Tuesday, June 22, 2010

Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina

Berkeliling dengan Sepeda dan Habiskan Ramadhan di Masjid

Bagi seorang Anies Baswedan, bulan Ramadhan merupakan hari yang sangat istimewa bagi dirinya dan keluarga. Karena pada bulan istimewa itulah Anies menikmati setiap detik waktunya untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan juga bersama keluarga di rumah. Lalu bagaimana perjalanan hidup rektor termuda di Indonesia ini?

Sabtu (15/8), rumah yang terletak di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan itu terlihat asri dengan halamannya yang dipenuhi dengan beraneka macam tanaman. Di hari libur itu, sang empunya rumah yakni Anies Baswedan lebih banyak meluangkan waktu bersama keluarga di rumah. Di sela-sela kesibukannya yang teramat padat, Anies menyadari bahwa waktu luang bersama keluarga sangatlah penting. Tak heran, ia selalu berusaha menyempatkan hari liburnya dengan bersenang-senang bersama istri dan keempat anaknya yang masih kecil.

Cerdas dan Aktif. “Baru hari ini waktu saya sedikit longgar,” aku Anies membuka perbincangan dengan realita di sudut ruangan rumahnya sembari menghadap halaman nan asri. Sebagai seorang rektor, Anies memang banyak disibukkan dengan berbagai kegiatan. Tak hanya bergelut dengan kegiatan akademik di kampus, Anies juga kerap menjadi pembicara di berbagai acara seminar, baik dalam maupun luar negeri.

Pria bernama lengkap Anies Baswedan ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Drs Rasyid Baswedan, SU dan Prof Dr Aliyah Rasyid, MPD. Kedua orangtuanya tersebut berprofesi sebagai dosen. Sang ayah masih mengabdikan diri menjadi dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, sedangkan ibunya mengajar di Universitas Negeri Yogyakarta sebagai seorang dosen sosial dan ekonomi. “Orangtua saya selalu mendidik agar anak-anaknya memiliki multiple talent,” kenang Anies. Bahkan kedua orangtuanya menganjurkan agar Anies selalu aktif di keorganisasian.

Anies lahir dan dibesarkan di kota gudeg, Yogyakarta. “Saya asli Yogyakarta,” ungkap pria kelahiran 7 Mei 1969 ini dengan bangganya. Anies kecil mengenyam pendidikan sedari SD hingga SMA di kota Yogyakarta. Semasa muda, ia memang dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki kemauan yang kuat. “Saya waktu kecil sering berkelahi,” kenang Anies sembari tertawa lebar. Saat masih kanak-kanak, Anies sangat dekat dengan kakeknya, yakni AR Baswedan, salah satu pejuang Indonesia yang juga pendiri Partai Arab Indonesia.

Sang kakek juga pernah menjabat sebagai seorang menteri penerangan pada masa perjuangan Indonesia. Dari kakeknya pula, Anies akrab dengan berbagai macam buku. “Saya sangat suka membaca buku biografi,” aku Anies. Seperti diakuinya, buku biografi dari berbagai tokoh dunia telah menginspirasi langkah hidup Anies di masa muda. Bahkan, Anies muda sempat beberapa kali memiliki cita-cita yang kerap berubah seiring dengan biografi tokoh yang dibacanya. “Cita-cita saya itu terinspirasi dari apa yang saya baca dan saya dengar,” ujar pria yang pernah menjadi moderator pada acara debat calon presiden beberapa waktu lalu ini.

Penerima Beasiswa. Semasa SMA, Anies pernah mengikuti program pertukaran pelajar bernama AFS Intercultural Programs. Di usianya yang relatif muda, Anies tinggal di Milwaukee, Amerika Serikat selama setahun. “Selama saya tinggal di luar negeri, saya mendapatkan cara pandang baru terhadap warga dunia,” ungkap Anies. “Sehingga membuat kita menjadi tahu bagaimana berinteraksi dengan warga dunia lain,” lanjutnya singkat. Selepas menamatkan pendidikan SMA, Anies sempat mengalami kebimbangan dalam meneruskan pendidikannya. Setelah berdiskusi dengan kedua orangtuanya, Anies lantas memutuskan untuk memilih Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Semasa kuliah, Anies tak melulu menghabiskan waktunya untuk menimba ilmu. Berkat kemampuannya, ia dipercaya sebagai ketua senat mahasiswa UGM. Kecerdasannya juga menghantarkan Anies mendapatkan beasiswa dari Japan Airlines Foundation. Ia pun berhak mengikuti kuliah musim panas di Universitas Sophia, Tokyo, Jepang.

Selepas kuliah di UGM pada tahun 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM. Lagi-lagi, berkat kecerdasan di bidang akademik, Anies berhasil mendapatkan beasiswa Fullbright untuk pendidikan Master bidang International Security and Economic Policy di University of Maryland, College Park. Selama di Amerika, Anies juga aktif di dunia akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam berbagai konferensi. Setelah menamatkan pendidikan masternya, Anies melanjutkan pendidikan doktor di Northen Illionis University, Amerika Serikat.

