suatu ketika, Yani harus berbagi satu buah mangga dengan 10 saudara kandungnya. Buah mangga itu pun harus dipotong-potong dengan ukuran yang cukup kecil supaya cukup untuk dibagi –bagi pada 11 orang. Kejadian tersebut memberikan pelajaran bagi dirinya agar saling berbagi. Tak heran, jika saat ini Yani banyak mengadakan kegiatan sosial sebagai salah satu didikan dari orang tuanya.
Pribadi Yani memang telah terbentuk sejak kanak-kanak. Jika Yani sekarang sangat menyukai dunia pendidikan dengan mengajar mahasiswa, itu memang merupakan salah satu titisan dari orang tuanya yang memang berprofesi sebagai guru.
Sebagai anak guru, anak ke-4 dari 11 bersaudara ini dididik sangat mandiri oleh orangtuanya. Dari orang tuanya, Yani mendapatkan banyak pelajaran mengenai hidup. “Dari kecil kita sudah berorganisasi dan belajar untuk melobi,” kenang Yani.
Sebagai salah satu anggota dari keluarga yang besar, mau tak mau Yani harus banyak melakukan diskusi sesama saudara sekandung. Hal itulah yang kini membuat Yani mengerti bagaimana bersikap dalam suatu organisasi. Hal tersebut juga ia terapkan kepada dua anaknya, yakni Roni (30) dan Dini (26). Roni yang lulusan S1 dari Australia, saat ini mulai mengikuti jejak orang tuanya sebagai pengusaha. Sementara itu, Dini masih harus menyelesaikan kuliah S2-nya di London.
Meski demikian, Yani mengaku dengan berubahnya zaman, ia juga harus banyak melakukan perubahan dalam mendidik dua buah hatinya itu. Didikan yang wajib ada di dalam keluarganya adalah agama. Bagi Yani, dasar-dasar agama harus ditanamkan kepada anak-anak semenjak mereka kanak-kanak. Dengan begitu, anak-anak dapat tumbuh dengan memiliki sikap dan sifat yang baik sebagai pengaruh positif dari dasar-dasar agama dalam diri mereka. Hal yang sama juga ia tanamkan kepada karyawan-karyawannya di kantor. “Saya ingin semua orang melakukan pekerjaan secara profesional,” ujar Yani dengan lugas. Baginya, karyawan harus selalu bekerja atas dasar result oriented, dimana para karyawan harus selalu melakukan pekerjaan dengan hasil yang baik dan nyata. Fajar

Side Bar 3….
Tia (Karyawan Medco Holdings)
“Ibu pantang mem-PHK karyawan”

Di kantor, Yani memang terkenal sebagai sosok pemimpin yang sangat perhatian terhadap para karyawannya. Hal tersebut tidak terlepas dari jiwa sosial yang dimilikinya. Tak hanya itu, menurut Tia, salah satu karyawan Medco Holdings yang dipimpin oleh Yani, pimpinannya tersebut memiliki sikap yang sangat mendidik. “Ibu memberikan guidance yang jelas kepada para karyawannya,” ujar Tia. Dengan begitu, setiap karyawan mendapatkan banyak pelajaran yang berharga dari didikan yang diberikan Yani. “Ibu sangat keibuan dan perhatian,” tambah Tia. Sebagai eksekutif, Yani juga merupakan sosok orang yang sangat ideal untuk seorang pemimpin.
Dalam menjalankan perusahaan, Yani memiliki insting yang sangat bagus dalam memilih mana proyek-proyek pekerjaan yang dapat diambilalih dan mana yang tidak.
Tak hanya itu, Yani juga sangat berjiwa sosial. Bahkan ia tidak pernah memilih-milih dalam menyumbang atau dalam melakukan kegiatan sosial. Sehingga, cukup banyak orang kurang mampu yang telah dibantu oleh Yani.
Menurut Tia, atasannya tersebut sangat memperhatikan para karyawannya. Seperti yang diakui Tia, jika salah satu karyawannya ada yang sakit, maka Yani akan selalu memberikan lebih banyak perhatian dan akan membantu karyawannya tersebut.. “Ibu juga pantang mem-PHK karyawan,” ujar Tia.
Maka, jangan harap kata-kata PHK akan muncul dari wanita kelahiran Bandung ini, meski demikian karyawan tetap dituntut bekerja secara menyeluruh dan total terhadap perusahaan. Meskipun begitu, lanjut Tia, ada salah satu sifat yang paling tidak disukai oleh Yani, yakni ketidakjujuran. Bahkan Yani sangat membenci orang yang tidak jujur. “Kalau ada orang yang nggak jujur, maka ibu akan marah,” jelas Tia sembari menutup pembicaraan. Fajar

1 comment:

My_Blog.... said...

Assalamu Alaikum... Selamat kepada Ibu Yani Panigoro yang telah sudi untuk membantu sesama yang tidak mampu, dan kesuksesan yang ibu capai... Perkenalkan Saya Asep Hadiat bertempat tinggal di Jl. Nangkasuni No. 84/24 A - Wastukencana di Bandung. Setelah saya membaca "Charity of Panigoro" kembali mengingatkan saya pada tahun 1990 an yang mana pada saat itu saya bekerja pada salah satu perusahaan nya Ibu Yani Panigoro yakni Edukasi Komputer Ega Kineta tepatnya berada di Jl. Braga Bandung, Memang Ibu Yani adalah sosok pemimpin yang sangat santun, Beliau selalu menebar senyuman kepada seluruh karyawan dan tidak memandang siapa itu atasan dan siapa itu bawahan, semuanya dipandang sangat bijak oleh beliau. Beliau sangat sederhana didalam setiap penampilan dan disetiap keadaan. Didalam Kesempatan ini ijinkan saya menyampaikan ungkapan saya kepada Beliau... Ibu Yani Yang Terhormat, seandainya kemurahan hati Ibu mau berbagi untuk sesama dan tidak mengenal jarak, saya atas nama pribadi memohon kepada Ibu untuk memberikan sebagian santunan disalurkan kepada daerah dimana saya tinggal. Sebagai bahan pertimbangan didaerah dimana saya tinggal, terdapat beberapa Anak Yatim, Janda tua, Pengangguran dan keluarga miskin termasuk saya.. maaf... saya salah seorang yang memang belum mendapatkan penghasilan dari bekerja (pengangguran karena PHK) adapun untuk memenuhi kebutuhan selama ini dengan cara memberikan jasa kepada siapa saja yang membutuhkan tanpa melihat jenis pekerjaan tersebut. Daerah tempat saya tinggal tepat berada di belakang Bank Saudara. Yaitu Kampung Nangkasuni RW 18 Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Bandung Wetan. Semoga Alloh membalas atas segala kebaikan yang telah Ibu perbuat dan melipat gandakan apa-apa yang telah Ibu berikan, dan semoga pula Ibu, sekeluarga selalu ada pada Lindungan Alloh S.W.T. Amin.... Mohon maaf yang sebesar-besarnya saya ucapkan, terimakasih. Assalamu Alaikum Warohmatullohi Wabarokatu.