Friday, October 16, 2009

Wimar Witoelar (Presenter dan Pengusaha)



Mengabdikan Hidupnya untuk Cinta, Kebebasan dan Kritik

Masih ingat joke-joke lucu dan menggelitik yang terlontar dari sosok pria gempal yang satu ini? Atau mungkin Anda hanya mengingat Wimar lewat rambut kribonya yang sering wara-wiri di layar kaca? Sosok Wimar Witoelar memang dikenal sebagai pria yang memiliki tubuh tambun, berambut kribo serta joke-joke lucu dan menggeletik. Tapi, seperti apa sosok dan kepribadian Wimar W

itoelar sesungguhnya?

Selasa (6/2) siang itu tidak terasa panas. Gumpalan awan kelabu menghiasi langit Jakarta. Meski pertanda akan hujan, Realita harus menemui sosok pria yang sangat familiar ini. Pukul 11.00 WIB memang telah ditentukan sebagai waktu yang tepat untuk mengobrol dengan sosok pria penyuka warna-warna cerah ini. Kantor perusahaan yang dipimpinnya memang tidak sulit ditemukan. Di pojok Ruko kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, di situlah Wimar berkantor. Ruangan kantornya pun terlihat sangat sederhana. Pintu kaca yang bertuliskan Intermatrix menghiasi bagian depan kantornya.

Tak ada yang istimewa saat Realita masuk ke dalam ruangan kantor Intermatrix. Seperti ruangan kantor pada umumnya, kantor Intermatrix hanya dipenuhi beberapa meja, kursi

dan komputer. Sebuah meja bundar yang dikelilingi dengan beberapa kursi, terlihat di tengah-tengah ruangan kerja Intermatrix di lantai atas. Meski begitu, ada satu hal yang membuat perusahaan yang bergerak di bidang public relations (PR) tersebut sangat istimewa. Sang pemilik dan pendiri Intermatrix yang menjadikan perusahaan ini istimewa. Mantan juru bicara kepresidenan era Gusdur ini adalah pemilik sekaligus direktur utamanya.

Wimar terlihat ramah ketika menyambut kedatangan Realita. Dengan senyum khas, ia mempersilahkan Realita untuk menempati kursi yang telah dipersiapkan. Di tengah kesibukannya, Wimar menyempatkan diri berbincang-bincang dengan Realita. Dengan pwenuh semangat, Wimar kemudian mengisahkan perjalanan hidup dan karirnya hingga saat ini.

Entertainer Humoris. Hanya satu yang tak bisa berubah dari seorang Wimar Witoelar. Dari dulu hingga sekarang, ia tetap menjadi seorang entertainer. Entah tampil di layar kaca maupun di acara talkshow yang bersifat offair. Lontaran-lontaran joke yang menggelitik selalu menghiasi acara yang dipandunya. Berkat kepiawaiannya dalam mengolah kata-kata inilah, ia mampu menjalani berbagai profesi. Mul

ai dari aktivis mahasiswa hingga menjadi juru bicara kepresidenan, telah ia geluti. Namun, lelucon-lelucon yang menarik selalu saja terlontar ketika berbicara. Gelak tawa penonton seakan menjadi bagian tak teprisahkan dari acara yang dipandunya. Ia memang sering dijuluki sebagai entertainer sejati.

Saat ini Wimar tengah sibuk menjadi presenter di dua acara televisi dan radio. Kharismanya yang muncul ketika membawakan acara, membuat Wimar selalu dipercaya memandu talkshow. Lelucon-lelucon yang menggelitik menjadikan setiap talkshow yang ia bawakan, selalu diminati penontonnya.

Wimar tampil untuk pertama kali di depan publik melalui acara talkshow bertajuk Perspektif di SCTV sekitar tahun 1994. “Waktu itu, saya masuk Perspektif secara diam-diam,” ungkap Wimar. Ia mengaku, ketika itu ia dipanggil oleh pihak manajemen stasiun televisi swasta itu hanya untuk merombak manajemen dalam perusahaan. Akan tetapi, Wimar justru menyarankan kepada pihak stasiun TV tersebut agar tidak terlalu berpikir untuk merombak sistem manajemen perusahaan. Karena menurutnya, untuk ukuran stasiun TV, tidak perlu harus sesuai dengan perusahaan pada umumnya. “Saya katakan, mereka cukup membuat acara TV yang berbeda dengan stasiun TV lain,” tutur Wimar.