Rektor Termuda. Seiring berjalannya waktu, Anies mulai menapaki karirnya menuju puncak. Sambil menimba ilmu di Amerika Serikat, Anies juga bekerja sebagai seorang manajer riset di sebuah asosiasi perusahaan elektronik se-dunia sejak tahun 2004 hingga 2005. Sekembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi seorang peneliti di Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan menjadi Research Director di The Indonesian Institute, Jakarta. Puncaknya, Anies berhasil menyingkirkan beberapa kandidat lain untuk menjabat sebagai rektor di Universitas Paramadina, Jakarta. Ia tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia pada usianya yang baru menginjak 38 tahun. Sejak saat itulah, nama Anies Baswedan mulai dikenal banyak orang, tak hanya di kalangan akademisi yang selama ini digelutinya.

Dengan apa yang diraihnya saat ini, Anies tetap merendah. “Semua itu adalah amanah bagi saya,” ujar Anies. Baginya, mengelola sebuah institusi yang menciptakan generasi muda dengan kualitas baik merupakan sebuah pekerjaan yang sangat mulia. “Ini adalah alat untuk merekayasa masa depan bangsa dengan generasi muda yang baik,” tutur pria yang sangat dekat dengan anak-anaknya ini. Tak pelak, jabatan yang dipegang saat ini sudah sepatutnya disyukuri karena ia telah menjadi bagian dalam melahirkan generasi muda yang akan memimpin bangsa di masa mendatang. “Ini jangan dilihat hanya semata-mata sebagai prestasi, tapi masing-masing datang dengan beban dan tanggung jawabnya sendiri,” tutur Anies dengan seriusnya. Sejak dulu, bahkan Anies tak pernah terpikir untuk menjadi seorang rektor. “Terbayang saja tidak,” ujar penyuka makanan gudeg ini. Apa pun tugas yang diemban Anies selama ini, selalu dilakukannya dengan sebaik mungkin.

Ramadhan dan Keluarga. Kini, memasuki bulan Ramadhan, Anies menyambutnya dengan istimewa. Pasalnya, kehadiran anak bungsunya, Ismail Hakim yang lahir pada awal 2009 menjadi bumbu istimewa pada bulan Ramadhan kali ini. Pernikahan Anies dengan Fery Farhati Ganis, S.Psi, M.Sc, telah menghadirkan empat buah hati yang selalu menemaninya di hari libur, Mutiara Annisa (12), Mikail Azizi (9), Kaisar Hakam (4) dan Ismail Hakim.

Setiap bulan Ramadhan, Anies pasti akan lebih banyak meluangkan waktu bersama keluarga ketimbang hari-hari biasa. Makan sahur sudah pasti menjadi waktu pentingnya untuk makan bersama keluarga. Waktu berbuka pun menjadi waktu yang dinanti-nanti untuk berkumpul bersama keluarga. Keakraban memang menjadi hal terpenting bagi Anies dan keluarga di saat Ramadhan. Hal yang sama pernah dialami Anies saat berada di luar negeri untuk menimba ilmu. “Keakraban sangat terasa di Amerika kalau bertemu dengan orang Indonesia, jadi seperti saudara,” kenang Anies.

Waktu di Amerika, saya selalu berbuka di Masjid,” aku Anies. menurutnya, bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat tepat untuk peningkatan ketakwaan. Hal itulah yang dilakukan Anies. kendati berada di negeri orang, Anies tetap rutin ke Masjid setiap malam untuk membaca Al-Qur’an. “Setiap malam membaca satu juz,” kenang pria yang menjadi salah satu dari 100 intelektual dunia versi majalah Foreign Policy, Amerika Serikat. Kurang dari satu bulan, Anies mampu menyelesaikan 30 juz Al-Qur’an selama Ramadhan. “Suasana persaudaraan lebih kuat karena umat Muslim lebih sedikit kan di Amerika,” tutur Anies mengakhiri perbincangan. Fajar

Side Bar …

Saat Kanak-kanak Habiskan Ramadhan di Masjid

Masa kecil Anies di Yogyakarta memang terbilang cukup menyenangkan. Terlebih lagi, bila bulan Ramadhan tiba. “Dari Shubuh sampai Isya, biasanya saya banyak menghabiskan waktu di Masjid tak jauh dari rumah,” kenang Anies. Masjid yang hanya berjarak 100 meter dari rumah, seakan-akan berubah menjadi rumah kedua bagi Anies. Ia banyak melakukan kegiatan keagamaan di Masjid tersebut. Mulai dari mengaji hingga shalat Tarawih, biasa ia lakukan di Masjid tersebut.

Sesekali, Anies juga memainkan berbagai macam petasan di halaman Masjid bersama teman-teman sebayanya. Selain itu, Anies kerap bersepeda bersama teman-temannya berkeliling kampung. “Kalau dulu kan masih zamannya bersepeda, belum ada motor,” kenang Anies sembari tersenyum. Di masa kecilnya, Anies memang dididik dalam keluarga yang taat beragama. Didikan itu pula yang kemudian ditularkan kembali kepada anak-anaknya. “Anak-anak sudah mulai belajar puasa sejak masih kecil,” aku Anies. Jika belum kuat hingga Maghrib, biasanya Anies memperbolehkan anaknya itu makan pada siang hari. “Kita menyebutnya sahur dua kali, bukan berbuka puasa,” ungkap pemilik koleksi 2000 judul buku ini. Fajar

No comments: