Wednesday, March 14, 2007

charity dari eksekutif

Rosan P. Roeslani
Direktur Utama PT Recapital Investment Bank
Sisihkan Minimal 10% dari Gaji untuk Bangun Masjid dan Pesantren

Sukses memimpin perusahaannya, ternyata tidak membuat Rosan melupakan nasib masyarakat yang kurang beruntung. Alasan itulah yang hingga kini membuat Rosan mendirikan Yayasan Amanah Recapital, sebuah yayasan yang menghimpun dana karyawan Recapital untuk membantu masyarakat yang kurang mampu. Berkat Rosan pula, anak-anak kurang mampu dapat bersekolah kembali di pesantren yang telah dibangun.

Hati Rosan tersentuh ketika ia mampu makan segala macam makanan enak dan mahal sedangkan di sisi lain, ada lapisan masyarakat yang harus makan seadanya. “Saya nggak tega,” kenang Rosan. Selain itu, Rosan juga sedih ketika melihat keadaan dimana anak-anak tidak mampu untuk bersekolah karena ketiadaan biaya. Bahkan di salah satu tempat di Pondok Gede, anak-anak harus belajar dan tidur di satu tempat yang sama. Semenjak itulah, Rosan memutuskan untuk mendirikan Yayasan Amanah Recapital yang masih berada di bawah perusahaan miliknya. Sebagai pendiri sekaligus pelopor yayasan, Rosan memang memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam mengembangkan yayasan untuk membantu antara sesama. Tetapi, ia akhirnya mampu mengembangkan yayasan dan menghimpun dana demi membangun kesadaran dari para karyawannya untuk menyisihkan sebagian dari pendapatannya di perusahaan dan mengamalkannya kepada target masyarakat yang tepat.
Melalui yayasan itulah, Rosan menyalurkan jiwa sosialnya. Dengan hadirnya Yayasan Amanah Recapital, segala macam bentuk bantuan sosial bagi masyarakat kurang mampu dapat dikoordinir dengan baik. Langkah awal sosial Rosan dimulai pada saat ia dengan yayasan yang dibentuknya tersebut mendirikan pesantren di daerah Pondok Gede, Jakarta. “Waktu itu, saya hampir nggak percaya di Jakarta ada tempat dimana banyak orang yang kurang mampu,” ujar Rosan. Setelah melihat kondisi tersebut, Rosan tidak hanya berdiam diri saja. Ia beserta rekan-rekannya di Yayasan Amanah Recapital langsung bergerak dan berusaha memikirkan langkah-langkah untuk membantu masyarakat di daerah Pondok Gede tersebut. Terlebih lagi, anak-anak yang tinggal di tempat itu banyak yang harus meninggalkan bangku sekolahnya dikarenakan ketiadaan biaya untuk membayar iuran sekolah.
Bangun Pesantren di Pondok Gede. Akhirnya, Rosan pun memutuskan untuk membangun pesantren di daerah Pondok Gede untuk membantu anak-anak yang ingin bersekolah kembali. Para siswa yang sebagian besar kurang mampu, dibebaskan dari biaya. Ratusan siswa ditampung di pesantren tersebut. Masyarakat sekitar pun merasa terbantu dengan keberadaan tempat menimba ilmu yang didirikan oleh pria yang sudah menunaikan haji ini. Tak sampai di situ, Rosan pun kembali mendirikan pesantren beserta asrama dan Masjid di Bandung, tepatnya di daerah Cijapati. Di daerah tersebut, ia membangun pesantren yang cukup besar dan mampu menampung 140 siswa. Di tempat itu pula, berdiri masjid yang megah dan berada di lingkungan pesantren. “Sekarang pembangunannya sudah berlangsung 1,5 tahun,” aku Rosan. “Mudah-mudahan cepat selelsai lah,” harap Rosan.
Kenapa di Bandung? Kota Bandung sendiri dipilih Rosan karena seringnya ia bepergian ke daerah Bandung. Saat itu, ia memiliki banyak kegiatan di Bandung. Dikarenakan yayasannya ingin mengembangkan kegiatan di daerah lain selain Pondok Gede, Jakarta, maka ia memutuskan untuk menerapkan jiwa sosialnya di daerah bandung. “Daerah Cijapati juga merupakan daerah yang cocok untuk dibangun pesantren,” ujar Rosan. Tak ayal, Rosan pun memutuskan untuk membangun pesantren yang hingga kini belum diputuskan nama yang akan dipasang pada pesantren tersebut. Pembangunan pesantrennya sendiri hingga kini masih belum selesai. Hanya masjid saja yang sudah selesai pembangunannya. Tanpa menyebutkan angka, pembangunan pesantren beserta Masjid dan asramanya cukup menyedot biaya yang sangat besar. Tak ayal, pembangunannya pun belum rampung. “Siswa-siwanya sudah belajar sih,” aku Rosan sembari memperlihatkan rancangan pesantren yang sedang dibangunnya. Jika dilihat dari rancangan miniatur, lingkungan pesantren memang terbilang cukup luas. Di sisi depan, terlihat Masjid yang berdiri tegap menyambut kedatangan para siswa atau masyarakat yang sekadar ingin melihat-lihat. Sedangkan di belakang bangunan Masjid, berdiri kokoh bangunan yang dijadikan sebagai tempat belajar para siswa. Bangunan itu cukup besar dan mampu menampung ratusan siswa. Di seberangnya ada dua bangunan yang hampir berdekatan yang ternyata merupakan bangunan asrama bagi laki-laki dan perempuan secara terpisah.
Di sekeliling bangunan pesantren tersebut, tidak lupa Rosan membangun taman yang terlihat mempermanis lingkungan pesantren. Rupanya Rosan telah membuat rencana pembangunan pesantren tersebut dengan sangat matang. Tak heran, di kantornya di bilangan Semanggi, terpampang gambar-gambar dan rancangan miniatur dari pesantren yang sedang dibangunnya itu. Pembanguan pesantren di Bandung memang merupakan salah satu target yang secepatnya ingin dicapai oleh Rosan. Pesantren di Pondok Gede dan Bandung merupakan bukti dari jiwa sosial yang berasal dari pribadi Rosan sendiri dan karyawan Recapital keseluruhan.
Potong 2,5% Gaji Karyawan. Jangan kaget jika seluruh pengeluaran untuk membangun pesantren baik di Pondok gede maupun di Cijapati berasal dari internal perusahaan. “Semua biaya itu berasal dari karyawan kita (Recapital-red),” aku Rosan. Semenjak Yayasan Amanah Recapital berdiri, seluruh gaji karyawan disisihkan sebagian untuk disumbangkan ke dalam yayasan. “Kita potong dari gaji karyawan sebesar 2,5 persen,” aku pria yang lahir di Jakarta ini. Akan tetapi, potongan itu bukanlah potongan wajib yang secara tiba-tiba diharuskan oleh pihak manajemen. Seperti yang diakui Rosan, potongan itu dibicarakan terlebih dahulu dengan seluruh karyawan. Pihak manajemen secara adil menanyakan kepada karyawannya apakah mereka setuju jika gajinya disisihkan 2,5 persen untuk kepentingan yayasan. “Mereka setuju gajinya disisihkan 2,5 persen untuk yayasan,” ujar Rosan. Dari potongan setiap karyawan itulah terkumpul dana yang cukup besar untuk membiayai kegiatan sosial yayasan yang berdiri sejak tahun 2000 ini. Tak hanya dari para karyawan, Rosan pun termasuk yang gajinya harus disisihkan sebesar 2,5 persen. “Tapi kalau saya pribadi, saya sisihkan minimal 10 persen untuk menyumbang,” aku Rosan.
Alhasil, pesantren telah berdiri tegak di daerah Pondok Gede. Sedangkan di Cijapati, Bandung, pembangunannya masih tetap berjalan. Itu semua berkat keikhlasan dan keinginan dari para karyawan Recapital yang dipimpin oleh Rosan.
Sebagai seorang pemimpin, Rosan memang terbilang sangat tegas dalam memimpin perusahaannya. Bersama dengan putra tokoh pendidikan Mien Uno, Sandiaga Uno dan salah satu temannya, Rosan mendirikan perusahaan yang diberi nama Recapital. Pria kelahiran 31 Desember 1968 ini memang sangat sukses memimpin perusahaan tersebut. Terbukti ketika beberapa waktu yang lalu, Recapital mampu memenangkan tender atas tambak uadang terbesar di dunia PT Dipasena di Lampung yang bernilai sangat besar (mencapai triliunan rupiah). Sejak kemenangan tender tersebut, Recapital mengalami perkembangan yang cukup berarti. Meskipun dilahirkan dari keluarga yang cukup berada, Rosan tidaklah melupakan lingkungan sekitarnya terutama masyarakat kurang mampu. Teman sebangku Sandiaga Uno ketika masih di SMU ini pada awalnya berkeinginan untuk menerapkan CSR (Corporate Social Responsibility) di perusahaannya. CSR tersebut diterapkannya melalui berbagai kegiatan sosial perusahaan. Meskipun begitu, kegiatan sosial Rosan berlanjut hingga sekarang dan menghasilkan dua pesantren di dua tempat yang berbeda.
Lahir dari Keluarga Berada. Rosan terlahir dari seorang ayah yang berprofesi sebagai dokter. dr Roeslani-nama ayahnya-adalah orang betawi asli. Sedangkan Siti Khasanah, ibunya berasal dari Ciamis. Keduanya mendidik Rosan dengan cukup tegas.
Dengan profesi sang ayah yang berprofesi sebagai dokter membuat kehidupan keluarganya cukup berada, sehingga Rosan bisa bersekolah ke luar negeri setelah lulus dari SMA Pangudi Luhur. Rosan yang meneruskan kuliah di Amerika dalam bidang ekonomi , kemudian melanjutkan masternya di Belgia. Setelah lulus kuliah di luar negeri, Rosan kembali ke Indonesia untuk berkarir. Selang beberapa lama kemudian, ia bertemu dengan teman sebangku ketika SMA, Sandiaga Uno. Bersama Sandi, Rosan mendirikan PT Recapital Investment Bank. Bersama Sandi pula, Rosan membuat Yayasan Amanah Recapital yang berada di bawah bendera Recapital.
Jiwa sosial yang dimilikinya juga akan ditularkan kepada sang anak yang kini baru berusia tiga tahun. Anak keduanya yang masih berada dalam kandungan isterinya, Ayu Heni, juga akan mendapatkan perlakuan yang serupa dengan kakaknya. Selain akan memberikan bimbingan kepada anak-anaknya kelak, Rosan berencana untuk mengembangkan perusahaan dan yayasan yang didirikannya agar mampu bermanfaat bagi banyak orang. Ia juga tengah memberesi beberapa proyek yang kini ditangani oleh Recapital. Khusus mengenai pesantren yang sedang dibangunnya di Bandung, Rosan berharap agar pembangunannya cepat tuntas dan dapat segera digunakan dengan baik oleh masyarakat sekitar. Fajar

Side Bar 1
Mencarikan Dua Guru Ngaji untuk Sang Istri yang Mualaf

Tak hanya aktif di yayasan dan perusahaan, Rosan juga aktif melakukan kegiatan keagamaan di rumah. Hal ini dilakukan karena istrinya seorang mualaf, sehingga masih membutuhkan perhatian dari Rosan. Tak heran, Rosan secara rutin mendatangkan guru ngaji untuk sang isteri. “Saya undang dua guru ngaji, buat mengajarkan isteri saya,” aku Rosan. Guru yang satu mengajarkan membaca Al-Quran, sedangkan yang satunya mengajarkan tentang ajaran-ajaran Islam secara keseluruhan. Sedangkan Rosan sendiri lebih banyak mengajar mengenai penerapan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Rosan merasa beruntung mendapatkan istri seperti, Ayu Heni, karena isterinya tersebut sangat pengertian dengan kegiatan yang kini tengah dilakukannya, baik pekerjaan di kantor maupun kegiatan sosial di luar kantor.
Saat ini dalam keluarga Rosan masih tergolong keluarga yang kecil, karena Rosan baru memiliki satu anak perempuan yang masih berusia tiga tahun. Meskipun begitu, keluarga menjadi salah satu dorongan atau motivasi bagi Rosan untuk selalu semangat melakukan pekerjaan kantor ataupun sosial. “Anak saya tuh kalau saya mau berangkat kerja, pasti bilangnya ‘papa, see you tomorrow’,” tutur Rosan. Anaknya memang telah mengerti bahwa sang ayah sangat sibuk dengan pekerjaan di kantor, sehingga terpaksa selalu pulang di malam hari. Ketika Rosan pulang di malam hari, pastilah sang anak sudah tertidur pulas.
Untuk menghabiskan waktu dengan keluarga, biasanya Rosan bepergian ke Bali, yang juga merupakan daerah asal sang isteri. “Jadi kalau ke Bali, saya sekalian pulang kampung,” tuturnya sembari tertawa lebar. Selain itu, pergi umrah juga dijadikan Rosan sebagai salah satu alternatif berlibur sekaligus menunaikan perintah agama.
Kesibukan di kantor ternyata tidak membuat Rosan tidak memiliki waktu untuk keluarga. “Minimal saya sholat berjamaah dengan isteri saya sekali dalam satu hari, yakni subuh,” ujar Rosan. Kebiasaan itu telah dilakukannya setiap hari setelah menikah. Selain itu, menjelang bulan Ramadhan, biasanya Rosan beserta keluarga melakukan beberapa kegiatan sosial, di antaranya dengan mengundang anak-anak yatim piatu untuk berbuka puasa. Sedangkan di lingkungan kantor, Rosan juga sering mengadakan acara berbuka puasa bersama di Masjid yang terletak tidak jauh dari ruangan kantornya. “Biasanya buka puasa itu semua karyawan berkumpul di Masjid sini,” ujar Rosan sembari menunjuk ke arah masjid di dekat ruangan di kantornya. “Semua kantor di sini rata-rata sudah tahu, jadi biasanya mereka juga menyumbang makanan berbuka, jadi makanannya tambah banyak,” kenang Rosan. Untuk kegiatan keagamaan pribadi, Rosan selalu menjadwalkan untuk pergi umrah minimal sekali setiap tahun. “Tahun kemarin saja saya pergi umrah dua kali,” ujar Rosan. Fajar

Side Bar 2
Ajak Karyawan Kunjungi Pesantren Hasil Sumbangannya Tiap Bulan

Sebagai hasil sumbangan dari para karyawan, sudah sepantasnyalah para karyawan tersebut diperlihatkan hasil dari 2,5 persen yang telah mereka sisihkan tiap bulannya. Tak heran, Rosan selalu mengajak para karyawannya untuk mengunjungi pesantren di Pondok Gede dan Bandung. Hal ini dilakukan Rosan untuk menunjukkan bahwa 2,5 persen gaji yang telah disumbangkan, sudah menjadi bangunan yang mampu berguna bagi masyarakat luas. “Saya selalu mengajak karyawan-karyawan saya untuk mengunjungi pesantren setiap bulan,” tutur Rosan. “Jadi saya bisa menunjukkan kepada mereka, ini loh hasil sumbangan mereka,” lanjutnya penuh semangat.
Dengan begitu, semua dana yang telah disumbangkan oleh para karyawannya terbukti dengan jelas hasilnya. Selain itu, Rosan beserta manajemen yayasan juga selalu memberikan laporan keuangan yayasan sehingga karyawannya percaya bahwa dana yang telah mereka sumbangkan, digunakan dengan baik dan tepat. Sejauh ini, karyawan merasa bangga bahwa dana yang dapat terbilang cukup sedikit tersebut dapat menjadi bangunan yang berguna bagi masyarakat khususny bagi anak-anak kurang mampu untuk belajar. “Gaji yang kita potong itu, gaji gross-nya (kotor),” aku Rosan. Kini, bangunan pesantren di Pondok Gede telah berjalan dengan lancar. Sedangkan di Bandung, masih dalam proses pembangunan. “Kalau di Bandung, itu sudah selesai 50 persen,” ujar Rosan.
Selain sumbangan yang berasal dari gaji, Rosan juga menyarankan kepada karyawannya agar menyisihkan sebagian dana yang mereka miliki yang berasal dari bonus yang mereka dapat. “Saya bilang ke karyawan saya, ‘bedanya kalian bekerja di Recapital, di tempat lain kalian mendapatkan nafkah, tapi kalau di Recapital dapat nafkah plus pahala’,” tutur Rosan. Dengan begitu Rosan berharap dapat memotivasi karyawannya untuk semakin giat melakukan kegiatan sosial termasuk memberi sumbangan ke Yayasan Amanah Recapital dan membangun pesantren bagi anak-anak yang kurang mampu. Rosan pun berharap apa yang kini tengah dilakukannya mampu memberikan perubahan bagi masyrakat kurang mampu dan anak-anaknya sehingga anak-anak dapat bersekolah di pesantren dan mendapatkan ilmu sebagaimana anak-anak lainnya. Fajar

1 comment:

dicki said...

Salut untuk Pak Rosan P. Roeslani
yg memiliki jiwa sosial yang tinggi semoga dapat di contoh dan di ikuti oleh para pengusaha2 muda di. Indonesia . Bravo. semoga semakin sukses dan maju untuk bapak