Dari situlah, pria kelahiran Padalarang, Bandung itu menyarankan agar stasiun TV tersebut mengemas acara talkshow seperti Larry King Show yang ditayangkan Stasiun TV Berita CNN. Saat itu, Wimar dengan sangat percaya diri mengajukan diri sebagai presenter dari acara yang kemudian diberi nama Perspektif tersebut.

Bebas Berekspresi. Melalui acara Perspektif, Wimar memang melawan arus. Karena kritik-kritik tajam sangat diharamkan pada era pemerintahan Orde Baru. “Orang mengira kritik di acara Perspektif adalah kritik untuk Presiden Soeharto. Padahal tidak,” elak Wimar. Akibatnya, acara tersebut dilarang pemerintah. “Padahal bagi saya, Perspektif tidak mengandung arti politis,” lanjutnya.

Sebagai pemandu acara Perspektif, fokus bahasan Wimar memang sangat bertolak belakang dengan situasi politik saat itu. Di mana kebebasan berpolitik sangat terbatas. Melalui joke-joke-nya pula, Wimar memberi inspirasi dalam cara pandang sosial dan politik. Wimar pun menjadi sorotan kala itu. Namun, buah dari penampilannya, Wimar dikenal sebagai sosok pria yang pintar berkomunikasi dan membawa penontonnya ke dalam dunia Wimar. Tempat di mana kebebasan berekspresi selalu mendapat prioritas.

Setelah menorehkan namanya di dunia talkshow tanah air, Wimar sempat menggeluti dunia yang berbeda jauh dengan apa yang telah digelutinya tersebut. Ketika rezim Orde Baru tumbang, dan pemerintahan dikendalikan Presiden Abdurrahman Wahid, Wimar Witoelar dipilih sebagai juru bicara presiden antara tahun 2000-2001. Wimar memang bukan seroang partisipan dari salah satu partai politik. Namun, ia tetap menerima jabatan tersebut sebagai sebagai kehormatan dan panggilan tugas sebagai seorang professional di bidang komunikasi.

Walau ia bukan partisipan salah satu partai politik di tanah air, keterlibatan Wimar di dunia politik belum tentu dibilang nihil. Wimar sendiri pernah menjadi salah seorang konseptor dan pendiri Golongan Karya di Bandung. Kala itu, menjelang Pemilu 1971, Wimarlah yang menyusun daftar calon legislatif Golkar Jawa Barat. Pada waktu itu, ia memasukkan rekan-rekannya, seperti Sarwono Kusumaatmadja, Rachman Tolleng, Marzuki Darusman, termasuk Rachmat Witoelar dan dirinya sendiri. “Waktu itu, saya cuma memasukkan daftar caleg. Saya hanya terlibat selama tiga bulan,” tegas Wimar yang tidak ingin terpilih lagi menjadi juru bicara kepresidenan ini.

Ternyata, dunia politik bukanlah dunia yang ia pilih. Bukan karena ia tersisih dari dunia itu, melainkan karena ia secara terang-terangan menolak kebijakan-kebijakan yang dibuat pada pemerintahan Orde Baru. Joke-joke politiknya yang terlontar pun lebih banyak memberikan sindiran terhadap kelemahan-kelemahan pemerintah. Joke-joke politiknya memang tak hanya mengundang gelak tawa, tetapi juga mengandung makna yang seharusnya dicerna dengan baik oleh para penonton. Melalui joke-joke-nya itu pula, kebebasan berdemokrasi dapat terwujud meski hanya dalam lingkup talkshow yang ia bawakan.

Menjadi pembicara di berbagai tempat sudah merupakan hal yang biasa bagi dirinya. Namun, Wimar tidak hanya menghabiskan waktu dengan terus menerus menjadi pembicara. Ia harus membagi waktu dengan tugas lain. Karena ia juga seorang pengusaha. Salah satu perusahaan yang ia dirikan adalah Intermatrix Communications. Komunikasi menjadi jurus ampuhnya untuk menaklukan pelbagai masalah. Intermatrix sendiri didirikan pada tahun 1986, hasil kerjasama dengan dua sahabat, yakni Gede Raka dan Ahmad Habir. Kemudian pada tahun 1994, Intermatrix Communications dibentuk sebagai divisi baru dari Intermatrix. Fokus di perusahaan pun berubah menjadi bidang komunikasi, yang tadinya adalah konsultans manajemen.

Wimar menjadi sosok pendiri sekaligus pembimbing bagi rekan-rekan juniornya di perusahaan. Intermatrix menjelma menjadi rumah kedua bagi Wimar. Tak heran, karena bagi Wimar, rekan-rekan kerjanya di Intermatrix bagaikan keluarganya sendiri. Terlebih lagi setelah ditinggal pergi sang istri, Suvatchara yang meninggal tahun 2003, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus perusahaan tersebut. Fajar

Side bar 1…….

Pernah Dipenjara Karena Kritik


Selain pernah menggeluti dunia presenter dan pembicara di berbagai acara talkshow, Wimar juga dikenal sebagai kolumnis di media lokal dan internasional. Selepas meninggalkan istana presiden, ia lebih sering menjadi pembicara di berbagai media asing. Itu sebabnya, jika Anda bertanya kepada media asing, seperti stasiun televisi BBC, CNBC, CNN, dan ABC, siapa sosok orang Indonesia yang patut dijadikan narasumber berkualitas, jawabannya pasti Wimar Witoelar. Media cetak asing, seperti, Today, Business Week, News Week, Australian Financial Review, juga selalu menggunakan Wimar sebagai kolumnis.

Suara nyaring dari pria yang lahir tanggal 14 Juli 1945 ini akan terdengar di stasiun TV mancanegara. Kebebasan berpikir dan berpendapat menjadi ciri khas dari pria yang pernah mendekam di dalam hotel prodeo pada Februari 1978 gara-gara sering melontarkan kritik pedas kepada pemerintahan Orde Baru tersebut.

Konsep demokrasi memang tak bisa dilepaskan begitu saja dari sosok Wimar Witoelar. Kini, Wimar memang hanya bergelut dengan dunia presenter. Tetapi bukan berarti konsep demokrasi ia tinggalkan. Ia masih menerapkan konsep demkorasi dalam perusahaan yang ia pimpin, Intermatrix Communications. Wimar juga saat ini tengah mendidik rekan-rekan mudanya di Intermatrix agar berkembang menjadi insan yang bekerja secara etis. “Intermatrix adalah keluarga saya,” ujar pria penolak poligami ini.

Pengaruh Keluarga. Pribadi Wimar juga erat kaitannya dengan pengaruh zaman baheula ketika ia masih mendapat didikan orang tua. Dilahirkan dari pasangan Raden Achmad Witoelar dan Nyi Raden Toti Soeiamah, Wimar tumbuh menjadi pribadi yang kritis dalam berbagai hal. Dari didikan orangtuanya, ia juga mendapatkan banyak pelajaran berharga. Selimut keluarga yang hangat, selalu berada di sekitar Wimar. Kondisi yang harmonis juga mampu memberikan efek poistif terhadap sisi kepribadian bungsu dari lima bersaudara ini.

Wimar berasal dari keluarga menengah, tidak miskin dan tidak juga kaya. Kebersamaan dan kondisi keluarga yang demokratis selalu ditanamkan oleh orangtuanya. Tak heran jika seluruh anggota keluarga sedang berkumpul, perdebatan kecil selalu mewarnai percakapan mereka. Momen makan bersama pun bisa berubah menjadi sebuah seminar kecil.

Sang ayah, Raden Achmad Witoelar merupakan seorang pamongpraja, polisi dan wedana pada masa penjajahan Belanda dulu. Hal tersebut membuat keluarga besar Witoelar selalu berpindah-pindah tempat tinggal seiring dengan berpindah tugas sang kepala keluarga. Setelah Indonesia merdeka, ayah Wimar menjadi seorang diplomat. Benua Eropa disambangi keluarga Witoelar, mulai dari Belanda hingga Swedia. Wimar menjalani masa kanak-kanaknya di Eropa. Hampir setiap akhir pekan, Wimar bersama keluarga selalu menyempatkan untuk bertamasya keliling Eropa. Dengan mengendarai mobil, keluarga Witoelar yang terkenal harmonis itu berusaha mengenali setiap budaya dari daerah-daerah yang mereka kunjungi.

Cinta Terpaut di Bangkok. Sekembalinya ke Indonesia pada tahun 1957, ia memulai kehidupan biasa. Tampilan dengan rambut kribo dan berbadan tambun mulai tampak ketika Wimar mamasuki usia 16 tahun. Berkat didikan orangtuanya pula, Wimar kecil lebih suka membaca majalah Time dan Newsweek ketimbang Si Kuncung. Berkat kegemarannya dalam membaca, dunia seakan-akan kecil di mata Wimar. Mantan pemukul bel sekolah di masa kecilnya ini mulai menampakkan sisi Wimar yang kritis dan cerdas ketika ia memasuki bangku kuliah di jurusan Teknik Elektro ITB. Selepas kuliah dan menyelesaikan studinya, Wimar lebih memilih berkelana di luar negeri.

Dalam aksi jalan-jalan inilah, ia akhirnya bertemu dengan Suvatchara Leeaphon, gadis Thailand yang kemudian dinikahinya di KBRI Bangkok, tanggal 27 Februari 1971. Dari wanita Thailand itulah, ia mendapatkan dua putera, Satya Tulaka dan Aree Widya. Kini Wimar tidak perlu pusing mengurus kedua anaknya, karena mereka sudah berkeluarga dan memiliki kehidupan sendiri. Hal ini memudahkan Wimar untuk menggeluti dunianya, dunia entertainment yang sudah ia jalani selama ini.

Dalam menjalani hidup ini, Wimar lebih memilih memposisikan diri sebagai seorang professional yang berkecimpung di dunia public relations. “Apa pun akan saya jalani, asalkan itu menyenangkan,” ujar Wimar. Ya..Wimar tetaplah seorang Wimar yang akrab dengan dunia kebebasan. Dan kebebasan itu pulalah yang selalu ia perjuangkan. Fajar


Side Bar 2…..

Konsep Cinta ala Wimar Witoelar


Wimar lebih dikenal sebagai pribadi yang humoris. Mungkin dalam pribadinya yang humoris itu pulalah muncul pribadi yang sangat disukai oleh kaum hawa, romantis. Sang istri, Suvatchara Leeaphon yang selalu menemani Wimar selama 32 tahun, adalah sosok wanita paling beruntung karena ia mendapatkan suami yang romantis. Pernikahan yang dijalani Wimar, diakuinya sebagai perwujudan cinta. “Menurut saya, perkawinan adalah perwujudan cinta,” tuturnya sembari berfilosofi.

Istrinya adalah sosok wanita yang sangat dicintai Wimar. Tak ayal, ia merasakan adanya kekosongan dalam hidup setelah sang istri meninggal karena kanker. “Saya merasakan kekosongan setelah istri saya meninggal,” kenang Wimar. Cinta mendapatkan porsi cukup penting dalam kehidup Wimar. Selain internet yang sangat disukainya, cinta merupakan sesuatu yang sangat penting di dalam kehidupan Wimar. “Cinta itu tidak mengenal umur,” ujar adik kandung Rachmat Witoelar ini.

Menurut Wimar, semua orang dapat merasakan cinta, karena cinta tidak terbatas pada umur. Bahkan dengan umurnya yang akan menginjak 62 tahun, Wimar mengaku bahwa ia kerap merasakan perasaan cinta. “Saya sering jatuh cinta,” ungkap Wimar. Baginya, cinta yang tulus adalah perasaan cinta yang hanya mampu direalisasikan melalui perasaan. “Cinta yang tulus itu transendental dalam dunia yang paralel,” ujar Wimar sedikit berfilsafat.

Menurutnya, perasaan cinta tidak perlu diungkapkan dengan menyentuh pasangannya. Bisa juga diungkapkan melalui perasaan. Dengan cara ini, seseorang sudah cukup untuk mencurahkan cinta yang tulus. Sosok romantis juga tergambar jelas dari bagaimana Wimar sangat menghargai cinta di dalam hidupnya. “Satu hal yang saya hargai dalam hidup ini adalah cinta. Itu sebabnya, berbahagialah orang yang bisa mencintai,” imbuhnya.

Wimar mengaku beruntung bisa mencintai istrinya selama 32 tahun. Meski sang istri telah lebih dulu meninggalkan dirinya, Wimar mengaku bahwa istrinya akan selalu ada karena cinta. Fajar


Side Bar 3…

Kesepian Setelah Ditinggal Istri


Perjalanan seorang Wimar tidak sepenuhnya sesuai harapan. Bagi Wimar, kematian sang istri akibat kanker merupakan cobaan yang sangat berat. “Cobaan terberat yang saya alami dalam hidup ini adalah ketika istri saya meninggal dunia,” kenang Wimar. Pada saat itu, Wimar merasa kehilangan segalanya. Pernikahannya yang harmonis ternyata hanya mampu mencapai usia 32 tahun. Tuhan berkehendak lain dengan mengambil nyawa sang istri dari sisi Wimar ketika ia sangat membutuhkan cintanya.

Kesuksesan karir yang diraihnya selama belasan tahun tak mampu menutupi kesedihan yang dialaminya. Bagi Wimar, tak ada lagi kejadian yang sangat menyedihkan selain kematian sang istri. Sepeninggal sang istri, sedikit banyak mempengaruhi karir dan kehidupan pribadi Wimar. Sejak tahun 2003, tahun kematian istrinya, Wimar sempat “tenggelam” dari layar kaca. Tak ada lagi lelucon yang mampu mengoyak pikiran pemirsa. Tak ada lagi sosok lelaki berambut kribo dan berkacamata yang wara-wiri di televisi tanah air. Menghadiri acara talkshow yang bersifat offair pun tak pernah dilakukannya lagi.

Sekitar awal 2006, barulah Wimar kembali lagi menyapa penonton setianya. Ia kembali nongol di televisi dengan konsep acara yang tidak jauh berbeda dengan Perspektif yang membawanya ke dunia presenter di masa lalu. “Saya butuh waktu untuk mengurusi keluarga, khususnya anak-anak. Hanya dengan cara ini saya bisa membunuh sepi. Saya memang merasa kesepian setelah ditinggal istri,” tutur pria keturunan bangsawan Sunda ini.

Namun kini, Wimar kembali mengurusi Intermatrix, perusahaan yang sempat dilupakannya beberapa saat. Intermatrix malah sudah menjadi rumah kedua baginya. Tak ada lagi kesedihan dalam kehidupan Wimar. Ia telah kembali dengan joke-jokenya lucu dan menggelitik. Fajar


Side Bar 4….

Memperluas Jaringan Lewat Internet

Ternyata bukan hanya anak muda yang menyukai Friendster, jaringan di internet yang membuka komunikasi antaranggotanya di seluruh dunia. Wimar pun doyan berselancar di Friendster. Tak hanya itu, program jaringan serupa seperti Flickers juga ia masuki untuk memperluas jaringan. Jadi, jangan heran jika Anda tengah browsing internet dan menemukan wajah Wimar pada salah satu program jaringan tersebut. Tak heran, banyak teman Wimar yang masih muda.

Wimar memang tak pernah bosan berada di depan komputer. Berjam-jam bisa ia habiskan hanya untuk meluangkan waktu bersama komputer. “Saya suka mengumpulkan informasi,” ujarnya singkat. Ia selalu memperluas jaringan di seluruh dunia melalui jasa internet. Baginya, memperluas jaringan tak hanya melalui pertemuan biasa. Dengan adanya internet, orang yang berada di Eropa pun dengan mudahnya berkomunikasi dengan orang di Kutub Selatan sekalipun. “Saya sekarang lebih suka Flickers ketimbang Friendster,” ungkap ayah dua anak ini. Jadi, tak heran kalau ia memiliki banyak rekan di hampir seluruh belahan dunia.

Bahkan jika Anda mengetik kata-kata Wimar Witoelar di situs Google, ribuan artikel yang menyebutkan nama Wimar Witoelar akan langsung muncul. Saking banyaknya artikel yang memuat mantan aktivis mahasiswa ini, tulisan yang berisikan pendapat Wimar pada beberapa tahun lampau juga bisa segera muncul. Fajar



Biodata


Nama Lengkap : Wimar Jartika Witoelar

Lahir : Padalarang, Jawa Barat, 14 Juli 1945
Agama : Islam

Istri : Suvatchara Witoelar Leeaphon (dokter

syaraf, meninggal tahun 2003)

Anak :
1. Satya Tulaka (lahir 1975)

2. Aree Widya (1978)


Orangtua :
- Raden Achmad Witoelar Kaartaadipoetra (1910-1987)

- Nyi Raden Toti Soeiamah (1914-1977)


Saudara Kandung :

  1. Luki Djanatun Muhammad Hamim (Lahir 1932)

  2. Kiki Waskita (Lahir 1935)

  3. Toerki Joenoes Moehammad Saleh (Lahir 1938)

  4. Rachmat Nadi Witoelar (Lahir 1941)

  5. Wimar Jartika Witoelar


Pendidikan :

    • Pendidikan Dasar di sejumlah negara Eropa, SR di Yayasan Pendidikan Budi Mulia, Bogor, lulus dari SR di Jalan Cilacap, Jakarta

    • SMP Katolik Van Lith, Jalan Gunung Sahari, Senen, Jakarta Pusat, tamat tahun

    • SMA Kolese Kanisius, Jakarta

    • Teknik Elektro ITB Bandung

    • George Washington University, Washington DC.


Pengalaman Karir :


  • Dosen Pasca Sarjana, Program Transportasi ITB Bandung (1975-1982).

  • Dosen Tamu Institut Manajemen Prasetya Mulya (1982-1993).

  • Direktur Eksekutif Summa Excelence Institute (1990-1991).

  • Dosen Magister Manajemen dan Bisnis Administrasi Teknologi ITB.

  • Pimpinan PT InterMatrix Bina Indonesia (Konsultan Manajemen).

  • Pimpinan PT InterMatrix Communication (Konsultan Komunikasi).

  • Pimpinan PT Inter Properti (Pembangunana Perumahan).

  • Pimpinan PT Caksugara Nusantara Media (Television & Audiovisual Production).

  • Pimpinan PT Inter Sinclair Knight (Konsultan Engineering).

  • Pimpinan PT Nusantara International Development Corporation.

  • Pendiri dan Pimpinan Yayasan Perspektif Baru.


Karya Tulis Buku :


  • No Regrets, tahun 2000, sebuah kenangan sehari-hari bersama Gus Dur, diterbitkan Equinox Publishing Singapura, dapat ditemui di amazon.com, diluncurkan di Jakarta, Singapura, Melbourne, Sydney, New York dan Washington DC.

  • Menuju Partai Rakyat Biasa.

  • Mencuri Peluang di Tengah Kebingungan.

  • Perspektif


Pengalaman Lain :


- Ketua Dewan Mahasiswa ITB Bandung, 1969

Kegiatan Lain :

  • Pembicara dan Pemandu acara talkshow, diskusi, seminar.

  • Kolumnis dan Pewawancara di media cetak dan televisi inernaisonal (ABC, SBS, Nine Netwok, BBC, CNN, CNBC, NBC, European Channels).

  • Komentator politik dan penulis kolom di Newsweek, International Herald Tribune, The Washington Post, serta media cetak nasional.


Penghargaan :

  • Adjunt Professor in Journaism and Public Relation, Deakin University, Australia.

No comments: